[Kastil Blue Rose]
Kastil milik keluarga agung Cazey yang ditinggali oleh Sarfon.
Sarfon duduk diatas sofa dengan kaki di silangkan sambil membaca buku dengan beberapa cemilan yang menemaninya.
"Pesta besar kemarin itu, apa tidak terlalu menghambur-hamburkan uang? Dalam keadaan perang melawan Iblis uang sebanyak itu bisa mendanai ratusan prajurit dengan persenjataan lengkap dan baru. Apa Perdana Menteri tidak takut di kritik ya Miranda?" tanya Sarfon pada Miranda yang sedang membersihkan debu di lemari menggunakan kemoceng.
Gadis maid dengan rambut coklat dan bola mata lebar itu tertawa kecil mendengar pertanyaan dari Tuan Mudanya.
"Hihihi ... Pertanyaan anda selalu tidak sesuai dengan usia anda. Anda seperti pria berumur ratusan tahun dengan pemikiran berat dan matang ... khu khu khu ..."
"ah, kau ini..."
Miranda kembali tersenyum ketika mengingat Sarfon yang seharusnya bermain dengan anak bangsawan seusianya malah menolak hal itu dan mengatakan apabila berteman dengan mereka itu tidak berguna.
Dan Tuan Muda agung ini malah memilih berteman dengan anak-anak golongan biasa kebawah dengan alasan agar dapat memanfaatkan mereka.
Sarfon menutup bukunya dan berdiri dari tempat duduknya dan berjalan kearah lemari buku untuk meletakkan bukunya di sana.
"Miranda."
"Ya, Tuan Muda?"
"Kirimkan surat pada Kepala Keluarga yang bertuliskan jika aku meminta agar ayah mencarikan seorang pandai besi paling hebat di Negeri ini."
Miranda mengangguk mengerti. "Baik tuan muda." Ketika Miranda telah pergi keluar dari kamar pribadi Sarfon, Sarfon langsung berjalan mendekati jendela dan melihat pemandangan luar dari sana.
Ia teringat dengan beberapa detail yang pernah dibicarakan dengan Zehid. 'Aku akan mengubah takdir kematian Pangeran Kekaisaran Orta, serangan Iblis dari laut Utara akan ku urus sendiri. Jadi diam dan perhatikan.'
Pada saat itu tepatnya Satu juta tiga ratus ribu pasukan Iblis yang bergerak menyerang Pantai langsung tumbang dan hancur oleh satu orang saja.
'Jangan berpikir yang tidak-tidak Enzo. Alasan kami para Malaikat tidak campur tangan tentang hal ini karna para makhluk transenden yaitu Pemimpin ras Iblis belumlah muncul ke permukaan.
Namun saat itu terjadi, ras manusia sudah pasti telah musnah. Jadi bantuan kami bisa dibilang tidak ada gunanya lagi.'
Sarfon mengingat hal itu dengan jelas, berbagai garis waktu yang selalu menuju kearah kepunahan umat manusia di Benua Regina ini. 'Hal mengerikan itu terus menerus terulang ulang di kepalaku. Kekaisaran Utara berhasil membawa kemenangan pada perang itu.
Namun, peringatan dari Zehid yang tak akan ku lupakan. Pasukan yang terpukul mundur itu akan berputar haluan ke Kekaisaran Timur dan itu adalah Kekaisaran Jiksa.'
Sarfon memperkirakan kedatangan pasukan Iblis akan melewati Dark Forest sebuah hutan lebat di belakang Kastil ini dan kemungkinan kedatangan mereka adalah sekitar 3 Tahun lagi.
Berselang 3 hari setelah surat diterima sang Kepala Keluarga Cazey. Seorang pandai besi datang ke kastil Blue Rose, seorang pria tua dengan janggut tebal dan tubuh yang berotot sedang menatap kastil dengan seksama.
Sarfon yang melihat kedatangan pandai besi itu langsung turun dan menyambut kedatangan pria itu dengan sopan. "Miranda, antar kan pria ke ruang tamu." Miranda sang pelayan mengangguk dan meminta agar pria itu mengikuti dirinya.
Setelah mereka berdua sudah duduk berhadapan, Pria tua itu langsung bertanya pada Sarfon untuk apa mencari seorang pandai besi terbaik di negeri ini.
"Anda mencari pandai besi terbaik di Negara ini, senjata apa yang ingin anda minta tuan muda?" tanya Pria tua itu.
Sarfon menghela nafas dan mulai berkata, "Aku ingin dibuatkan senjata yaitu Katana," tukas Sarfon sambil meletakkan cangkir tehnya di atas meja.
"Begitu ya ... Jika seperti itu seharusnya anda dapat membeli nya di toko senjata yang ada di dekat sini dan tentunya banyak warna-warnanya.
Namun, cukup sampai disini saja saya berbasa-basi. Katakanlah sejujurnya tuan muda. Mengapa anda sampai harus membutuhkan seorang pandai besi terbaik di Negara ini?!"
Sarfon yang di tekan seperti itu nampak sangat biasa saja, lalu dengan tenang ia merespon, "Beberapa hal, namun saya rasa permintaan ini akan sangat egois dan akan sangat mustahil. Namun saya percaya pandai besi terbaik yang ayah kirimkan akan sangat luar biasa.
Baiklah, saya menginginkan sebuah Katana yang tidak akan pernah dapat hancur ataupun dapat dipatahkan, senjata sempurna yang dapat memotong apapun, Katana paling tajam yang dapat memotong musuh-musuh saya." Sarfon mengutarakan semua niatnya tanpa ada yang disembunyikan, karena ia mengetahui jika pak tua ini sedang mengetes dirinya atas perintah kepala keluarga.
"Permintaan klasik. Beberapa bangsawan di kekaisaran ini bahkan Kaisar sendiri pernah meminta hal ini. Aku menyanggupi hal ini namun dengan satu syarat."
"Dan apa syarat itu?"
"Senjata sempurna yang tak dapat hancur dan paling tajam hingga dapat memotong apapun adalah senjata paling mengerikan. Namun karena sangat mengerikan senjata itu tercipta dengan kelemahan yang sangat kuat, apakah anda berfikir jika senjata se sempurna itu akan memiliki sarung pedang yang dapat menyingkap senjata itu?
Jika anda memiliki jawabannya saya akan menyanggupi hal itu, saya berjanji akan menciptakan senjata paling sempurna itu."
Sarfon berfikir sejenak sebelum mengatakan sesuatu. "Itu mudah, artinya pedang itu tidak membutuhkan sarung untuknya. Apa anda pernah melihat makhluk paling kuat bersembunyi?"
"Jawaban yang sangat angkuh Tuan Muda. Semoga Kekaisaran selalu dilindungi oleh Tuhan."
Pria tua itu merupakan seorang dwarf bernama Gigs, dan dia telah menyanggupi permintaan dari Sarfon untuk menciptakan sebuah Katana paling sempurna.
"Aku membutuhkan waktu 2 hari untuk menciptakan senjata itu."
...----------------...
Sarfon duduk diatas sofanya sambil membaca buku, keseharian membosankan yang ia lakukan hampir setiap hari.
"Tuan muda, ada surat dari Keluarga Wyke. Mereka mengundang anda ke acara minum teh para putri bangsawan. kyaaa! sepertinya anda adalah pria yang populer di kalangan gadis-gadis!" Teriak Miranda seolah-olah histeris untuk menggoda Tuan Mudanya.
Namun Sarfon dengan jelas memberikan tanggapan tidak sudi dengan acara ramah tamah anak-anak yang sangat tidak berguna. 'Keadaan garis depan jelas-jelas sudah sangat genting. Bagaimana bisa mereka terus menerus melakukan acara ramah tamah?! menyebalkan!' Batin Sarfon emosi, namun wajahnya tetap datar.
"Malas, aku lebih baik tetap di sini. Membaca buku 100× lebih bermanfaat dibanding menghadiri acara itu."
Miranda terlihat cemberut ketika Sarfon memberikan tanggapan seperti itu. "Cih!"
"Apa coba maksudnya "CIH!" itu?"
Miranda hanya bersiul-siul sambil tertawa-tawa kecil sendiri dengan ekspresi aneh yang membuat Sarfon merasa sedikit merinding.
"Hentikan fantasi aneh mu itu Miranda."
Miranda yang ketahuan oleh Sarfon langsung salah tingkah dan mengelak untuk mengakui hal itu. "Eh, tidak kok! Tidak, Tuan muda!"
^^^Bersambung^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments