Bab. 7.Was Was

Ainun dengan sangat telaten membantu Aminah untuk berbaring sebentar di ranjang yang ada di Ruang tamu.

Setelah merasa sedikit enakkan Aminah meminta Ainun untuk membantu nya duduk.

"Ini sudah enakan Ainun, trimakasih ya. "

Ainun tersenyum senang mendengar perkataan dari sahabat nya, Aminah hanya tetangga yang Rumah nya cukup dekat dengannya meskipun Aminah dan Suaminya adalah seorang pendatang yang baru menjadi warga si kota itu, akan tetapi karena sikap dan prilaku dari Aminah dan Dullah yang baik Ainun merasa sangat suka dan cocok untuk itu Ainun menjadi kan Aminah sebagai sahabat nya.

"Minat Ayo kita makan Suamiku datang membawakan oleh oleh makanan dan Aku tidak akan bisa menghabiskan nya sendiri untuk itu Ayo kita makan, "

Dengan senyum mengembang dibibir Amina memgagguk, kali ini Aminah tidak lagi sungkan dengan tawaran Ainun kepada nya.

Aminah mulai ikut menyeduh makanan yang di bawa Ainun ke Rumah nya

"Ini makanan apa Nunggu kok begini, "

Ainun Ternyata bukan membawa makanan seperti nasi ataupun sesuatu yang lain akan tetapi Ainun membawa satu rantang yang cukup besar dan tidak terlalu kecil juga tidak terlalu besar, hanya rantang yang sedang yang di dalam nya berisi sebuah sup berwarna putih kuning kecoklatan dan Hal itu membuat Aminah heran karena Aminah belum pernah melihat atau menikmati atau makan sup yang bentuknya seperti itu.

"Nun, apa ini , Aku tidak pernah melihat makanan atau minuman seperti ini, sebenarnya Ini makanan apa minuman Nun kok aneh seperti ini? "

Melihat wajah Aminah yang merasa keheranan dengan makanan yang dia bawa, Ainun tertawa renyah kemudian Ainun menuangkan sedikit makanan yang berbentuk minuman dengan di dalamnya berwarna putih kehijauan bisa juga kekuningan atau kecoklatan yang seperti serat dari serabut kelapa.

"Ini namanya sup burung walet,di kota harganya sangat mahal sekali dan suamiku khusus membelikan untukku, karena sup burung walet ini sangat baik untuk kesehatan dan aku ingin makan berbagi denganmu karena kamu dalam keadaan mengandung, ini juga akan sangat baik untuk menjaga kesehatanmu dan kandungan yang ada di dalam perutmu, ini rasanya sangat enak sekali, Ayo kita makan dan kamu rasakan bukankah kamu belum pernah memakannya dan ini pastinya, Pertama kali kamu makan sup burung walet seperti ini, jadi ayo kita nikmati dan kita makan bersama , " ajak Ainun kepada Aminah temannya dan tanpa menolak Aminah langsung menuangkan sup burung walet ke dalam mangkoknya, kemudian menyeduh nya dan memasukkan ke dalam mulutnya,

"Wah, ini enak sekali berapa suamimu membeli sup seperti ini Nun, '

" Sudah kubilang harganya sangat mahal, satu porsi sekitar Rp400.000."

"Wah kalau begitu sangat mahal sekali sangat enak rasanya, tapi kenapa kamu harus memakannya dengan berbagi denganku padahal ini sangat mahal dan Suaminu membelikan nya untuk mu, "

"Tidak apa-apa ayo makan, "

Ainun dan Aminah keduanya menikmati Makanan sup burung walet yaitu sup yang sudah dibeli oleh suami Ainun.

Di kota Harit yang kala itu mendengar adiknya sedang sakit bergegas pergi ke kota setelah mempersiapkan semua bekal dan barang yang dia bawah setelah sampai di kota xx, bergegas

harit mencari informasi dari alamat yang diberikan oleh seorang prajurit pemberi kabar kepadanya, setelah mendapatkan informasi Harit segera turun dari tunggangannya.

Harit yang berjalan menuju ke sebuah rumah berpapasan dengan banyak orang yang sedang berlari lari kecil menuju ke sebuah rumah yang ada di tempat itu, di mana Rumah itu berada paling ujung Harit juga sedikit heran karena rumah itulah yang kini juga sedang dituju oleh harit, karena merasa penasaran Akhirnya Harit menghentikan salah satu laki-laki yang berlari lari kecil yang arah yang sama dengan rumah yang akan dituju oleh Harit.

"Maaf, Pak. permisi jika boleh tau ada apa ya kenapa semua pada berlari lari kesana, "

"Oh, itu ada salah satu pendang asing yang baru berpulang, "

"Baru berpulang? maksudnya Bapak apa ya? "

"Dia meninggal, '

" Deg...!

"Si-siapa namanya Pak? "

Harit merasa was-was dan mulai merasakan hawa yang tidak nyaman dirinya menjadi berpikir yang buruk tapi pikiran buruk itupun segera Harit tepis.

"Tidak pemikiran Aku ini pasti salah, Aku tidak boleh berpikir negatif tidak boleh, tapi mengapa Rumah itu sama dengan Rumah yang akan Aku tuju, "

Harit terus bermonolog sendiri berharap apa yang dia pikirkan salah.

Maaf, Saudara saya pergi dulu saya harus ikut medoakan dan melihat nya, "

Harit tersadar dari lamunannya.

"Oh, ya silakan.'

Laki-laki itu sudah langsung berlari pergi sementara Harit berjalan dengan perasaan tidak menentu akhirnya Harit pun ikut berlari, Harit merasa penasaran siapa orang yang sudah meninggal itu dan mengapa Rumah nya sama dengan Rumah dimana Dullah tinggal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!