"Quinn, cepat masuk ke dalam. Bel sudah berbunyi dan sekarang waktunya kau belajar!" perintah Tiffany. Hal itu membuat Quinn tidak berani berkata-kata lagi. Anak kecil itu segera masuk ke dalam sekolah. Bersamaan dengan itu security yang berjaga segera mengunci pintu gerbang.
"Kami akan tetap berada di sini untuk menunggunya sampai pulang sekolah. Hari ini juga kami akan membawanya untuk melakukan tes DNA. Kami tidak akan percaya dengan penjelasan konyolmu itu karena kami sangat yakin kalau anak kecil itu adalah Putri Dante!" ketus Nyonya Alessandro dengan penuh percaya diri.
"Nyonya Alessandro yang terhormat, sebaiknya Anda hilangkan saja harapan bodoh seperti itu karena Quinn bukan Putri Dante! Aku sengaja memungut Quinn saat dia masih bayi. Pada saat itu ibu yang melahirkan Quinn tidak mampu untuk merawatnya jadi aku memutuskan untuk merawat Quinn."
Nyonya Alessandro tertawa meledek mendengar penjelasan Tiffany. "Lalu apa kau pikir kami percaya begitu saja dengan penjelasan konyolmu itu? Kami hanya akan percaya jika hasil tes DNA sudah keluar dan membuktikan kalau anak kecil itu bukan anak Dante."
Tiffany terdiam. Dia tahu bagaimana kerasnya watak mantan mertuanya itu. Wanita paruh baya itu pasti berjuang keras untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Jika anda masih mau menunggu di sini, silahkan! Jangan pernah berani-beraninya membawa Quinn tanpa izin dari saya! Saya masih banyak pekerjaan. Saya tidak memiliki banyak waktu untuk bicara dengan anda!"
Tiffanan segera meninggalkan Dante dan Nyonya Alessandro. Meskipun merasa tidak tenang, tapi wanita itu percaya kalau penjaga gerbang di depan sekolah tidak akan membiarkan Quinn keluar tanpa izin darinya.
"Sebaiknya kita pulang, Ma. Untuk apa kita menunggu di sini? Tiffany akan marah jika kita memaksa Quinn untuk ikut dengan kita." Dante berusaha membujuk ibu kandungnya.
"Dante, sifatmu yang lemah inilah yang sudah membuat Tiffany menginjak-nginjakmu sebagai seorang pria. Kau harus bisa lebih tegas. Mama akan memikirkan cara agar bisa membawa anak kecil itu sekarang juga." Nyonya Alesandro segera mengambil ponselnya. Tentu saja bagi masalah ini adalah hal yang sangat mudah. Dalam waktu singkat dia sudah mengetahui siapa pemilik yayasan tempat Quinn bersekolah. Wanita itu sudah mengukir senyum bahagia di bibirnya. Setelah menunggu hampir 15 menit, dari arah gerbang salah satu guru sekolah keluar. Guru wanita itu tersenyum kepada Nyonya Alessandro. "Apa Anda yang bernama Nyonya Alessandro?" tanya guru wanita itu.
"Benar. Saya ingin membawa cucu saya pulang. Saya sudah mengatakan hal ini kepada pemilik Yayasan. Kalian tenang saja. Kami bukan penculik. Aku juga akan segera memulangkannya kepada Tiffany jika kami sudah selesai bermain-main dengan Quinn."
Sebenarnya guru itu merasa tidak setuju dengan keputusan yang diambil oleh pemilik Yayasan. Namun wanita itu mau berbuat apa? karena dia masih menerima gaji dan dia tidak bisa melanggar aturan apapun yang sudah dibuat oleh atasannya sendiri.
"Baiklah, kalau begitu saya akan menjemput Quinn di dalam kelasnya dan membawanya ke sini," ucap guru itu dengan senyuman ramah.
"Bergeraklah lebih cepat karena kami tidak memiliki banyak waktu!" ujar Nyonya Alessandro hingga membuat guru itu mengangguk lalu segera masuk ke dalam sekolah lagi.
Hampir setengah jam Nyonya Alessandro sudah menunggu. Wanita itu semakin tidak sabar dan ingin marah. Dia ingin sekali menerobos masuk ke dalam dan memaksa Quinn pergi bersama dengannya.Guru yang tadi mereka minta untuk menjemput Quinn kini tidak lagi menunjukkan batang hidungnya. Bahkan Quinn tidak juga muncul menemui mereka.
Dante yang sejak tadi duduk di depan mobil hanya bisa memijat pangkal hidungnya. Pria itu benar-benar kehabisan cara untuk membujuk ibu kandungnya agar mau pulang ke rumah.
"Akhirnya anak kecil itu keluar juga," ucap Nyonya Alessandro sambil tersenyum. Mendengar perkataan ibu kandungnya Dante segera memandang ke samping. Pria itu berdiri tegak melihat Quinn dan guru pendampingnya berjalan menghampiri mereka.
"Ada apa, Nenek sihir? Kenapa Anda bersikeras untuk menemui saya?" ucap Quinn dengan wajah angkuh.
"Anak manis, Kenapa kau manggil nenek dengan kata nenek sihir? Nenek sama sekali tidak jahat. Nenek hanya kesal saja kepada mamimu."
"Musuh mami adalah musuhku juga!" ketus Quinn lagi.
"Sayang, ayo ikut nenek dan Papa pergi. Kami akan membelikanmu banyak mainan. Apakah kau suka mainan?" bujuk Nyonya Alessandro. Berharap Quinn mau tergoda dengan rayuannya.
"Maaf Nyonya Alessandro. Tetapi saya tidak bisa ikut dengan anda. Mami saya pasti akan mencari saya. Saya tidak mau membuat Mami Saya khawatir," tolak Quinn sambil memalingkan wajahnya.
Nyonya Alessandro sama sekali tidak menyangka kalau anak kecil yang kini ia hadapi sangat cerdas dan sangat pandai berbicara. Berbeda jauh dengan anak kecil pada umumnya.
"Nenek akan membelikanmu apapun yang kau inginkan. Asalkan kau mau ikut dengan nenek," bujuk Nyonya Alessandro tidak mau kalah.
"Apapun?" tanya Quinn serius.
Nyonya Alessandro mengangguk cepat. "Ya benar. Apapun akan nenek belikan asalkan kau mau ikut dengan nenek."
"Baiklah kalau begitu aku minta pesawat pribadi!" jawab Quinn mantap.
Bukan hanya guru yang ada di samping Quinn saja yang kaget mendengar jawaban anak kecil itu tetapi Nyonya Alessandro dan Dante juga kaget.
"Sayang, itu terlalu mahal. Anak kecil sepertimu untuk apa memiliki pesawat pribadi?" Nyonya Alessandro masih berpikir positif. Ia berpikir kalau Quinn hanya sekedar bercanda saja mengatakan kalimat seperti itu.
Belum sempat Quinn menjawab pertanyaan Nyonya Alesandro, tiba-tiba Tiffany sudah muncul di sana. Guru yang berdiri di samping Quinn tersenyum bahagia. Ternyata guru itu sengaja mengulur waktu karena ia ingin menunggu Tiffany kembali. Saat menjemput Quinn di dalam kelas guru itu segera menghubungi Tiffany dan memintanya untuk kembali.
"Anda benar-benar sangat keras kepala. Saya bilang Quinn adalah putri saya. Jadi jangan pernah berpikir untuk merayunya dan mengakuinya sebagai cucu kandung anda!" ketus Tiffany semakin emosi.
"Melihat wajahmu yang ketakutan seperti ini aku semakin yakin kalau anak kecil ini adalah cucuku," ketus Nyonya Alesandro.
"Aku tidak pernah ketakutan. Aku hanya tidak suka ketika bertemu dengan Anda dan putra anda. Karena saya selalu berdoa di dalam hati agar saya tidak pernah lagi menemui manusia seperti anda seumur hidup saya."
"Oh ya, Kalau begitu katakan lagi kalimat yang tadi anda katakan kalau sebenarnya anak ini bukan anak kandung anda!" tantang Nyonya Alessandro.Kali ini ia merasa yakin kalau Tiffany tidak akan mungkin mau mengatakan kejujurannya di depan anak kecil itu.
Mendengar tantangan dari Nyonya Alessandro membuat Tiffany berpikir dua kali. Quinn adalah anak yang sangat cerdas. Anak kecil itu pasti akan kecewa Jika ia membohonginya seperti dia membohongi Nyonya Alessandro tadi.
"Kenapa kau diam saja? Bagaimana kalau aku bantu?" Nyonya Alessandro memandang ke arah Quinn. "Sayang, tadi ibumu bilang kalau kau bukan anak kandungnya. Dia sengaja mengambilmu dan merawatmu dari wanita yang tidak mau merawatmu yaitu Ibu kandungmu. Kau ini hanya anak angkat yang dirawat olehnya karena kasihan."
Tiffany mengepal kuat tangannya. "Jangan pernah percaya dengan perkataan siapapun selain kata-kata yang mami ucapkan."
"Mami, tenang saja. Aku tidak akan pernah percaya dengan kata-kata nenek ini," jawab Quinn sambil tersenyum.
Nyonya Alessandro masih juga tidak kehabisan cara. Wanita itu berjongkok di depan Quinn lalu tersenyum hangat di depannya. "Kalau memang kau anak kandung Tiffany, Katakan padaku siapa Ayah kandungmu? Apa selama ini Tiffany tidak pernah mengatakannya kepadamu? Siapa nama ayah kandungmu. Jangan-jangan dia sudah membohongimu dengan mengatakan kalau Ayah kandungmu telah meninggal."
Quinn memandang ke arah Tiffany sejenak sebelum memandang ke arah Nyonya Alessandro lagi. "Ayah kandungku belum meninggal. Dia masih hidup dan sekarang ada di sini. Mami pernah menceritakannya kepadaku. Dia adalah pria yang baik."
Kedua mata Tiffany mulai berkaca-kaca mendengar perkataan putrinya. Anak kecil itu terus saja membelanya dan itu membuat Tiffany terharu.
"Apa Nenek ingin melihat wajah ayah kandungku?" tantang Quinn lagi.
Nyonya Alessandro mengernyitkan dahi. "Apa dia ada di sini?"
"Ya. Dia ada di sini. Di sana!" Quinn menunjuk ke arah Dante dan itu membuat Tiffany dan juga Nyonya Alessandro sama-sama kaget. "Paman, menyingkirlah karena Ayah kandungku ada di belakang Anda," perintah Quinn.
Dante yang tadinya sempat besar kepala karena Quinn mengakuinya sebagai ayah kandung segera memandang ke belakang. Pria itu menatap serius ke arah Luca yang kini berdiri di sana.
"Daddy!" teriak Quinn. Anak kecil itu segera berlari lalu memeluk Luca. Tiffany yang syok bukan main hanya terdiam.
"Sekarang, apa lagi yang sudah dia rencanakan? Anak kecil ini benar-benar membuat kepalaku menjadi pusing," umpat Luca di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
C2nunik987
Luca ke sekolah Tiffany mau ngapain yakk....trs liat Tiffany masa ia ga knl ?
2025-02-24
0
C2nunik987
ke sekolah Quinn read
2025-02-24
0
Muse
emang pinter nich bocah wkwkwk....
2023-11-02
1