Wussh ... angin kencang tiba-tiba berembus. Di saat yang bersamaan kabut tebal kembali datang dan membuat jarak pandang pada kedua mata Alena terbatas hanya sejauh dua kuntilanak yang masih sibuk menarik rambut satu sama lain seolah tidak terganggu dengan kabut tebal yang datang dengan cepat itu.
“Kalian bertengkar lagi??”
Suara itu adalah suara yang berat dan menakutkan. Alena sontak menarik tubuhnya mundur untuk menjauh dan memasang sikap waspadanya.
Apakah ini hantu yang tadi menangkap dan mengejarku? Alena bertanya di dalam benaknya sembari mempersiapkan tubuhnya untuk berlari. Anehnya ... kaki Alena yang tadi terluka, kini tidak lagi terasa sakit.
“Apa lagi yang kalian ributkan? Jangan bilang kalian berebut durawapati lagi.”
Makhluk ketiga yang muncul kini jauh lebih mengerikan. Dengan pakaian berwarna putih, wajah pucat dan datang dengan melompat-lompat, Alena mengenali hantu itu karena penampilan itu mirip dengan penampilan jenazah yang hendak dikuburkan. Dia ... pocong.
“Ya, kami ribut karena itu dan karena alasan lain, dia menarik rambutku lebih dulu!” Kunti 1 menjawab lebih dulu masih dengan terus menarik rambut dari Kunti 2.
“Kunti 1 menipuku dengan membuatku tersambar petir. Dia sengaja melakukan itu agar terlihat cantik di depan durawapati.” Kunti 2 menjawab untuk membela diri.
“Berhenti sekarang juga!! Durawapati sedang mencari manusia di belakang kalian itu. Apa kalian tidak mendengar pengumuman yang durawapati tadi buat??”
Gerakan tarik menarik antara Kunti 1 dan Kunti 2 langsung terhenti ketika mendengar ucapan dari pocong yang menyebutkan durawapati. Kunti 1 dan Kunti 2 langsung melihat ke arah Alena dengan wajah tidak percaya dan bertanya di waktu yang bersamaan. “Durawapati mencarinya? Kenapa?”
Pocong itu melompat-lompat untuk mendekat ke arah Kunti 1 dan Kunti 2. “Manusia itu tersesat. Kenapa kalian tidak mendengar pengumuman itu? Bukankah kalian adalah penggemar setia dari durawapati?”
“Aku tadi sedang bermalas-malasan.” Kunti 1 membela dirinya.
“Aku tadi sedang fokus untuk menyisir rambutku hingga tidak mendengar pengumuman itu.” Kunti 2 menjawab untuk membela dirinya.
Alena yang masih merasa takut dengan kedatangan pocong satu, bangkit dari duduknya dan langsung berlari ketakutan. Bagaimana Alena tidak takut, wajah dari pocong itu benar-benar hancur bahkan Alena tidak bisa melihat mana bagian matanya dan mana bagian mulutnya.
“Sial, dia lari!! Kita harus menangkapnya karena durawapati sedang mencarinya.”
“Ini salahmu, pocong 1! Kau memperlihatkan wajahmu yang hancur padanya. Tentu saja manusia itu lari ketakutan!” Kunti 1 menjawab sembari berlari mengejar Alena.
“Ah maaf, aku lupa.” Pocong 1 melompat-lompat untuk mengejar Alena dan Kunti 1 yang sudah lebih dulu berlari mengejar Alena.
“Tunggu aku! Jangan tinggalkan aku sendiri!” Kunti 2 juga berlari menyusul dua rekannya sesama hantu.
Di saat yang sama, Alena terus berlari karena pikirannya saat ini tidak bisa memproses dengan benar apa yang dilihatnya baru saja. Yang benar saja!! Hantu-hantu itu baru saja bicara denganku dan pocong itu ... wajahnya benar-benar mengerikan. Aku harus keluar dari tempat ini dan menemukan Gala dan Manda.
Alena terus berlari melewati jalanan pemakaman yang kecil dan sempit. Beberapa kali, Alena menoleh ke belakang dan menemukan tiga hantu itu masih mengejarnya.
“Sial!” Kunti 1 mengeluh dengan nafas tersengal. “Lari manusia itu cepat sekali!!!”
“Ya ...” Kunti 2 yang berlari di belakang Kunti 1 juga mengeluh dengan nafas tersengal. “Aku sudah lama tidak membuat kakiku berlari sejauh ini.”
“Kenapa kalian tidak terbang seperti biasanya saja?” Pocong yang melompat-lompat di samping Kunti 1 dan Kunti 2 bertanya setelah mengganti wajahnya yang hancur dengan wajah manusia kebanyakan.
“Ah benar juga.” Kunti 2 menjawab dan hendak bersiap untuk terbang seperti biasanya ketika sedang menakut-nakuti manusia.
“Tunggu!” Kunti 1 menghentikan niat Kunti 2. “Jika kita melakukannya, manusia itu akan terus lari karena ketakutan.”
“Aku akan menangkapnya dan mengunci gerakannya. Bagaimana?” Kunti 2 memberi ide. “Kita berdua akan kehabisan tenaga jika terus berlari mengejarnya seperti ini dan kakiku yang cantik ini akan berotot besar jika terus berlari seperti ini. Kan kasian sekali .... Bagaimana?”
“Aku setuju.” Pocong 1 menganggukkan kepalanya setuju dengan ide Kunti 2.
“Aku juga setuju.” Kunti 1 juga menganggukkan kepalanya.
“Baiklah, aku akan menangkap manusia itu dan salah satu dari kalian beri sinyal di udara agar durawapati datang ke lokasi kita. Kalian paham?”
Kunti 1 dan pocong 1 menganggukkan kepalanya lagi setuju. Pocong 1 kemudian bertanya kepada Kunti 1. “Jika dia punya otak sepintar itu kenapa Kunti 2 selalu kalah darimu ketika taruhan?”
Kunti 1 menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu. Tapi ... mungkin saja otak Kunti 2 tidak akan bekerja jika tidak dalam kondisi terjepit seperti ini. Kau tahu kan karena kita sudah mati, organ-organ kita tidak lagi berfungsi. Mungkin otak Kunti 2 juga seperti itu: kadang-kadang berfungsi meski lebih sering tidak berfungsi.”
Pocong 1 menganggukkan kepalanya sembari bersyukur di dalam benaknya. Untung saja otakku masih bekerja dengan baik. Jika tidak, mungkin aku akan jadi korban taruhan dari Kunti 1 juga seperti Kunti 2.
Setelah kesepakatan dibuat, Kunti 2 mengerahkan tenaganya dan terbang ke atas melewati Kunti dan Pocong 1. Kunti 2 terbang dengan kecepatan terbaik yang dimilikinya dan berhasil mengejar Alena. Kunti 2 turun dan langsung menghadang arah lari Alena. Kunti 2 bergerak dengan cepat dan langsung mengunci gerakan Alena dengan menangkap kedua tangan Alena dan membalik tubuh Alena.
“Waduh!” Pocong 1 menghentikan lompatannya karena terkejut melihat gerakan lihai dari Kunti 2 yang baru saja mengunci gerakan Alena dengan cepat seolah Kunti 2 adalah orang yang profesional di bidang itu. Pocong 1 kemudian bertanya kepada Kunti 1 yang sedang melepaskan sinyal di langit untuk memberi tahu lokasinya. “Apa kau tahu Kunti 2 bisa gerakan seperti itu?”
“Tidak.” Kunti 1 menjawab setelah melepaskan kembang api di langit. “Tapi berkat manusia itu, lain kali aku harus sedikit waspada dengan Kunti 2. Aku tidak akan lagi meremehkan Kunti 2 yang selalu kalah taruhan dariku.”
“Lepaskan aku!” Alena berteriak berusaha untuk melepaskan diri. “Bukankah tadi kau bilang kau tidak akan membunuh manusia? Kenapa sekarang menangkapku?? Apa kalian berubah pikiran??”
“Haduh ... haduh ... manusia satu ini, kenapa pikiranmu buruk sekali?” Kunti 1 bicara sembari mendekat ke arah Alena yang dikunci gerakannya oleh Kunti 2.
“Kami menangkapmu karena durawapati sedang mencarimu. Kami ditugaskan untuk menemukanmu setelah kau tertangkap oleh Genderuwo penghuni pohon beringin di belakang area pemakaman ini. Genderuwo itu sering kali main ke area pemakaman ini untuk menggoda nona Kunti yang cantik-cantik ini dan beberapa kali mengganggu manusia yang datang ke pemakaman baik siang atau malam hari.” Pocong 1 bicara dengan melompat-lompat menghampiri Alena.
“Jadi kalian tidak akan membunuhku?” Alena bertanya lagi.
“Ya, kami tidak akan melakukannya,” ujar Pocong 1.
“Apa menariknya membunuh manusia sepertimu?” ujar Kunti 1 dengan wajah datarnya.
“Alena!!!” Alena bersama dengan tiga hantu di dekatnya langsung menoleh ke arah terikan yang memanggil nama Alena itu. Dari arah pepohonan di area pemakaman, Alena melihat Sadewa berlari ke arahnya. Kunti 2 langsung melepaskan kunciannya pada Alena dan memperbaiki rambutnya yang tadi mengembang karena petir yang menyambar. Sementara itu, Kunti 1 juga memperbaiki raut wajahnya dan memasang senyum terbaik di wajahnya.
“Sadewa!!”
“Sadewa??” Kunti 1 dan Kunti 2 langsung melihat ke arah Alena bersamaan ketika mendengar teriakan Alena yang memanggil nama Sadewa.
“Akhirnya aku menemukanmu, Alena.”
Spontan ... Alena langsung memeluk tubuh Sadewa yang sudah berdiri di hadapannya karena merasa senang setelah pengalaman buruk yang terjadi padanya tadi.
“Kau berani memeluknya??” Kunti 1 dan Kunti 2 melotot melihat Alena memeluk Sadewa secara spontan itu. Rambut Kunti 1 dan Kunti 2 mengeluarkan asap tebal karena amarah mereka melihat Alena memeluk Sadewa tepat di hadapannya. “Sepertinya aku punya alasan untuk membunuhmu sekarang, manusia.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments