makhluk yang disebut dengan hantu part 1

            “Apa dia masih hidup?”

            “Kurasa.”       

            “Tapi kenapa dia tidak membuka matanya?”

            “Kalau tidak hidup berarti dia sudah mati.”

            Buk!

            “Kenapa kau memukulku?”

            “Logika apa itu ‘kalau tidak hidup berarti dia sudah mati’?”

            “Loh ... apa aku salah bicara?? Memang itu benar kan, kalau tidak hidup yah berati mati. Apa karena sudah lama mati kau lupa logika dari dunia manusia, huh??”

            “Ah kau benar. Kalau tidak hidup berarti mati.”

            Buk!

            “Auwww!! Kenapa kau memukulku??”

            “Jangan berlagak sakit dengan teriak ‘Auwww!’. Kau tidak merasakan rasa sakit lagi.”

            “Ah, aku lupa itu. Lalu ... kenapa kau memukulku jika kau tahu aku tidak bisa merasakan rasa sakit lagi?”

            “Membalas pukulanmu. Lalu kenapa kau memukulku padahal aku dan kau sama-sama tidak bisa merasakan rasa sakit?”

            “Hanya ingin saja.”

            “Kau!!!”

            Telinga Alena mendengar perdebatan di dekatnya dan kemudian terganggu oleh perdebatan itu. Mau tidak mau ... Alena akhirnya membuka kedua matanya dan ...

       “Huwaaahhhhhhh!!!!!!” Alena langsung menjerit kencang karena tidak percaya dengan apa yang saat ini berada di hadapannya dan memandang dirinya.

            “Lihat!! Sudah kuduga dia akan menjerit. Aku menang taruhan.”

            “Dasar!!! Kenapa aku tidak pernah bisa menang taruhan melawanmu???”

            Alena melihat dua makhluk tidak biasa yang kini berjongkok di depannya dan memandang dirinya. Dua makhluk itu memiliki penampilan yang sama: keduanya memiliki rambut yang panjang berantakan dan kusut, pakaian panjang berwarna putih yang kotor dan ujungnya menyentuh tanah dan wajah pucat dengan lingkaran hitam di sekitar matanya. Alena ingat dengan benar bagaimana rupa makhluk yang disebut dengan hantu dalam film-film horor yang sering dilihatnya bersama dengan Manda.

            Mereka kuntilanak? Alena menatap dua makhluk itu dengan perasaan campur aduk: takut, tidak percaya, terkejut dan takjub.

            Kuntilanak yang kalah itu memberikan beberapa lembar daun kering kepada kuntilanak yang menang taruhan dengan bibir cemberut. “Lain kali ... aku pasti akan menang taruhan darimu.”

            Kuntilanak yang menang menerima beberapa lembar daun kering itu dengan wajah puas sembari bicara. “Ya, lain kali. Tapi kali ini ... aku yang menang lagi.”

            “Ka-kalian ini apa? Kun-kuntilanak?” Alena mencoba untuk mencari tahu bahwa apa yang muncul di depannya saat ini bukanlah mimpinya.

            “Apa masih kurang jelas?” Kuntilanak yang menang menjawab dengan wajah senang sembari  membalik badan kuntilanak yang kalah untuk menunjukkan sesuatu pada Alena. “Kalau punggung kami bolong maka kami adalah sundel bolong. Tapi karena punggung kami masih utuh dan dalam keadaan baik-baik saja meski terkadang aku beberapa kali merasa sakit punggung karena kurang hati-hati saat bergelantungan di pohon, kami berdua adalah kuntilanak.”

            “Itu benar, kami adalah kuntilanak seperti yang kau sebutkan. Kau bisa memanggilku Kunti 2.” Kuntilanak yang tadi kalah taruhan menunjuk dirinya sendiri ketika memperkenalkan dirinya kepada Alena.

            “Dan aku adalah Kunti 1.” Kuntilanak yang tadi menang taruhan memperkenalkan dirinya kepada Alena. “Siapa namamu, manusia?”

            “A-“ Alena hendak menyebutkan namanya seperti perkenalan biasa di mana manusia saling menyebutkan namanya masing-masing ketika berkenalan. Tapi di hadapan Alena saat ini bukanlah manusia. Alena spontan menutup mulutnya sebelum menyebutkan namanya dan berbalik bertanya kepada dua kuntilanak di hadapannya. “Apa kalian akan membunuhku setelah mendengar namaku??”

            Dua kuntilanak di hadapan Alena saling melihat satu sama lain dengan senyuman di wajah mereka. Senyuman itu adalah senyuman menakutkan dengan sedikit kikik tawa kecil yang membuat Alena merasakan merinding di seluruh kujur tubuhnya. Dalam waktu singkat, perasaan takut kembali menyerang Alena.

            “Logika dari mana itu bahwa kami bisa membunuh manusia?” Kunti 1 bertanya kepada Alena.

            “Pikiranmu itu benar-benar aneh, manusia. Kami berdua memang sudah mati dan bergentayangan di dunia kalian. Tapi kami tidak pernah membunuh manusia sama sekali.”  Kunti 2 menambahkan dengan wajah tidak terima.

            “Tapi dalam film-film horor yang aku lihat, makhluk seperti kalian bisa membunuh manusia.”

            “Ah ... ah ... ah.” Kunti 1 mengangkat jari telunjuknya dan menggerakkan jari telunjuk itu ke kanan dan ke kiri menggantikan gelengan kepala. “Kami tidak membunuh manusia, kami hanya sedikit bermain-main dengan ketakutan manusia saja.”

            “Benarkah?” Alena bertanya lagi karena masih tidak percaya.

            “Kalau kau tidak percaya, kami akan membuat sumpah mengenai hal itu. Bagaimana?” Kunti 1 bicara dengan yakin. “Jika aku berbohong, petir akan menyambarku.”

            “Tapi bukankah kau sudah mati?” Alena bicara lagi. “Apakah petir bisa menyambarmu, Kunti 1?”

            Kunti 2 memandang Kunti 1 dengan wajah heran. “Ucapan manusia itu benar. Kau sudah mati. Apakah petir bisa menyambarmu?”

            Kunti 1 melihat ke arah Kunti 2 dengan senyuman mengerikan di sudut bibirnya yang pucat pasi. “Bagaimana jika kau mencobanya, Kunti 2? Buatlah sumpah yang salah dan kita akan lihat apakah petir akan menyambarmu atau tidak?”

            Kunti 2 yang penasaran kemudian membuat sumpah dengan mengangkat dua jarinya: jari telunjuk dan jari tengahnya ke atas untuk membuat sumpah. “Aku bersumpah aku tidak pernah kalah taruhan dari Kunti 1.”

            Dan duarrrr ....

            Petir menyambar Kunti 2 dan membuat Kunti 2 sedikit gosong karena sambaran itu. Lebih buruknya lagi rambut hitam panjang yang sudah kusut itu terlihat mengembang ke atas dan semakin berantakan.

            “Apa kau lihat, manusia? Petir bisa menyambar kami meski kami sudah mati.” Kunti 1 bicara dengan menahan tawa kepada Alena.

            “Y-ya, a-aku bisa melihatnya.” Alena bicara dengan gagap sembari merasa bersalah melihat ke arah Kunti 2 yang jadi bahan percobaan oleh Kunti 1.

            “Sial kau, Kunti 1!!!” Kunti 2 memegang rambutnya yang mengembang karena sambaran petir yang baru saja menyambarnya. “Kau pasti sudah tahu ini akan terjadi bukan?? Kau sengaja bukan??”

            “Tidak.”

            “Kau pasti sengaja bukan??” Kunti 2 masih tidak percaya.

            “Sudah kubilang tidak ya tidak. Kenapa kau ngeyel sekali sih??” Kunti 1 mulai merasa kesal dengan Kunti 2.

            “Kau pasti sengaja. Karena merasa aku adalah sainganmu untuk mendapatkan hati dari durawapati bukan??”

            “Kau bukan sainganku.”  Kunti 1 menjawab tanpa keraguan sedikit pun.

            “Lihat! Kau sengaja  melakukan ini padaku!!” Kunti 2 kemudian menarik rambut Kunti 1 karena tidak terima.

            “Lepaskan tidak?”

            “Tidak akan!”

Kunti 2 menarik rambut Kunti 1 lebih kencang lagi dan Kunti 1 yang tidak terima kemudian menarik rambut Kunti 2 untuk membalasnya. Dan ... adu tarik rambut terjadi antara Kunti 1 dan Kunti 2. Keduanya saling menarik rambut satu sama lain sembari meracau ini dan itu untuk melampiaskan rasa kesalnya kepada satu sama lain. Alena yang melihat keadaan itu, hanya bisa diam membeku karena terkejut dengan pemandangan itu.

Apa ini benar makhluk yang disebut dengan hantu? Bagaimana bisa mereka bertengkar satu sama lain karena hal sepele seperti manusia? Alena menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Ketika aku bisa pulang nanti, aku harus mengatakan pada Manda dan Gala, bahwa film-film horor yang kami lihat selama ini kebanyakan berisi dramatisasi yang berlebihan.

Episodes
1 screamnight
2 screamnight dalam bahaya
3 tantangan part 1
4 tantangan part 2
5 perjalanan menuju desa k
6 desa k di kaki gunung l
7 pilihan
8 keputusan
9 durawapati yang ehm ...
10 pemakaman durawa
11 kekacauan part 1
12 kekacauan part 2
13 kekacauan part 3
14 makhluk yang disebut dengan hantu part 1
15 makhluk yang disebut dengan hantu part 2
16 makhluk yang disebut dengan hantu part 3
17 terjebak part 1
18 terjebak part 2
19 hantu dan kehidupan absurdnya part 1
20 hantu dan kehidupan absurdnya part 2
21 hantu dan kehidupan absurdnya part 3
22 pemilik pemakaman durawa part 1
23 pemilik pemakaman durawa part 2
24 keinginan yang belum terkabul: kunti 1 part 1
25 keinginan yang belum terkabul: kunti 1 part 2
26 keinginan yang belum terkabul: kunti 1 part 3
27 keinginan yang belum terkabul: kunti 1 part 4
28 keinginan yang belum terkabul: kunti 1 part 5
29 keinginan yang belum terkabul: kunti 2 part 1
30 keinginan yang belum terkabul: kunti 2 part 2
31 keinginan yang belum terkabul: kunti 2 part 3
32 keinginan yang belum terkabul: pocong 1 part 1
33 keinginan yang belum terkabul ; pocong1 part 2
34 keinginan yang belum terkabul: pocong 1 part 3
35 keinginan yang belum terkabul: pocong 1 part 4
36 keinginan yang belum terkabul: pocong 1 part 5
37 keinginan yang belum terkabul: pocong 1 part 6
38 keinginan yang belum terkabul: pocong 2 part 1
39 keinginan yang belum terkabul: pocong 2 part 2
40 keinginan yang belum terkabul: pocong 2 part 3
41 keinginan yang belum terkabul: pocong 2 part 4
42 keinginan yang belum terkabul: pocong 2 part 5
43 keinginan yang belum terkabul:tuyul 1 dan tuyul 2 part 1
44 keinginan yang belum terkabul: tuyul 1 dan tuyul 2 part 2
45 keinginan yang belum terkabul: tuyul 1 dan tuyul 2 part 3
46 keinginan yang belum terkabul: tuyul 1 dan tuyul 2 part 4
47 keinginan yang belum terkabul: tuyul 1 dan tuyul 2 part 5
48 keinginan Alena part 1
49 keinginan Alena part 2
50 kembalinya Alena part 1
51 kembalinya Alena part 2
52 #screamnight part
53 #screamnight part 2
Episodes

Updated 53 Episodes

1
screamnight
2
screamnight dalam bahaya
3
tantangan part 1
4
tantangan part 2
5
perjalanan menuju desa k
6
desa k di kaki gunung l
7
pilihan
8
keputusan
9
durawapati yang ehm ...
10
pemakaman durawa
11
kekacauan part 1
12
kekacauan part 2
13
kekacauan part 3
14
makhluk yang disebut dengan hantu part 1
15
makhluk yang disebut dengan hantu part 2
16
makhluk yang disebut dengan hantu part 3
17
terjebak part 1
18
terjebak part 2
19
hantu dan kehidupan absurdnya part 1
20
hantu dan kehidupan absurdnya part 2
21
hantu dan kehidupan absurdnya part 3
22
pemilik pemakaman durawa part 1
23
pemilik pemakaman durawa part 2
24
keinginan yang belum terkabul: kunti 1 part 1
25
keinginan yang belum terkabul: kunti 1 part 2
26
keinginan yang belum terkabul: kunti 1 part 3
27
keinginan yang belum terkabul: kunti 1 part 4
28
keinginan yang belum terkabul: kunti 1 part 5
29
keinginan yang belum terkabul: kunti 2 part 1
30
keinginan yang belum terkabul: kunti 2 part 2
31
keinginan yang belum terkabul: kunti 2 part 3
32
keinginan yang belum terkabul: pocong 1 part 1
33
keinginan yang belum terkabul ; pocong1 part 2
34
keinginan yang belum terkabul: pocong 1 part 3
35
keinginan yang belum terkabul: pocong 1 part 4
36
keinginan yang belum terkabul: pocong 1 part 5
37
keinginan yang belum terkabul: pocong 1 part 6
38
keinginan yang belum terkabul: pocong 2 part 1
39
keinginan yang belum terkabul: pocong 2 part 2
40
keinginan yang belum terkabul: pocong 2 part 3
41
keinginan yang belum terkabul: pocong 2 part 4
42
keinginan yang belum terkabul: pocong 2 part 5
43
keinginan yang belum terkabul:tuyul 1 dan tuyul 2 part 1
44
keinginan yang belum terkabul: tuyul 1 dan tuyul 2 part 2
45
keinginan yang belum terkabul: tuyul 1 dan tuyul 2 part 3
46
keinginan yang belum terkabul: tuyul 1 dan tuyul 2 part 4
47
keinginan yang belum terkabul: tuyul 1 dan tuyul 2 part 5
48
keinginan Alena part 1
49
keinginan Alena part 2
50
kembalinya Alena part 1
51
kembalinya Alena part 2
52
#screamnight part
53
#screamnight part 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!