Chapter 4 : The Great Cazey [2]

[Kastil Polhirety]

Seorang nyonya bangsawan dengan rambut pirang menggunakan gaun ungu dengan rambut panjang tergerai terlihat begitu cantik dan anggun duduk diatas kursinya.

"Hilz ... Apakah kamu sudah benar-benar mengikuti rancangan yang mama berikan 2 hari yang lalu?"

Nyonya bangsawan dengan aura menekan dan kharisma yang luar biasa itu membuat seseorang tak berani menatap wajahnya.

Alene Fotd Cazey ialah namanya, ia adalah Istri dari Kepala Keluarga Cazey yang agung. Dan ia dikenal sebagai Lady yang menjunjung tinggi martabat Keluarga Cazey, bahkan rumor kecil pun akan dilenyapkan jika itu adalah rumor buruk tentang Keluarga Cazey.

Tidak pernah ada orang yang berani menatap matanya ketika berbicara empat mata mengenai hal formal dengannya kecuali sang Kepala Keluarga.

Bahkan saat ini, Anak ke tiganya yaitu Hilzed Fotd Cazey yang akan segera lulus dari akademi kekaisaran sedang terdiam membisu saking takutnya pada Alene. Hilzed adalah seorang murid berprestasi di Akademi kekaisaran dengan nilai akademi yang begitu memuaskan.

Bahkan penghargaan-penghargaan bergengsi dari Akademi sering diperolehnya. Namun, itu adalah hal biasa yang selalu diperoleh oleh kedua kakaknya sehingga hal-hal seperti itu hanyalah standar minimal yang seharusnya bisa diraih oleh keturunan Cazey.

Alene berbicara dengan nada biasa namun tekanannya benar-benar membuat Hilzed ketakutan. "Hilz, dengarkan baik-baik ucapan ku ini, mencoreng nama baik Keluarga Cazey adalah dosa yang tak termaafkan bukankah seharusnya kamu telah mengetahuinya?

Marquis, Duke adalah gelar bangsawan tinggi di Kekaisaran namun kita keluarga Cazey tidak mendapatkan kedua gelar itu, kamu tahu mengapa bukan? Karena kita adalah salah satu dari Keluarga Agung yang memiliki eksistensi sebagai kekuatan perang.

Dan sebagai KELUARGA AGUNG GELAR RENDAH ITU TAK DIPERLUKAN."

Suasana meja makan langsung hening tanpa ada suara sedikitpun, ke 3 saudara Hilzed tak ada yang buka suara sedikitpun melihat Alene yang marah.

Alene meminum air putih dari gelas yang dituangkan oleh pelayan kemudian meletakkan gelas tersebut kembali ke nampan yang masih di pegang oleh sang pelayan kemudian barulah pelayan itu pergi.

Alene menghela nafas panjang lalu membenarkan posisi duduknya. "Pembicaraannya sampai disini dahulu, Kepala Keluarga akan segera turun untuk bersantap bersama."

Sarapan pagi itu berlangsung dengan lancar tanpa gangguan apapun. Sang Kepala keluarga kemudian memulai pembicaraan.

"Alene, ini sebenarnya tidak etis. Namun aku tidak dapat sarapan dengan tenang saat ini, apa kamu bisa membantuku?"

Alene meletakkan kedua alat makannya diatas piring ala bangsawan kelas atas, kemudian mengangguk pelan. "Tentu saja Kepala Keluarga ..."

Rein mengangguk pelan kemudian menghela nafas kemudian mulai menciptakan dimensi pemisah yang membuat ruang makan terisolasi dari dunia luar.

"Kemampuan mata dewa, gunakanlah itu untuk melihat kilasan masa depan. Alasannya adalah beberapa hari yang lalu Kepala Keluarga agung dari ke empat kekaisaran datang bertemu membahas invasi para Iblis.

Sebagaimana diketahui para Iblis datang lewat sana membawa pasukan yang amat besar. Dan yang memimpin operasi penghalauan pasukan iblis itu adalah Seji Aj Orta sang Pangeran kekaisaran Orta.

Keberhasilan operasi itu 100 persen tanpa korban sedikitpun, dan tentu saja para rakyat kekaisaran Orta bangga dengan pencapaian sang pangeran.

Namun di pertemuan Keluarga Agung, Seji mengaku bahwa ia dan seluruh pasukannya sama sekali tidak ambil andil dalam pemusnahan para Iblis yang datang dari Laut Utara, ia mengatakan bahwa sebenarnya misi ke Laut Utara adalah bunuh diri, ia mengaku bahwa pasukan iblis yang datang berkali kali lipat lebih banyak dari pasukan yang ia bawa.

Dan ketika ia telah berada di sana, ia hanya ada menyaksikan sebuah gunung dari tumpukan mayat para Iblis, lalu para Kepala Keluarga lain berspekulasi jika para Iblis akan kembali untuk menginvasi Benua ini, jadi gunakanlah kemampuan mu untuk melihat darimana pasukan Iblis berikutnya akan datang."

Alene sedikit dilema karena setiap ia menggunakan kemampuan mata dewa, tubuhnya akan melemah selama 2 minggu dan akan membuat banyak pekerjaannya kacau.

Dan menurutnya kemampuannya pun hanya melihat sedikit kilasan-kilasan ambigu yang mungkin saja akan membuat bingung dan hal inilah yang membuatnya merasa hasil dan apa yang harus ia bayarkan sama sekali tidak sepadan.

Namun, mendengar bahwa pasukan Iblis akan kembali melancarkan serangan ia tak memiliki pilihan lain, karena bisa saja akan banyak korban jiwa yang berjatuhan.

Melalui pertimbangan yang terjadi di otaknya selama beberapa menit itu Alene akhirnya menyetujui hal itu.

Mata kiri Alene seketika menampakkan sebuah cahaya ungu sementara itu Alene berusaha fokus dengan kilasan kilasan yang ia lihat melalui mata dewa.

Mata itu membawa kilasan kilasan masa depan dan berlangsung selama 5 menit. Setelah 5 menit secara perlahan cahaya ungu tersebut meredup.

"Apa yang kamu lihat? Tidak, kapan tanggal dan tahunnya."

Terlihat semua orang di meja makan menatap kearah Alene dengan ekspresi penasaran, namun hal itu hancur seketika setelah Alene menggelengkan kepalanya.

"Sesuatu, menghalangi mata dewa. Ada yang menghalangi masa depan. Kilasan yang kulihat hanyalah kehancuran dimana mana. Sebuah kastil hancur, aku tidak tahu kastil Kekaisaran mana, namun rasanya sangat familiar.

Api berkobar menjulang tinggi ke langit hingga terlihat dari kejauhan. Itu adalah kota kosong yang sudah tak berpenghuni, dan yang paling aneh adalah saat aku berusaha untuk mencari kapan kejadian tersebut berlangsung sesuatu yang mengerikan melirik kearah diriku."

Nafas Alene mulai sesak dan melihat hal tersebut Rein langsung membawanya menuju tempat tidurnya dan membiarkan istrinya beristirahat.

Setelah Alene dibaringkan Rein memanggil pelayan pribadinya. "Canvi. Jaga nyonya selama 2 minggu ini, makan minum mulai sekarang kamu yang akan bertanggung jawab untuk hal itu, jangan sampai hama sekecil apapun mengganggu!"

Secara tiba-tiba seseorang muncul di samping Rein sambil memberikan hormat padanya. Pria itu mengenakan jubah hitam dengan topeng di wajahnya.

Namun ia langsung merubah penampilannya mengenakan pakaian pelayan pria begitu mendapat perintah dari Kepala Keluarga.

"Sesuai perintah anda Kepala Keluarga ..."

Ketika Rein ingin keluar dari kamarnya bahkan belum sesaat ia menyentuh gagang pintu kamar, aura menekan yang luar biasa tiba-tiba muncul mengejutkan banyak orang.

Canvi dengan sigap langsung memasang barrier pelindung untuk melindungi dirinya dan Alene. "Siapa yang sekiranya berani menunjukkan taring di depan sang Kepala Keluarga?"

Angin kencang layaknya badai menerpa masuk menghantam pintu kamar dari luar. DUAR!

Itu adalah ledakan yang cukup luar biasa, namun ditahan oleh Rein menggunakan telapak tangan kirinya.

Asap mengepul memenuhi ruangan membuat pandangan terganggu, namun dengan santai Rein masih berdiri tegap di depan pintu kamar yang hancur.

Namun, Canvi menatap Rein dengan tatapan terkejut. 'Kepala Keluarga terdorong beberapa centimeter?! Sosok ini bukan binatang sembarangan!' Batin Canvi menganalisa lawannya.

"Canvi, jaga nyonya dengan segala hal yang kau punya bahkan dengan nyawamu sekalipun." ucap Rein dengan nada datar dan dengan tatapan yang terpaku pada lawan yang ada di hadapannya.

Bagian luar Kastil Polhirety dapat hancur oleh angin tadi, dan dari kepulan asap muncul sosok penyerangan itu. Pedang berwarna hitam gelap dengan corak merah membuatnya terlihat jahat.

Rein menatap orang itu dengan sinis. "Hilz ... Apa yang kau pikir sedang kau lakukan?"

"Kukuku... Jadi itulah pemilik kemampuan mata dewa? Cocok sekali, kalau begitu biarkan aku membawanya sehing—"

...SWUUZH.......

Belum sempat Hilz menyelesaikan apa yang dikatakan olehnya Rein langsung melesat menyerang perut Hilz dengan sikunya.

DASH!

Namun dengan sigap Hilz bertahan dengan menggunakan pedangnya. "Heh? Inikah kemampuan Kepala Keluarga Agung," cela Hilz dengan senyuman jahat.

Sebuah Tanduk Iblis muncul dari dahinya bahkan pupil matanya berubah memerah. Rein yang menyaksikan hal mengejutkan tersebut seketika tersentak, "Ras Iblis?!"

Hilz menyeringai. "Pedang Iblis terkutuk! MATADOR!"

Energi jahat terkumpul dengan cepat, kemudian kilat merah menyambar membuat Kastil Polhirety luluh lantak seketika.

...BOOOOOOOOOM!...

"KEPALA KELUARGA!"

Hilz menyeringai sambil meletakkan pedangnya di pundaknya. "Ah ... Nampaknya aku belum memperkenalkan diriku, eh apakah harus ya? Hmmm... Bangsawan seharusnya seperti itu bukan ... Namaku adalah Trazer Vinc Rael, sang raja iblis bencana."

^^^Bersambung ....^^^

Episodes
1 Chapter 1 : Prolog
2 Chapter 2 : Ini mulai menyebalkan
3 Chapter 3 : The great Cazey [1]
4 Chapter 4 : The Great Cazey [2]
5 Chapter 5 : Dilema
6 Chapter 6 : Operasi Penyelamatan
7 Chapter 7 : Operasi Penyelamatan [2]
8 Chapter 8
9 Chapter 9 : Keluarga Baru [1]
10 Chapter 10 : Keluarga Baru [2]
11 Chapter 11 : They are Coming [1]
12 Chapter 12 : They are Coming[2]
13 Chapter 13: Cahaya putih
14 Chapter 14 : Operation Ellery [1]
15 Chapter 15 : Operation Ellery (II)
16 Chapter 16: Eyes on you
17 Chapter 17 : Child Of Light
18 Chapter 18 : Nightmare
19 Chapter 19 : Konsekuensi
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25 : Sarfon started to move
26 Chapter 26 : Asumsi
27 Chapter 27 : Kepala Keluarga Cazey
28 Chapter 28 : Trik
29 Chapter 29 : Kepercayaan
30 Chapter 30 : Red Era
31 Chapter 31
32 Chapter 32 : Dark Forest [1]
33 Chapter 33: Dark Forest[II]
34 Chapter 34 : Datangnya Badai.
35 Chapter 35 : Sturdy Varhemen [I]
36 Chapter 36: Sturdy Varhemen [III]
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41 : Blank Mind
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46 : Titik Krusial
47 Chapter 47 : Esensi
48 Chapter 48: Phoenix
49 Chapter 49: The Dancer
50 Chapter 50: Personal problems?
51 Chapter 51: Klasik
52 [Season 1 End] Chapter 52: Kotak pengorbanan
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55: Dust
56 Chapter 56: Dust II
57 Chapter 57: Laut Arthea
58 Chapter 58: Dust III
59 Chapter 59: Mission Imposible
60 Chapter 60
61 Chapter 61
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Chapter 1 : Prolog
2
Chapter 2 : Ini mulai menyebalkan
3
Chapter 3 : The great Cazey [1]
4
Chapter 4 : The Great Cazey [2]
5
Chapter 5 : Dilema
6
Chapter 6 : Operasi Penyelamatan
7
Chapter 7 : Operasi Penyelamatan [2]
8
Chapter 8
9
Chapter 9 : Keluarga Baru [1]
10
Chapter 10 : Keluarga Baru [2]
11
Chapter 11 : They are Coming [1]
12
Chapter 12 : They are Coming[2]
13
Chapter 13: Cahaya putih
14
Chapter 14 : Operation Ellery [1]
15
Chapter 15 : Operation Ellery (II)
16
Chapter 16: Eyes on you
17
Chapter 17 : Child Of Light
18
Chapter 18 : Nightmare
19
Chapter 19 : Konsekuensi
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25 : Sarfon started to move
26
Chapter 26 : Asumsi
27
Chapter 27 : Kepala Keluarga Cazey
28
Chapter 28 : Trik
29
Chapter 29 : Kepercayaan
30
Chapter 30 : Red Era
31
Chapter 31
32
Chapter 32 : Dark Forest [1]
33
Chapter 33: Dark Forest[II]
34
Chapter 34 : Datangnya Badai.
35
Chapter 35 : Sturdy Varhemen [I]
36
Chapter 36: Sturdy Varhemen [III]
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41 : Blank Mind
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46 : Titik Krusial
47
Chapter 47 : Esensi
48
Chapter 48: Phoenix
49
Chapter 49: The Dancer
50
Chapter 50: Personal problems?
51
Chapter 51: Klasik
52
[Season 1 End] Chapter 52: Kotak pengorbanan
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55: Dust
56
Chapter 56: Dust II
57
Chapter 57: Laut Arthea
58
Chapter 58: Dust III
59
Chapter 59: Mission Imposible
60
Chapter 60
61
Chapter 61

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!