Joni melirik jam di pergelangan tangannya. Pria itu berada tidak jauh dari lokasi rumah Tiffany. Jelas saja dia tidak akan membeli semua yang diperintahkan Luca langsung ke restorannya.
Karena tidak mau repot, pria itu menyuruh bawahannya untuk membeli makanan dan juga pizza kesukaan Queen. Sambil menunggu, Joni kembali ingat dengan apa yang terjadi di kediaman Tiffany tadi.
"Aneh, semakin ke sini mereka berdua semakin mirip. Awalnya aku sempat berpikir, anak kecil itu mirip siapa? Kelakuan dan cara bicaranya ternyata sama dengan Tuan Luca. Mereka cocok sekali jika sampai menjadi ayah dan anak," celoteh Joni asal saja. Pria itu bahkan tertawa membayangkannya. "Tidak tidak. Satu orang seperti Tuan Luca saja sudah membuatku stres. Aku tidak mau sampai ada dua. Aku harap kerja sama di antara mereka segera selesai agar anak kecil itu tidak ada di antara kami lagi.
Jika di pikir-pikir lagi, semakin lama dia bersama kami maka nyawanya juga akan dalam bahaya. Musuh Tuan Luca tidak main-main. Mereka semua sadis dan tega membunuh siapapun. Entah itu wanita ataupun anak-anak."
Joni mengernyitkan dahinya. Pria itu mulai menyadari kalau sejak tadi ada seseorang yang secara diam-diam mengawasinya. Secara perlahan Joni mengambil senjata apinya. Gerakannya sangat halus agar musuh tidak sadar dengan sikap waspadanya.
Joni masih tetap memandang ke depan. Dia tahu kalau seseorang itu sudah berjalan mendekatinya. Hingga saat hitungan ketiga, Joni segera memutar tubuhnya dengan senjata api di tangannya.
Seorang pria berjaket hitam berdiri dengan tangan di angkat. Pria itu mengukir senyuman tipis di depan Joni.
"Ternyata kau! Ada apa?" Joni segera menurunkan senjata apinya ketika pria yang berdiri di hadapannya itu adalah seseorang yang sangat dia kenali.
"Dimana Bos Luca? Aku perhatikan sejak tadi kalian masih ada di sekitar sini. Misi apa lagi sekarang? Kenapa aku tidak dilibatkan?"
Pria itu bernama Brox. Dia adalah tangan kanan Luca di dalam dunia hitam. Selama Luca sibuk, The Hawk ada di tangan Brox. Dia selalu saja tertarik untuk melindungi Tuannya meskipun Luca sama sekali tidak memberi perintah.
"Bukankah Tuan Luca melarangmu untuk muncul? Bagaimana kalau ada yang melihatmu di sini? Mereka akan tahu kalau selama ini kau bukan Tuan Luca!"
Luca meminta Brox untuk berpura-pura menjadi dirinya. Dengan begitu musuh tidak akan pernah tahu kalau sebenarnya pemimpin Z.S Group adalah Big Boss The Hawk yang asli.
"Kau belum menjawab pertanyaanku!" tegas Brox. Pria itu tidak suka melihat Joni yang mengintrogasinya seperti seorang pencuri.
"Tuan Luca menemui seseorang. Dia adalah aset berharga Tuan Luca saat ini." Joni akhirnya kalah dan lebih memilih untuk menjelaskan semuanya. Dia tahu kalau kemampuannya bertarung tidak ada setengahnya dari kemampuan milik Brox.
"Secerdas itu? Anak 6 tahun?" tanya Brox tidak percaya setelah mendengarkan cerita lengkap yang diucapkan Joni.
"Lebih tepatnya 6 tahun 5 bulan. Dia memang cerdas. Aku menyaksikannya sendiri. Dia bahkan pintar bernegosiasi. Kau bayangkan saja, ada seseorang yang bisa membuat Tuan Luca yang arogan turun ke lokasi seperti ini. Bahkan dia tidak mau memakai sepatu yang pernah menginjak tanah tetapi sekarang dia rela bertamu di rumah sederhana itu."
Brox mengangguk. "Bagaimana kalau wanita itu mata-mata? Kita harus waspada!" Seperti itulah isi pikiran Brox. Bahkan sampai detik ini dia juga tidak percaya kalau Joni setia kepada Luca. Brox hanya tidak ingin Bos Luca yang dia segani itu berada dalam bahaya.
"Tidak mungkin. Aku sudah selidiki semuanya," jawab Joni mantap.
"Apa anak kecil itu bisa menyelidiki keberadaan musuh kita?"
"Itulah yang sekarang dipikirkan oleh Tuan Luca. Sayangnya ibu anak itu menghalangi kami. Dia sama sekali tidak tahu kalau putrinya memiliki bakat yang luar biasa hebatnya."
...***...
Luca dan Tiffany tidak mau mengeluarkan kata sedikitpun ketika mereka melihat Quinn makan dengan lahap. Anak kecil itu sangat menyukai pizza.
Baginya pizza adalah makanan paling enak yang pernah dia makan. Malam itu Joni memesan beberapa pizza dengan rasa yang berbeda. Jelas saja hal itu membuat Quinn semakin kegirangan.
"Hanya dengan memakan pizza, dia terlihat seperti anak kecil. Tetapi sebelumnya dia justru terlihat seperti orang dewasa yang keras kepala," gumam Luca di dalam hati.
Tiffani melirik ke arah Luca sejenak sebelum memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Meskipun di dalam hati dia masih merasa kesal terhadap Luca, tetapi tidak bisa dipungkiri kalau saat ini dia menyukai makanan yang di pesan oleh Luca. Semua enak. Tiffany tahu pasti harga makanan itu juga tidak main-main.
"Paman, terima kasih. Andai saja Paman benar-benar ayahku," celetuk Quinn hingga membuat Tiffany mematung.
Begitupun dengan Luca. Pria itu menatap Quinn dengan serius. Biasanya dia langsung marah ketika ada seseorang yang sesuka hatinya bicara di hadapannya. Tetapi berbeda dengan Quinn. Anak kecil itu benar-benar spesial.
"Kau bisa memandangku seperti ayahmu sendiri," jawab Luca mantap. "Memiliki anak sepertimu sungguh satu hal yang sangat membanggakan," sambungnya lagi yang hanya berani di dalam hati saja.
"Tidak! Kau tidak boleh menganggap pria ini sebagai ayahmu, Quinn!" tolak Tiffany.
"Tapi kenapa Mommy?"
"Karena dia bukan ayahmu. Dia berbeda dengan kita!" perjelas Tiffany Berharap putrinya mengerti.
"Hei, Nona. Apanya yang berbeda? Kita sama-sama manusia," ujar Luca tidak terima.
"Bahkan sampai detik ini aku masih belum tahu sebenarnya apa yang sudah membuat anda bisa sedekat ini dengan putri saya. Dia satu-satunya harta yang saya miliki. Saya tidak mau ada seseorang yang berniat untuk memilikinya." Tiffany seperti sedang menahan tangis. Hal itu membuat Quinn merasa bersalah.
"Mommy, maafkan Quinn."
Tiffani mengatur napasnya. "Tuan, jika anda sudah selesai. Sebaiknya segera tinggalkan rumah ini. Dan tolong, jangan pernah ganggu lagi ketenangan keluarga kecil kami."
Tiffani beranjak dari kursi. Wanita itu melangkah ke sofa yang dekat dengan pintu keluar. Dia akan segera mengunci pintu jika Luca telah pergi.
Melihat Tiffani tidak ada di sana lagi, Luca dan Quinn saling memandang.
"Tuan, anda tenang saja. Saya akan tetap menyelesaikan tugas saya meskipun kita tidak bertemu. Anda bisa katakan apa yang anda inginkan melalui email. Sebulan ini saya tidak akan ingkar janji," bisik Quinn. Namun Luca hanya diam saja. Perkataan Tiffani membuatnya kembali sadar.
"Apa aku terlalu jahat sampai-sampai memanfaatkan anak kecil demi kepentingan pribadiku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
C2nunik987
Tiffany selidiki anakmu .....Joni coba test DNA ambil rambut bossmu dan Quinn selesai kan rasa penasaranmu 🙈🙈🙈
2025-02-24
0
Muse
ya pasti Tiff takut Quinn diambil setelah semua yg terjadi padanya. Lagipula dia gak tau kalo Quinn tuh bocah genius jd yg ada dipikiranya ya yg masuk logika dia aja... gak sampai kesitu.
2023-11-02
1
Wnr Sri
ampunnn tiffani naif banget sih . .
2023-09-09
0