Bab. 19. MENANGIS

Pada akhirnya Ainun menganggukkan kepala sebagai tanda setuju dan menerima apa yang dikatakan oleh ayah mertua di mana dia harus bersabar menunggu sampai janin yang ada di dalam kandungannya kuat untuk melakukan perjalanan jauh.

Setelah suasana sedikit normal Ayah mertua meminta Aminah untuk ikut pergi bersamanya yaitu tinggal di rumah mertua akan tetapi dengan halus dan tegas Ainun menolak karena Ainun tidak ingin menjadi beban di keluarga Suaminya.

"Aminah seharusnya kamu ikut kami kamu tinggal bersama kami karena kami memiliki Rumah yang luas lagi pula kami bisa selalu mengetahui perkembangan dari janin yang ke kandung.

" Maaf Ayah, Aminah tidak ingin ikut Ayah, Aminah bisa tinggal di rumah Aminah sendiri di sini dan nanti Aminah akan memberi kabar kepada keluarga Aminah pasti Ayah akan datang menemani meskipun mungkin hanya sesekali saja, Ayah Addul Hamid tidak perlu khawatir lagi, Minah bisa menjaga diri disini juga ada Ainun dia ini teman baik Aku Ayah, "

ayah tulah yaitu bapak Abdul Hamid menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan dia tidak bisa memaksa menantunya untuk mau tinggal bersama adiknya Karena bagaimanapun juga sang menantu akan merasa tidak nyaman tinggal bersama dengan keluarga mertua di mana suaminya sudah tidak ada.

" Baiklah kalau begitu Aku akan sering datang ke sini mungkin Harit yang akan menjenguk atau Hamzah atau mungkin aku sendiri Kamu harus jaga kesehatan kamu dan janin kamu jangan terlalu memikirkan dan jika Janin kamu sudah kuat kamu baru boleh menengok makam dari suamimu di kota xx."

"Trimakasih Ayah, "

Hari itu juga Ayah Dullah beserta kedua putranya Harit dan Hamzah pamit undur diri setelah memberikan beberapa bingkisan yang bisa dipergunakan Aminah untuk keperluan sehari-hari di mana Untuk saat ini Aminah tidak akan ada yang mencari dan membantu mencarikannya nafkah, untuk itu Ayah Harit memberikan banyak uang dan juga beberapa bahan makanan untuk persediaan Aminah.

Awalnya Aminah menolak semua pemberian dari Ayah mertuanya Akan tetapi karena Ayah mertua bersikeras untuk memberikan dan semua itu dia lakukan agar Dullah di sana menjadi tenang akhirnya Aminah menerima nya.

Aminah mengantar kepergian Ayah mertuanya beserta dengan kedua kakak iparnya sampai di depan pintu, setelah bayangan dari sang ayah mertua dan kedua kakak iparnya menjauh pergi Aminah kembali masuk ke dalam rumah di mana kini Aminah mulai menumpahkan perasaan sedihnya yang dia tahan beberapa jam lalu ketika Ayah mertuanya ada di dalam rumah, di mana Aminah tidak bisa meluapkan perasaan sedihnya ketika Ayah mertua berada di rumahnya, yang mana tentu saja membuat Aminah merasakan malu apabila harus menanggis di hadapan sang Ayah mertua.

"Menangislah Minah jangan kau tahan lagi, tumpahkan segala kesedihan yang ada di dalam hatimu luapkanlah Mina agar setelah ini hatimu bisa sedikit lebih baik dan menjadi tenang, menangislah jika hal itu bisa membuat perasaan sedih yang ada di dalam hatimu berkurang, " ucap Ainun memberikan dukungan kepada Aminah agar dia meluapkan segala beban yang ada di dalam hatinya agar setelah ini Aminah tidak lagi merasakan kesedihan yang dalam?

Aminah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Ainun dia menangis dengan sekencang-kencangnya Ainun dengan penuh kasih sayang memeluk Aminah yang sedang menangis dengan perasaan Haru.

" Bersabarlah Mina Kuatkan hatimu cobaan ini memang berat akan tetapi kita tidak bisa melawan takdir kita harus menerima semua takdirnya yang kita dapatkan kita hanya bisa meminta agar kita mendapatkan kebahagiaan yang Hakiki di dunia ini. "

"Nun, Aku tidak bisa melihat Suamiku lagi, Aku tidak bisa lagi mendengar semua Nasehat dan juga Aku tidak akan lagi biasa merasakan kasih sayangnya, Aku tidak menyangka jika Suamiku begitu cepat pergi, rasanya Aku tidak sanggup jika harus hidup sendiri. "

"Sabar Minah ingat kamu masih memiliki Anak, kelak Anak yang ada di dalam perutmu itu yang akan menemanimu kamu harus tetap bersemangat untuk memberikan yang terbaik buat putramu. "

"Kau benar Nun, Aku tidak boleh rapuh karena Aku harus menjaga bayiku agar dia bisa tumbuh menjadi Anak yang pintar dan cerdas. "

"/Kau Benar ini sudah sangat Malam apa boleh Aku menginap di Rumah kamu? "

Aminah menatap heran pada sahabat nya yang ingin mengginap di Rumah nya.

Ainun Apa Aku tidak salah dengar dengan apa yang kamu katakan padaku, Mengapa kamu menginap di rumahku Bukankah malam ini suamimu pasti pulang ke rumah jika tidak mendapati dirimu di rumah bagaimana? "tanya Aminah kepada Ainun yang mana Ainun menanggapinya dengan tersenyum di mana Ainun memang mengetahui jika malam ini suaminya akan datang ke rumah akan tetapi bagi Ainun menemani Aminah yang lagi bersedih adalah suatu hal yang lebih penting daripada suaminya.

" tidak ada apa-apa aku hanya ingin menemani dirimu saja Aku hanya ingin berada di sini malam ini apakah kamu keberatan Apakah kamu tidak mengijinkan aku untuk bermalam di rumahmu? "

" Bagaimana kamu berpikir aku tidak mengijinkan justru aku sangat senang apabila kamu mau bermalam di rumahku akan tetapi semua itu tidak benar karena suamimu akan datang dan dia tidak akan menemukanmu di rumah pasti suamimu akan marah padamu sedangkan aku tidak ingin suamimu memarahimu jadi tidak apa-apa tinggalkan aku sendiri di sini kamu boleh pulang ke tempat asalmu, "

Mendengar apa yang dikatakan Ainun kepadanya membuat Aminah merasa terharu hingga dia mengeluarkan air mata bahagia yang mana dia benar-benar mendapatkan seorang teman yang memahami dan mengerti dirinya sehingga dia tidak akan merasa sepi.

Tiga Bulan sudah Aminah menjalani kehidupannya sendiri yang sesekali kakaknya datang untuk sekedar Bertanya kabar dan memberikan beberapa makanan dan uang untuk kebutuhan Aminah, meskipun terkadang Aminah menolaknya akan tetapi kedua kakak iparnya yang berasal dari garis keturunan yang sama dengan suaminya selalu meminta Aminah untuk mau menerimanya Karena hal itu adalah pesan dari ayah mertua.

Seperti yang sudah dijanjikan oleh ayah mertua Aminah ketika kandungan atau janin dari Aminah sudah cukup kuat maka Aminah diizinkan untuk menjenguk makam dari suaminya yang ada di kota xx.

Aminah menatap Sayu pada pusaran yang ada di tebing kota di depannya yang mana yang hari ini Aminah diizinkan untuk menjenguk dan melihat makam daripada suaminya, yang mana keberangkatannya ditemani oleh Abdul Hamid sebagai ayah mertua harith dan hamzah sebagai kakak ipar serta Ainun yang selalu menemani, Ainun diizinkan untuk menemani dirinya Karena Ainun adalah teman baik Aminah,

Bahkan Ainun adalah sosok gadis yang sangat berarti mulia di mana dia seringkali membantu Aminah, baik dalam menjaga kesehatan janin yang ada di dalam kandungan Ainun maupun menemani Ainun dikala sedang seorang diri dan sepi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!