“Bagaimana dengan Manda dan Gala? Apa mereka berdua baik-baik saja?” Alena bertanya lagi.
Sadewa menghentikan langkah kakinya ketika mendengar pertanyaan Alena. “Kau ... sepertinya orang yang baik. Di saat seperti ini kau masih mengkhawatirkan dua temanmu padahal salah satu dari merekalah yang jadi penyebab kau berada di sini dan mengalami hal yang menakutkan seperti tadi. Kau tidak tahu butuh waktu lama bagiku untuk menemukanmu.”
Setelah mengatakan hal itu, Sadewa menarik tangan Alena yang digenggamnya untuk melanjutkan perjalanan kecil mereka keluar dari area pemakaman Durawa.
“Hanya mereka yang aku miliki, Sadewa. Meski terkadang Manda dan Gala berulang kali membuatku kesal, tapi kebaikan mereka jauh lebih besar dari rasa kesal itu. Aku tidak akan bisa membuat nama screamnight besar seperti ini jika bukan karena mereka berdua.”
Sadewa yang memimpin jalan di depan, menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Alena. “Ya, sepertinya kau adalah benar orang baik.”
“Terima kasih. Aku akan menganggap itu pujian darimu untukku.”
Keadaan hening sejenak selama beberapa waktu. Alena hanya diam mengikuti Sadewa yang memimpin jalan untuk membawanya keluar dari area pemakaman dan Sadewa juga diam sembari terus menarik tangan Alena untuk berjalan mengikutinya. Dan setelah lebih dari setengah jam berjalan, Alena melihat gerbang pemakaman Durawa yang jadi pintu masuk sekaligus pintu keluar dari area pemakaman Durawa.
Alena sudah merasa senang ketika melihat gerbang itu karena berharap segera bertemu dengan dua temannya. Tapi ketika Alena berjalan mengikuti Sadewa melewati gerbang untuk keluar dari area pemakaman, genggaman tangan Sadewa di tangan Alena dilepas paksa oleh sesuatu dan tidak lama kemudian ... Alena terpental ke belakang menjauh dari gerbang Durawa.
“Akkkhhhhh!!!” Alena berteriak karena merasa tubuhnya membentur sesuatu yang keras sebelum akhirnya terhempas dan buk ... jatuh mendarat menjauh dari gerbang Durawa.
“Sial!!!” Sadewa yang baru melangkah dua kakinya keluar dari gerbang area pemakaman Durawa, buru-buru masuk kembali ke area pemakaman Durawa untuk membantu Alena. “Kau baik-baik saja, Alena?”
“Hanya sedikit sakit saja.” Alena mencoba bangkit dengan dibantu oleh Sadewa sembari menahan rasa sakit di bagian belakang tubuhnya yang membentur permukaan tanah tadi. Alena menatap ke arah gerbang dan tidak menemukan apapun yang menghalangi langkah kakinya untuk keluar dari area pemakaman. “Apa yang terjadi? Kenapa rasanya seperti aku membentur sesuatu dan tidak bisa keluar?”
“Saat pertama kali bertemu denganmu, aku sudah merasa sedikit curiga. Harusnya ... sejak awal aku melarangmu masuk kemari. Kukira tali itu bisa melindungimu selama terhubung denganku. Tapi tali itu terputus.”
“Maksudmu, aku tidak bisa keluar dari sini?” Alena bertanya kepada Sadewa untuk memastikan.
“Ya, kau tidak bisa keluar dari sini.” Sadewa memberikan jawaban dengan nada penyesalan seolah Sadewa-lah penyebab dari Alena yang terjebak di area pemakaman.
“Kenapa? Kenapa aku tidak bisa keluar dari sini?” Alena masih tidak mengerti.
“Kau ... tujuan lain apa yang kau miliki saat masuk ke dalam pemakaman Durawa, Alena?” Sadewa berbalik bertanya kepada Alena dan spontan Alena langsung memasang wajah terkejutnya ketika mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Sadewa.
“Apa hubungannya itu dengan aku yang terjebak di sini?” Bukannya menjawab pertanyaan dari durawapati, Alena justru berbalik mengajukan pertanyaan.
“Alasan gerbang itu tidak membiarkanmu keluar adalah karena kau punya tujuan untuk terkurung di sini. Sekarang katakan padaku ... apa tujuan lain yang membawamu kemari, Alena? Aku harus tahu alasan itu, untuk membantumu keluar dari sini.”
“Apa para hantu-hantu di sini juga terkurung di sini karena mereka memiliki alasan?” Sekali lagi, Alena berbalik mengajukan pertanyaan kepada Sadewa.
