Brak. Suara genting rumah Pak Rahmat terjatuh bersamaan dengan dua raut wajah Alena dan Manda yang kini melongo dan membeku ketika durawapati yang mereka bicarakan semalam muncul di depan mereka.
“Perkenalkan ini adalah durawapati makam Durawa. Namanya Sadewa.” Pak Rahmat memperkenalkan durawapati-penjaga makam Durawa kepada Alena, Manda dan Gala. “Seperti yang kalian lihat Sadewa ini masih muda. Usianya kalau tidak salah 27 tahun di tahun ini.”
“Saya Gala, kameramen sekaligus editor dari screamnight.” Gala lebih dulu memperkenalkan dirinya kepada Sadewa-durawapati makam Durawa sembari mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Sadewa.
“Sadewa.” Durawapati makam Durawa membalas uluran tangan Gala dan membalas jabatan tangan dari Gala dengan senyuman di bibirnya.
Brak. Sekali lagi ... genteng rumah Pak Rahmat terjatuh lagi dan kali ini suara jatuhnya lebih kencang dari sebelumnya. Akan tetapi suara itu tidak mampu membuat Alena dan Manda sadar dari keterkejutannya ketika melihat Sadewa-penjaga makam Durawa yang rupawan dan masih muda. Gala yang sadar bagaimana keadaan dua rekannya, melihat ke arah Alena dan Manda dengan kening mengerut. Gala bahkan harus memukul dua pundak Alena dan Manda, untuk menyadarkan keduanya. Buk.
“Ada apa dengan kalian berdua?? Benar-benar tidak sopan. Cepat kenalkan diri kalian!”
Manda yang sadar lebih dulu, langsung mengajukan pertanyaan kepada Pak Rahmat dan Surya yang datang bersama dengan Sadewa. “Kenapa tidak ada yang mengatakan bahwa durawapati ternyata masih muda dan tampan?”
Surya dan Pak Rahmat bingung menerima pertanyaan dari Manda. Gala pun juga bingung dengan pertanyaan itu. Gala bahkan tidak menyangka jika Alena dan Manda terkejut dengan sangat karena melihat rupa dari Sadewa yang ternyata rupawan.
“Kalian terkejut karena melihat durawapati yang masih muda?” Gala bertanya untuk memastikan.
“Ya.” Manda menganggukkan kepalanya, diikuti dengan Alena.
“Apa yang dua Nona ini bayangkan hingga terkejut seperti ini?” Kali ini Sadewa sendiri yang bertanya kepada Alena dan Manda.
Alena kemudian memberikan gambaran yang dibuatnya semalam kepada Sadewa. Dan setelah Alena, Manda juga memberikan gambaran yang dibuatnya semalam kepada Sadewa. Spontan ... Pak Rahmat bersama dengan Surya dan Gala yang mendengar gambaran Alena dan Manda, tertawa terbahak-bahak karena terkejut dengan bagaimana kolotnya imajinasi Alena dan Manda.
“Hahahaha ....”
Buk. Manda yang berdiri tepat di samping Gala, langsung menyikut perut Gala karena malu dengan tawa kencang dari Gala yang sedang menertawakan dirinya dan Alena.
“Berhenti menertawaiku dan Alena, Gala!!” Manda melemparkan sorotan tajam ke arah Gala.
“Maaf jika saya di luar gambaran yang dua Nona ini buat.” Sadewa yang tidak tertawa dan hanya tersenyum, mengulurkan tangannya ke arah Manda dan Alena sebagai tanda perkenalan.
“Maaf juga karena telah membuat gambaran bahwa durawapati adalah pria dengan rambut kusut tidak terawat, janggut yang panjang, tubuh bungkuk dan berusia di atas 60 tahunan.” Manda lebih dulu mengulurkan tangannya membalas jabatan tangan Sadewa sembari tersipu malu melihat bagaimana tampannya Sadewa-penjaga makam.
“Bukan masalah.” Sadewa membalas sembari melepaskan jabatan tangannya dengan Manda dan beralih ke arah Alena.
“Saya juga minta maaf.” Alena membalas jabatan tangan Sadewa dan memperhatikan dengan saksama wajah dari penjaga makam Durawa yang dikenal dengan sebutan durawapati. Penjaga makam ini benar-benar masih muda, sangat jauh berbeda dengan gambaran yang aku dan Manda buat. Jika aku tidak salah menebak, mungkin usianya masih di angka 20 tahunan. Kedua matanya bulat dan hitam, rambut pendek dengan model potongan yang sedang tren sekarang ini. Tubuhnya tegap dengan kulit putih, tidak seperti kebanyakan penduduk di sini yang memiliki warna kulit kecokelatan pertanda bekerja di bawah terik matahari. Apa mungkin karena bekerja di malam hari, karena itu kulitnya benar-benar putih dan sangat mencolok jika harus berdiri di antara penduduk desa K. Jika tinggal di kota, sudah pasti pria ini akan jadi model atau apapun namanya karena punya wajah setampan ini.
Sadewa melepaskan jabatan tangannya dengan Alena sembari tersenyum kecil melihat ke arah Alena dan membuat Alena terkejut melihat senyuman Sadewa. Lihat!! Senyuman itu benar-benar memesona. Aku yakin dengan ini harusnya ... aku bersama dengan Gala dan Manda bisa menyelamatkan screamnight yang sedang krisis.
“Apa aku terlalu tampan??” Sadewa-penjaga makam Durawa bertanya kepada Alena dan Manda karena menyadari tatapan mata Alena dan Manda yang masih menatap dirinya dengan kedua mata berbinar ditambah pipi yang sedikit merona.
“Sangat-sangat tampan.” Manda menjawab dengan terus terang sembari mengacung jempolnya. “Berkat wajahmu ini, mungkin penonton kami nanti akan meningkat hingga dua kali lipat.”
“Kalau begitu, senang mendengarnya.” Setelah perkenalan singkat Sadewa sebagai durawapati dari makam Durawa, Sadewa kemudian memberikan pengarahan kepada Alena, Manda dan Gala. Sadewa bahkan mengulang beberapa kali beberapa aturan di makam Durawa ketika melintasi area itu di malam hari.
Aturan makam durawa:
1. Dilarang melintasi makam Durawa di malam hari, kecuali orang yang telah ditunjuk sebagai durawapati.
2. Jika terpaksa harus melintasi makam Durawa di malam hari, durawapati harus ikut menemani.
3. Selama melintasi makam Durawa di malam hari, jumlah orang harus genap termasuk dengan durawapati.
4. Dilarang masuk ke area khusus makam.
5. Dilarang melangkahi, duduk atau menunjuk makam.
6. Dilarang bicara tidak sopan atau ucapan kotor di dalam area pemakaman Durawa.
7. Bagi wanita yang berhalangan, dilarang memasuki area pemakaman apapun yang terjadi.
“Itulah beberapa aturan yang ada di area pemakaman Durawa. Beberapa aturan adalah aturan biasa yang ada di setiap area pemakaman yang mungkin sering dilanggar oleh banyak orang karena dianggap sepele. Tapi di sini ... aturan itu sangat penting.”
Alena, Manda dan Gala menganggukkan kepalanya mendengar akhir penjelasan dari Sadewa mengenai peraturan perekaman nanti malam.
“Boleh saya bertanya?” Gala mengangkat tangannya.
“Silakan,”
“Berapa jumlah durawapati ketika berjaga? Dalam peraturan yang tadi disebutkan bahwa jumlah orang yang boleh melintasi makam adalah angka genap. Hitungan itu sudah termasuk dengan jumlah durawapati.”
“Sejujurnya ... jumlah durawapati hanya ada satu. Tugas itu diwariskan kepada setiap keturunan dari durawapati. Dan karena perjanjian lama keluarga ini dengan pendiri desa sekaligus pemilik makam, jadi hanya durawapati yang boleh berjalan seorang diri di area pemakaman ketika malam hari.” Sadewa memberi penjelasan.
“Makam itu dulunya milik satu orang?” Alena bertanya karena menangkap ucapan Sadewa.
“Ya. Dulunya makam itu adalah milik satu orang. Orang itu adalah pendiri desa ini sekaligus orang yang membuka jalan menuju kemari. Dulunya area pemakaman itu hanya khusus bagi keluarga milik pendiri desa ini. Tapi seiring waktu di mana banyak orang datang ke desa ini, keluarga pendiri membiarkan makam itu jadi pemakaman umum. Beberapa desa tetangga juga menggunakan makam itu sebagai makam keluarga mereka dulu dan nanti.”
Alena, Manda dan Gala menganggukkan kepala mereka lagi menerima penjelasan dari Sadewa. Dan setelah beberapa pertanyaan ditanyakan oleh Alena, Manda dan Gala secara bergantian, sesi penjelasan dan pertanyaan itu akhirnya berakhir. Sadewa bangkit dari duduknya dan hendak kembali ke rumahnya untuk melakukan persiapan kunjungan malam nanti. Tepat sebelum pergi, Sadewa kemudian memberikan satu pesan penting yang belum diberitahukannya kepada Alena, Gala dan Manda.
“Satu hal lagi, nanti malam apapun yang terjadi ... kalian tidak boleh terpisah dariku. Mohon ingat itu!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments