Tidak menunggu lama Harit sudah kembali lagi dengan mempersiapkan unta dan juga perbekalan yang akan dibawa ke rumah Aminah, harit mengajak salah satu saudaranya yaitu Hamzah untuk ikut bersamanya pergi ke rumah Dullah di mana Ayah Harit yaitu Abdul Hamid yang memiliki anak semua berjenis kelamin Laki-laki, mulai berangkat meninggalkan kota nya menuju tempat tinggal Dullah dan Aminah.
Di kediaman Rumah Aminah sudah ada Ainun yang datang Sejak pagi karena Ainun sangat penasaran Apakah Dullah sudah pulang ataukah belum dan ternyata Dullah suami dari Aminah belum pulang Ingin rasanya Ainun memberitahu Aminah jika pemuda yang bersama dengan suaminya yaitu Adris dalam perjalanan berdagang sudah berada di Rumahnya akan tetapi keinginan itu seolah-olah tidak bisa diucapkan Dan disampaikan dikarenakan Ainun khawatir apa yang dikatakannya akan menyinggung dan menyakiti hati Aminah, untuk itu Ainun mencoba untuk diam dan merahasiakan semuanya.
Ainun Mencoba tersenyum dan pura-pura tidak mengetahui tentang apapun sehingga ketika Ainun tiba Ainun pura-pura bertanya tentang Dullah, Apakah sudah berada di rumah dan dia ingin meminta segera oleh-oleh yang dijanjikan Aminah kepadanya, untuk itu Ainun datang lebih pagi meskipun sesungguhnya tujuan dari Ainun adalah untuk menemani Aminah agar dia tidak bersedih karena itulah belum pulang sementara Adris sudah berada di rumah.
Dengan berpura-pura ingin segera dan ingin mendapatkan oleh-oleh dari Dullah suami Aminah maka Ainun berangkat dari rumahnya dengan sangat pagi dan dengan cara itulah Ainun yakin Aminah tidak akan curiga sementara sesungguhnya Apa yang dilakukan Ainun hanya untuk menemani Aminah agar Aminah tidak begitu sedih ataupun kecewa karena Ainun yakin semalaman Aminah pasti dalam keadaan sedih dan menangis dan ternyata Apa yang dipikirkan Ainun benar di mana ketika dia datang ke rumah Aminah wajah Aminah begitu sangat terlihat lesu dan matanya terlihat sembab sisa-sisa dari semalam yang mungkin Aminah menangis dan tidak tidur dengan nyenyak.
"Maaf, Minah. Aku datang pagi-pagi, sungguh Aku sangat penasaran dengan oleh oleh yang akan di bawakan oleh Suamimu, untuk itu Aku datang lebih pagi. "
Aminah mencoba untuk tersenyum dan menghapus perasaan sedih yang ada di dalam hatinya agar sahabatnya Ainun tidak curiga yang mana terlihat sangat bahagia dan ingin sekali mendapatkan oleh-oleh dari suaminya membuat Ainun datang ke Rumah nya pagi-pagi sekali.
Kedua sahabat yang sama-sama berusaha menjaga hati dan perasaan sahabat nya masing-masing.
Aminah berusaha menjaga perasaan Ainun dengan berpura-pura bahagia agar Ainun tidak tahu jika dirinya sedang bersedih sementara Ainun menjaga perasaan Aminah dengan berpura-pura ingin mendapatkan hadiah dan oleh-oleh dari suami Aminah tapi sesungguhnya yang ada di dalam hati Ainun ingin menemani Aminah yang dalam keadaan sedih karena Ainun tidak ingin Aminah sahabatnya bersedih terlalu dalam.
" Tentu saja Nun, kamu boleh datang kapan saja, tidak masalah datang pagi-pagi tidak perlu sungkan sebentar lagi suamiku akan datang kemarin ada kesibukan sehingga suamiku mengatakan dia tidak datang kemarin malam, untuk itu Aku diminta menunggu hari ini, "ucap Aminah berbohong kepada Ainun agar Ainun tidak merasa ikut bersedih tentang keadaannya yang benar-benar memang sangat sedih.
Ainun menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan mencoba mengembangkan sebuah senyuman meskipun sebenarnya senyuman itu adalah senyum keketiran di mana dia benar-benar merasa tidak tega melihat sahabatnya begitu sedih dan kecewa.
"Iya, Minah Aku tidak akan sungkan dan Minah Aku juga belum sarapan pagi apakah ada Makanan untuk ku? " tanya Ainun berpura-pura dirinya sedang lapar tapi sesungguhnya Ainun berharap dia makan dan Aminah mau menemaninya makan karena Ainun yakin semalaman Aminah tidak makan dan hal itu sangat buruk bagi kesehatan Aminah yang lagi dalam keadaan hamil muda.
"Oh, ada ayo kita keruang makan kita makan dulu, " ajak Aminah kepada Ainun.
Aminah dan Ainun segera pergi ke ruang makan ketika Aminah tidak menyedonasi dan dia hanya diam di depan meja makan membuat Ainun mengerikan dahinya kemudian dengan tersenyum dan mencolek tangan Aminah yang kala itu sempat membuat Aminah seperti orang linglung karena tiba-tiba Aminah terdiam dalam keadaan melamun.
"Hei Minah, mana Nasi kamu, kok kamu belum ambil untuk ditaruh di piringmu, Apa perlu aku yang mengambilkan? Aku jadi sungkan Kalau kamu tidak ikut makan, "ucap Ainun pura-pura sedih, agar Aminah mau makan dan apa yang dilakukan Ainun ternyata benar Aminah tidak tega menolak keinginan dari Ainun atau lebih tepatnya Aminah tidak ingin Ainun tahu kesedihan tentang hatinya untuk itu dengan tersenyum meskipun senyum itu suatu senyum keterpaksaan Aminah mulai menyeduh nasi dan menaruhnya di atas piring meskipun nasi yang diambil hanyalah sedikit, bukan hanya itu saja ketika Aminah menyuapkan nasi ke dalam mulutnya pun serasa hambar dan tidak memiliki rasa apapun bahkan terkesan sangat susah untuk bisa masuk ke dalam perutnya.
"Minah, ini sayur kamu enak lho cobain ini, " Hanun segera mengambil sayur dan sengaja menyuapkan ke mulut Aminah dan dengan terpaksa Aminah menerima suapan sayur dari Ainun sahabatnya dan dengan terpaksa akhirnya nasi dan sayur yang tercampur menjadi satu di dalam mulut Aminah Akhirnya bisa masuk ke dalam perut meskipun dalam jarak waktu yang cukup lama dan tidak terlalu banyak akan tetapi cukuplah untuk sebuah energi agar tubuh dan kesehatan Aminah bisa terjaga.
dengan senyum mengembang di bibir Ainun meminta Aminah untuk membiarkan semua makanan yang ada di meja Ainun yang membereskan bahkan Ainun menawarkan diri untuk mencuci piring bekas makanan mereka awalnya Aminah tidak mau dan bersikeras untuk mencucinya sendiri akan tetapi karena Ainun juga bersikeras meminta kali ini agar Ainun diizinkan untuk membantu maka dengan berat hati Aminah mengizinkan meskipun sesungguhnya Aminah tidak ingin Ainun di rumahnya bekerja akan tetapi karena keinginan dari Ainun sendiri Aminah terpaksa mengizinkan.
Karena kecerdasan dari Ainun yang sesekali membuat suatu percakapan yang bisa membuat Aminat tersenyum dan tertawa akhirnya perasaan sedih dan rasa yang tidak enak di dalam hati sedikit demi sedikit berkurang, bahkan sedikit demi sedikit Aminah mulai bisa tersenyum senyum itu belum sepenuhnya mengembang sempurna karena senyum itu masih terlihat sangat terpaksa, tapi Ainun memahami kesedihan yang dialami oleh Aminah untuk itu Ainun berpura-pura tidak mengetahui terlebih Ainun merasa bersalah karena seharusnya dia memberikan kabar dan memberitahu kepada Aminah jika Adris teman dari Dullah ketika berdagang sudah berada di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments