"Quinn, mengapa belakangan ini kau selalu membohongi mommy? Padahal Mommy sangat mempercayaimu. Seharusnya kau tidak membuat masalah." Tiffany terus saja menggerutu kesal.
Sepanjang perjalanan mereka berdua pulang Tiffany terus-terusan meluapkan kekesalan kepada Quinn. Sedangkan Quinn terdiam. Gadis kecil itu tidak ingin semakin membuat Tiffany marah. Akan tetapi, hal itu tak berlangsung lama. Quinn mulai tidak nyaman karena terus diintimidasi oleh Tiffany.
"Aku hanya ingin membantumu, Mommy," sahut Quinn.
Brak!
Tiffany membanting pintu rumahnya. Hal itu membuat Quinn bertingkat kaget. Kini gadis kecil itu memilih diam. Sebab baru kali ini Quinn melihat kemarahan Tiffany.
"Sekarang katakan pada mommy. Bagaimana kau bisa menghubungi laki-laki asing itu? Bukankah semua gadget yang kamu miliki sudah Mommy sita?" Tiffany teringat bahwa hari ini Quinn tidak memiliki gadget sama sekali.
Lantas bagaimana Quinn bisa menghubungi laki-laki asing itu? Sungguh Tiffany tidak habis pikir. Mengapa Quinn bisa memiliki pemikiran yang berbeda dengan anak kebanyakan. Tiffany memandang Quinn dengan tatapan tajam.
Wanita itu mencoba untuk menelaah apa yang sedang dipikirkan oleh Quinn. Tiffany juga curiga dan penasaran bagaimana Quinn memesan taksi online saat menjemput Tiffany semalam.
"Quinn, katakan sekarang! Apa yang kau lakukan sehingga kau bisa menghubungi laki-laki itu?" bentak Tiffany.
"Aku meminta tolong kepada ibu guru. Karena aku merasa kalau mereka tidak akan pergi sebelum membawaku, Mom. Apakah aku harus diam saja, mommy? Mereka orang-orang jahat! Mereka merendahkan Mommy seenaknya! Padahal Mommy sudah bekerja keras untuk menghidupiku." Quinn kembali terlihat sendu.
Gadis kecil itu seolah sangat paham bagaimana perjuangan Tiffany untuk membesarkannya. Sedangkan orang-orang yang tidak memiliki moral itu seenaknya ingin membawanya pergi dari kehidupan Tiffany. Bagi Quinn itu sangatlah tidak adil.
"Apa kau bilang? Kau bahkan sampai meminta bantuan ibu guru hanya untuk menghubungi laki-laki asing itu? Quinn! Mommy sudah mengatakan bahwa kau harus berhati-hati dengan orang asing! Lalu kenapa kau justru bisa sedekat Itu dengan laki-laki yang tidak pernah kau kenali sebelumnya?" Tiffany memijat pelipisnya.
Wanita itu kehabisan kesabaran karena Quinn benar-benar terlalu berani. Seperti tadi malam Quinn menjemput dirinya dengan menggunakan taksi online. Tiffany juga bingung dari mana Quinn bisa mendapatkan uang yang ia gunakan untuk membayar utang.
"Ngomong-ngomong Mommy juga bingung. Dari mana kau tahu posisi di mana Mommy bekerja? Aku ingat jika aku tidak memberitahumu lokasi di mana Aku bekerja," pungkas Tiffany
"Bukankah Mommy sering bilang tentang kegunaan dari Google Map. Selain itu juga ada GPS. Setiap handphone juga memiliki akses GPS." Quinn menjelaskan tentang bagaimana dirinya bisa menemukan lokasi tempat Tiffany bekerja.
Hal itu membuat Tiffany terdiam seketika. Sebab di usia Quinn yang baru saja menginjak usia 6 tahun itu bocah kecil itu mampu menggunakan aplikasi GPS.
Di sisi lain ketika Tiffany dan Quinn sedang berdebat, ada seorang laki-laki yang sedang termenung. Ia adalah luca. Seorang laki-laki yang memiliki kekayaan dan kekuasaan luar biasa tersebut tampak gelisah.
Joni sang sekretaris pribadi itu juga terus saja bungkam. Lantaran Joni sangat memahami bagaimana karakter dari atasannya itu. Tampak Joni melihat jam yang melingkar di tangannya.
Laki-laki itu seperti sedang mencari tahu sudah berapa lama mereka berdua berdiam di dalam mobil. Sedangkan saat ini mobil tersebut berada di depan rumah Tiffany dan Quinn.
"Bisa gawat kalau aku sampai tidak bisa bertemu dengan anak itu. Meskipun bocah Itu menyebalkan tapi sejujurnya aku masih sangat membutuhkan kemampuannya. Astaga! Padahal aku sudah merencanakan banyak hal untuk kemenanganku. Mengapa akhirnya jadi begini?" Luca terduduk lemas di tempat duduknya. Laki-laki itu terlihat memejamkan kedua matanya.
Di sampingnya, Joni menggelengkan kepalanya. Sebenarnya Joni juga tidak ingin mempercayai kemampuan Quinn. Namun melihat Luca yang stress saat Quinn tidak dapat dihubungi membuat Joni mulai mencari tahu tentang Quinn.
Pada akhirnya Joni juga sadar bahwa Luca memiliki alasan besar mengapa mempertahankan Quinn agar selalu berada di pihaknya. Luca menggelengkan kepalanya pelan.
"Joni. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kepalaku terasa mau pecah. Padahal aku baru saja menghitung keuntungan yang kudapatkan dari hasil kerja bocah tengik itu. Bagaimana bisa tiba-tiba aku kehilangan dia?" Luca kembali menggerutu. Laki-laki itu tidak ingin kehilangan sumber keuangannya.
"Apa kita tidak mencoba untuk bertamu ke sana Tuan?" Tanya Joni.
"Kau sedang memikirkan apa? Itu artinya mereka akan mengetahui bahwa kita melakukan penguntitan. Astaga! Ini lebih sulit daripada aku harus membuat proposal untuk memenangkan tender." Luca menjawab dengan kesal semua asumsi yang diberikan oleh Joni.
"Tapi, Tuan. Jika kita tidak bergerak, apa yang akan terjadi? Bisa saja anak kecil itu tidak akan bisa keluar rumah lagi. Sebab melihat ibunya seperti itu, saya yakin jika Quinn mendapatkan hukuman," terang Joni.
Deg!
Jantung Luca seakan berhenti berdetak begitu ia mendengarkan kata-kata Joni. Otak Luca berpikir keras. Benar saja. Luca ingat saat Tiffany mengatakan akan memberikan hukuman kepada Quinn.
"Aish! Kau benar, Joni! Wanita itu tadi juga sempat mengatakan akan memberikan hukuman pada bocah tengik itu! Kalau begitu, ayo kita bergerak cepat!" Buru-buru Luca keluar dari mobil. Kemudian laki-laki itu berjalan menuju ke rumah Tiffany.
Tok tok tok!
Luca mengetuk pintu tanpa berpikir panjang. Laki-laki itu seolah tidak sabar ingin bertemu dengan Quinn. Selama beberapa waktu, tidak ada yang membuka pintu. Hal itu semakin membuat Luca gelisah dan panik.
"Jangan-jangan benar kalau wanita galak itu memberikan hukuman kepada Quinn. Ya ampun! Bocah tengik itu! Setidaknya dia harus selamat sampai aku menjatuhkan musuhku! Dasar sialan! Bagaimana bisa ada wanita galak yang ingin memberikan hukuman kepada bocah tengik?" Luca mengetuk pintu dengan keras.
Ia sudah melupakan bagaimana adab bertamu yang sedang memenuhi kepalanya saat ini adalah Quinn. Hingga tak lama kemudian pintu rumah itu terbuka. Terlihat Tiffany menyambut Luca dengan ekspresi wajah yang tidak ramah.
"Apa yang anda lakukan di sini? Saya yakin jika anda tidak pernah datang ke tempat yang kotor seperti ini." Tiffany bersedekap di dada. wanita itu menatap Luca dengan tatapan mata yang tajam.
"Tentu saja aku datang karena ingin melihat Quinn. Di mana dia?" Luca berusaha untuk menahan emosinya. Karena sampai sekarang yang dibutuhkan setiap orang adalah kesabaran.
"Maafkan saya, Tuan. Tapi alangkah lebih baiknya jika Anda pulang dan tidak lagi menemui putri saya. Terima kasih!" Tiffany berusaha untuk menutup pintu rumahnya.
Akan tetapi, dengan cepat Luca menahan daun untuk pintu. Beruntung, Luca berhasil membuat pintu itu agar terbuka lebar.
"Di mana anak itu?" tanya Luca.
"Dia sedang sibuk!" ketus Tiffany.
"Kalau begitu panggilkan dia. Katakan paman Luca ingin bertemu. Aku yakin dia akan datang," tegas Luca.
Tiffany memutar bola matanya. "Dia tidak akan datang ke sini. Karena dia sedang saya hukum. Pergilah, Tuan. Percuma juga Anda datang."
"Apa? Dihukum? Dasar wanita galak! Bagaimana bisa kau menghukum putrimu sendiri?" Kedua mata Luca melotot. Ia tidak habis pikir dengan Tiffany yang menghukum Quinn.
"Kau memanggilku galak? Hei! Dasar orang asing tidak tahu diri! Kau mau mengajakku berkelahi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
C2nunik987
Ga paham sdh ada apa ma Tiffany dan Luca masa ia ga ada yg ingat waktu di hotel walau Tiffany ga sadar diri 😭😭😭🙈🙈🙈
2025-02-24
0
Muse
seru...seru banget...kesan pertama GALAK, catet yaa galak jangan aja besok² berubah ckck...
2023-11-02
1
Darsiti Bu
awalnya galak ya luca
2023-10-25
0