Di bawah cahaya bulan yang mulai menampakan wajahnya dengan malu malu dengan di iringi gemerlap nya beraneka bintang di atas langit yang sudah mulai mengeluarkan gemerlapnya cahaya memenuhi jagat angkasa Raya memberikan keindahan pada semua makhluk yang ada di bumi. tampak Seorang Wanita Masih duduk di depan rumahnya dengan sesekali mengusap butiran bening air mata yang mulai Luruh dan menetes di pipinya yang halus.
Aminah tidak bisa menyembunyikan kesedihannya hari ini di mana Dia sangat kecewa karena suaminya belum pulang.
Sungguh Aminah tidak pernah mengetahui Mengapa suaminya sampai larut malam belum juga datang, padahal suaminya sudah berjanji Jika dia akan pulang hari ini dan tidak biasanya suaminya ingkar janji, Dullah adalah seorang pemuda yang sangat berhati lembut, baik, dan juga jujur di mana dia tidak pernah mengecewakan ataupun menyakiti istrinya sungguh saat ini Aminah benar-benar kecewa dan merasa dipermainkan.
Kekecewaan yang Aminah alami saat ini benar-benar sangat dalam di mana Baru kali ini Dullah sang suami ingkar janji kepada dirinya bahkan Dullah terakhir berpesan dengan tulisan dan kata-kata yang sangat singkat bahkan terlihat sangat aneh di mata Aminah, akan tetapi Aminah mencoba untuk tetap berpikir positif dan tidak memikirkan hal-hal negatif yang mana Aminah merasa ada sesuatu yang disembunyikan Dullah kepada nya.
Dengan perlahan Aminah menghapus buliran-buliran bening yang jatuh di pipinya hatinya benar-benar sangat sedih hingga udara dingin menusuk ke dalam tulang sumsum yang pada akhirnya Aminah memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dikarenakan hari sudah benar-benar sangat malam.
Di dalam sebuah kamar yang sangat sederhana di bawah selimut Aminah masih terus meneteskan air mata Entah mengapa hatinya begitu sedih seakan-akan Dia merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan, sedangkan Aminah meyakinkan pada hatinya jika suatu perasaan yang ada di dalam dirinya itu hanya sebuah kekecewaan semata Akan tetapi rasa dari semua itu Aminah merasakan sesuatu yang sangat menyesalkan dan sangat menusuk ke dalam Ulu hatinya, rasa sedih yang begitu dalam, padahal Aminah yakin Dullah belum pulang hari ini bukan karena sesuatu apapun, akan tetapi karena Dullah menunda waktunya untuk pulang dan mungkin Dullah bisa pulang untuk besok pagi akan tetapi Entah mengapa perasaan sakit yang menyesakkan dada dan rasa sedih yang dalam itu sangat kuat hingga Aminah menangis dalam diam hingga dia tertidur.
Pagi menjelang diiringi dengan suara angin yang berhembus di pagi hari dimana angin yang berhembus meneroa tirai kelambu di dalam kamar Aminah yang mana kamar Aminah memiliki langit-langit yang terbuka sehingga udara dingin mudah masuk di dalam nya.
bangun dengan mata sembab dan juga dengan keadaan yang sangat letih Aminah mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi membersihkan tubuhnya kemudian menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan juga memanaskan makanan dan sayuran yang kemarin Amina buat untuk menyambut kedatangan suaminya yang mana ternyata suaminya tidak datang dan tidak ada makan malam bersama Aminah sendiri juga tidak makan malam dikarenakan perasaan hatinya yang sangat sedih dan sangat kecewa sehingga membuatnya tidak memiliki selera untuk makan.
Di tempat yang berbeda tanpa harus bersama dengan ayahnya sedang duduk di meja ruang makan mereka hanya makan berdua di mana sang ibu sudah tidak ada di antara mereka hanya ayah dan beberapa adiknya yang tinggal di rumah besar itu.
Hamid sang ayah memiliki 10 Putra yang mana di antara mereka ada enam yang sudah berkeluarga dan yang tersisa hanya empat orang termasuk Harit sebagai anak nomor dua di antara keluarga mereka, Harit memilih untuk melaajang dan tidak menikah dikarenakan belum memiliki keinginan untuk berumah tangga, Harit merasa Jika dia berumah tangga maka dia akan meninggalkan Ayah-nya, sementara Harit masih belum Ingin meninggalkan Ayah-nya. Harit ingin menemani sang Ayah Untuk itu Harit memutuskan untuk tidak menikah sementara.
"Ayah, Apakah kita hari ini jadi pergi ke rumah Dullah untuk mengabarkan berita ini kepada istrinya? " tanya hari kepada sang ayah yang kala itu sedang makan di depannya.
Ayah Harit meletakkan sendok makan kemudian meneguk segelas air minum sebelum kemudian Ayah Harit yaitu bapak Abdul Hamid menjawab pertanyaan dari putranya.
"Iya kita akan pergi ke rumah itulah hari ini juga karena kasihan jika terlalu lama kita membiarkan istri itulah menunggu dengan tanpa kepastian yang mana sebenarnya suaminya Sudah Beberapa hari lalu dia tiada.
" Apakah kita akan pergi hanya berdua Ayah Bagaimana dengan saudara-saudara harit yang lain apakah kita akan pergi bersama-sama ataukah kita hanya pergi berdua saja Ayah."
perlahan-lahan Ayah harith tampak menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan kemudian bangkit berdiri setelah menyelesaikan makan sambil menepukkan tangannya seolah-olah kedua tangannya terdapat Debu.
" Aku rasa kita berangkat berdua saja Harit karena jika kita berangkat bersama-sama Aku khawatir Aminah akan syok sebelum kita memberikan penjelasan, karena hal ini akan membuat Aminah istri Dullah bertanya-tanya Mengapa kita semua datang berbondong-bondong ke rumahnya, jadi untuk tidak membuat Aminah syok karena aku dengar Aminah lagi hamil muda untuk itu kita pergi berdua saja dan menyampaikan berita ini dengan perlahan-lahan agar Aminah bisa memahami dan bisa tambah mendengarkannya."
"Sungguh Ayah adalah sosok yang sangat bijak dan cerdas, Harit juga berpikir seperti itu Ayah tapi Harit tidak berani mengungkapkan pada Ayah dan Harit sangat senang ternyata apa yang Harit pikirkan Ayah pun juga memikirkan hal yang sama, kalau begitu Kapan rencananya kita akan pergi ke rumah Aminah Ayah, Apakah pagi ini juga ataukah sore hari? "
" Lebih cepat Aminah mengetahui lebih baik jadi kita akan berangkat hari ini juga dan pagi ini juga persiapkan unta dan juga beberapa peralatan yang lain serta bawalah beberapa makanan untuk istri Dullah serta ajaklah salah satu dari saudaramu agar kita berangkat bertiga, "
" Baik Ayah, harit akan laksanakan Semoga perjalanan kita sampai di tujuan dengan aman tidak ada rintangan apapun yang akan menghalangi perjalanan kita. "
" Cepatlah pergi persiapkan semuanya setelah itu kamu temui Aku di Balai depan pendopo karena aku menunggu kamu di sana."
"Baik, Ayah, "
Bergegas Harit pergi untuk mempersiapkan semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments