saat sampai di rumah Sarah pak Bram dan istrinya sudah berada di depan rumah menunggu kepulangan putrinya, "Sarah pulang." ucap Sarah lalu Salim kepada kedua orang tua nya.
kami berdua juga Salim pada pak Bram dan istrinya, "ini yang namanya nak Sabrang mana ya." ucap mama nya Sarah.
"saya Tante yang namanya Sabrang."
"ternyata masih muda toh, perkenalkan nama Tante Laras terimakasih nak Sabrang telah menolong Tante, jujur selama Tante sakit Tante sangat teramat tersiksa." ucap Bu Laras pada kami semua.
"ma lebih baik masuk dulu yuk kayaknya Sabrang dan Rendy udah laper tuh, nanti sekalian cerita aja." ucap Sarah pada mamanya.
"bener juga mama sampe lupa, ya udah yuk nak Sabrang nak Rendy masuk." lalu kami berdua mengekor dari belakang.
"ayo nak sabrang dan nak Rendy duduk silahkan di nikmati makanannya." ucap pak Bram lalu kami berdua duduk.
"jadi ngerepotin ini saya." ucap Rendy yang berbasa-basi.
"sudah saya bilang jangan sungkan-sungkan, sok atuh di makan." ucap pak Bram lalu mengambil nasi serta lauk pauk.
setelah selesai makan kami pun beranjak dan pindah ke ruang tamu, "kalau boleh tau Bu Laras mau cerita apa, kayaknya saya lihat dari tadi ingin sekali bercerita." ucapku yang membuka pembicaraan.
"iya nak Sabrang selama Tante terbaring di kasur, di malam harinya Tante pasti mimpi berada di sebuah hutan dan Tante selalu di kejar-kejar oleh sesok makhluk tinggi besar hitam dan bertaring, mimpi itu Tante alami secara berulang-ulang terus menerus hingga akhirnya Tante lepas dari mimpi itu." ucap Bu Laras yang masih mengingat mimpi itu.
"terus gimana Bu Laras bisa lepas dari mimpi itu ?." tanyaku yang masih penasaran.
"Tante akan cerita jadi begini, Tante pada malam itu bermimpi dan mimpi itu sangatlah nyata bagi Tante, di hutan itu Tante sendirian Tante berusaha berlari mencari jalan keluar, tapi saat Tante berlari pasti sosok hitam bertaring besar itu selalu mengejar Tante hingga sekelebat cahaya putih menerjang ke arah sosok hitam itu dan membuat nya terpental, sosok hitam itu yang melihat ke arah sosok itu langsung berlutut dan memanggilnya dengan sebutan Mbah, lalu sesosok bercahaya putih menghampiri Tante dan ngomong tempat mu bukan di sini mari saya antar kamu kembali, ucap sosok itu lalu Tante langsung sadar dan melihat kalian di kamar." ucap Bu Laras lalu meminum teh nya.
"mimpi itu sebagian serangan yang bertujuan untuk melemahkan iman seseorang." resi lewat suara batin.
"iya-iya Bu Laras itu adalah salah satu serangan yang di tunjukkan untuk melemahkan iman seseorang, saran saya Bu Laras sering-seringlah pergi ke pengajian untuk mempertebal keimanan ibu, karena jika keimanan seseorang kuat mereka tidak akan mudah untuk di guna-guna atau santet." ucapku sambil menyeruput kopi yang telah di buatkan.
mendengar penjelasan Sabrang Bu Laras, pak Bram hanya manggut-manggut setuju, "kamu benar, Tante boleh gak minta tolong salah satu dari kalian menjadi imam buat sholat magrib." ucap Bu Laras pada kami berdua.
"kayaknya yang cocok Sabrang deh Tante soalnya bacaan Al Quran nya lebih fasih daripada saya." ucap Rendy sambil menyikut tangan Sabrang.
"kenapa lu bilang begitu any gw kan gugup." bisik ku pada Rendy lalu menginjak kakinya.
"aduhh..."
"hehe maaf tan, biasa Rendy kalo ngatuk suka nguap kayak kudanil." ucapku lalu melepaskan bekapannya.
"kalian ini lucu ya, Tante tinggal ke atas dulu sebentar ya." ucap Bu Laras lalu pergi meninggalkan kami bersama pak Bram dan Sarah.
"kalian ini dari desa mana, soalnya saya denger kalian di sini nge kost ya ?." ucap pak Bram pada kami berdua.
"iya pak kami dari desa jati Rejo, aku dan Rendy satu desa jadi sudah saya angep saudara sendiri." balasku dengan tersenyum.
"***** lu, asal pak Bram tau ya teman saya ini kagak pernah peka terhadap perempuan, Sarah aja yang deke..." ucap Rendy yang tertahan karena di bungkam oleh Sabrang.
"temen saya emang gitu asal ngomong." ucapku lalu melepaskan tanganku.
"haha, ada-ada saja kamu ini,... tapi emang benar kalau perempuan itu sulit di mengerti." bisik pak Bram lalu aku pun hanya tersenyum.
tak terasa kami sudah mengobrol hingga adzan magrib berkumandang, "sudah memasuki waktunya pak, lebih baik kita sholat magrib berjamaah dulu." ajak ku pada mereka semua.
"ya sudah ayo, nak Sabrang imam ya." ucap pak Bram lalu kami pun pergi ke ruang sholat yang ada di bawah.
tentunya kami semua sudah wudhu aku menyuruh Rendy untuk iqomah, "Ushallii fardhal maghribi tsalaatsa raka'aatin mustaqbilal qiblati imaaman lillaahi ta'aalaa...." setelah melaksanakan sholat magrib aku melanjutkan dengan berzikir bersama.
ASTAGHFIRULLAH HAL'ADZIM, ALADZI LAAILAHA ILLAHUWAL KHAYYUL QOYYUUMU WA ATUUBU ILAIIH
setelah berzikir kami pun memanjatkan doa untuk keselamatan diri sendiri dan mendoakan orang-orang terdekat, "terimakasih nak sudah mau menjadi imam, rasanya tadi sejuk sekali ketika nak Sabrang membaca zikir dan doa tadi." ucap Bu Laras yang tersenyum padaku.
"iya Bu sama-sama selagi saya bisa dan mampu insyaallah akan saya lakukan semaksimal mungkin." ucapku dengan tersenyum ramah pada Bu Laras.
"ehem." dehem Rendy yang memecahkan suasana.
"lu Napa Rend abis makan kodok lu." ucapku yang bercanda pada Rendy.
"nyengir lu, liat noh Sarah senyam senyum ke arah lu." ucap Rendy lalu kami semua melihat ke arahnya, di saat yang bersamaan wajah Sarah mulai memerah bak kepiting rebus yang malu-malu.
"a-eu eh kalian laper gak ?, aku sih laper banget yuk kita makan malem bareng." ucap Sarah dengan memalingkan wajahnya.
"udahlah anak mama yang cantik ini jangan di sembunyiin lagi perasaan nya." ucap Bu Laras lalu mengajaknya keluar terlebih dahulu dari ruang sholat.
"dasar anak muda kalo sudah terlanjur cinta mau gimana lagi, apakah nak Sabrang juga menyukai anak saya jika suka pasti saya akan Restui kalian berdua." ucap pak Bram sambil tersenyum ke arahku.
"noh papa nya aja udah kasih lampu ijo, tinggal mama nya doang." bisik Rendy sambil menyikut-nyikut Legan Sabrang.
"***** lu Samsul." balasku lalu kami mengekor keluar dan menuju tempat makan.
"Sultan mah beda ya." bisik Rendy yang mulai lagi.
"diem lu Samsul." balasku pada Rendy lalu kami semua mulai menikmati makan malam yang di hiasi dengan canda dan tawa.
setelah makan malam selesai Bu Laras mulai membuka pembicaraan, "nak Sabrang nak Rendy, tolong jangan tolak pemberian yang satu ini ya, kata Sarah kalian selalu jalan kaki ketika sekolah betul itu ?." ucap Bu Laras pada kami berdua.
"iya Tante kebutuhan jaraknya agak Deket kok jadi sekalian olahraga pagi." jawabku dengan sopan pada Bu Laras.
"Tante akan berikan sepeda buat kalian, Tante harap kalian jangan menolak ya jika menolak Tante akan sedih Loh." ucap Bu Laras yang membuatku dan Rendy merasa tak enak untuk tidak menolak.
"jadi ngerepotin nih Tante..."
"udah terima aja anggap sebagai rezeki kalian." sambung pak Bram lalu kami berdua mengalami pak Bram dan Bu Laras.
"terimakasih ya pak Bram, Bu Laras." ucap Rendy sembari bersaliman pada Bu Laras.
"iya sama-sama, kemarin kan kalian menolak hadiah dari suami saya sebagai gantinya ibu kasih kalian sepeda buat pulang pergi sekolah, lumayan kan hemat waktu." ucap Bu Laras lalu kami berdua pamit dengan di antar oleh pak Tio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Rusliadi Rusli
assek
2023-05-30
0