“Ya dan itulah tugas sebenarnya dari Durawapati. Kami para durawapati, membuat hantu-hantu itu terjebak di area pemakaman ini dengan menanamkan dalam pikiran mereka bahwa mereka punya alasan terkurung di sini. Entah itu keinginan yang belum terkabul di dunia atau alasan mereka yang akan berubah menjadi iblis ketika menghantui manusia, apapun itu aku berusaha agar hantu-hantu tidak bisa melewati gerbang Durawa.”
“Dan aku tidak bisa keluar sebelum aku mendapatkan alasan aku terkurung?” Alena bertanya lagi kepada Sadewa.
“Ya.”
“Kalau begitu ... aku akan di sini untuk sementara waktu. Jujur, aku memang punya alasan lain datang kemari, Sadewa. Aku berharap aku bisa mendapatkan hal itu ketika datang kemari. Jadi ... aku akan tinggal sementara waktu di sini, untuk mendapatkan apa yang aku cari.” Alena menjawab dengan santainya.
“Kau?? Bagaimana bisa kau berpikir melakukan itu?? Bukankah kau tadi mengkhawatirkan teman-temanmu?? Kenapa sekarang kau bisa mengatakan hal itu ketika di luar sana, Gala dan Manda sedang mengkhawatirkanmu?” Sadewa berusaha untuk meyakinkah Alena dan membujuknya untuk melepaskan alasan yang membuatnya tidak bisa keluar dari gerbang Durawa.
“Kesempatan ini tidak akan datang dua kali, Sadewa. Seumur hidup ... aku tidak bisa melihat makhluk-makhluk yang dipanggil dengan nama hantu itu. Meski aku sudah datang ke tempat-tempat yang terkenal yang horor dan mistis, aku tetap tidak bisa melihat mereka. Bahkan ketika Gala dan Manda beberapa kali mengatakan jika mereka bisa melihat hantu, aku tetap tidak bisa melihatnya. Jadi ... aku tidak akan melepaskan kesempatan yang hanya datang sekali ini ketika selama ini aku berusaha agar bisa melihat mereka.”
“Alena, kau!!! Alasan kau bisa melihat mereka adalah-“
“Percuma kau membujukku, Sadewa. Aku tetap pada keputusanku, aku tetap di sini untuk sementara waktu dan menemukan apa yang aku cari.”
Sadewa tadinya ingin mengatakan alasan kenapa Alena akhirnya bisa melihat hantu-hantu yang selama ini selalu ingin dilihatnya. Tapi Alena memotong ucapan Sadewa dan akhirnya ... Sadewa tidak punya pilihan selain menyetujui keputusan Alena karena bagaimana pun Sadewa memaksa, Alena tetap tidak akan bisa keluar jika keputusannya tidak berubah.
“Baiklah jika kau memaksa untuk tinggal, Alena. Tapi ada beberapa hal yang harus kau tahu, Alena.” Sadewa memberikan peringatan lagi kepada Alena.
“Apa itu?”
“Seratus hari. Kau hanya punya seratus hari untuk menemukan apa yang kau cari.”
“Aku mengerti. Seratus hari bukan waktu yang terlalu singkat dan kurasa cukup bagiku.”
Sadewa mengerutkan keningnya mendengar jawaban enteng dari Alena. “Dengar, Alena! Kau tidak akan bisa menghitung hari dengan mudah di dunia ini karena ketika kau terjebak di sini, hanya ada malam hari di sini.”
“Kau bisa membantuku untuk menghitung. Bukankah kau penjaga makam di sini, Sadewa?” Sekali lagi, Alena menjawab dengan nada entengnya.
“Itu memang benar. Tapi ada kalanya aku mungkin tidak akan bisa datang kemari.”
“Aku akan menunggumu dan aku janji ... aku pasti akan menemukan apa yang aku cari dalam waktu kurang dari seratus hari. Apa ada lagi hal yang harus aku perhatikan?” Alena bertanya kepada Sadewa.
“Satu hal lagi yang penting. Di sini ... kau akan berinteraksi dengan hantu-hantu yang tadi kau temui.”
“Ya, tentu. Aku tidak akan bisa menghindari mereka meski aku merasa takut.”
“Ingatlah ini, Alena. Meski mereka terlihat baik, jangan pernah percaya dengan mereka! Kau dan mereka berbeda! Kau masih hidup dan mereka sudah mati, apapun yang terjadi jangan pernah percaya dengan mereka!”
“Aku mengerti, aku akan melakukan apa yang kau katakan padaku, Sadewa.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments