#18

Saka sudah tiba di Mansion kedua orangtuanya, Saka tidak mengucapkan salam malah teriak-teriak memanggil Papi Revan dan Azzura.

"Papi!!!, Azzura!!!." Teriak Saka.

"Apaan kamu Saka!!! Datang-datang bukan mengucapkan salam malah teriak-teriak." Papi Revan marah.

"Hufh, maaf. Ini sangat urgen, Azzura ngga ada di kamar rawatnya." Kata Saka to the point.

"APA!!!!." Papi Revan pura-pura terkejut.

"Kok, bagaimana bisa. Kamu seharusnya menjaganya, kenapa kamu begitu ceroboh. Oh! jangan-jangan kamu bukan mengerjakan tugas yang Papi berikan, malah kamu enak-enakan dengan wanita ja-lang mu itu. Saka, kenapa kamu kaya gini. Papi ngga abis pikir dengan pola pikir kamu, kalau kamu sudah ngga mencintainya. Kamu bisa pulangkan Azzura ke panti, bukan menyakiti kaya gini. Papi ngga mau tau kamu harus menemukan Azzura, sebelum kamu menemukan Azzura kamu ngga boleh menginjakkan kaki di Mansion ini dan perusahaan." Papi Revan naik darah, ia tidak menyangka Saka malah lebih memilih Sonya. Dari pada Azzura, istri yang sedang sakit. Walau Papi Revan tau Azzura pergi bersama Umi Aisyah dan Azzam, tapi dia ingin melihat kesungguhannya.

"Nak, kamu kenapa seperti ini. Kasihan Azzura sudah ngga punya siapa-siapa selain kita, Mami juga ingin minta maaf sama Azzura. Selama ini Mami yang salah, Mami menyuruh Azzura mengerjakan pekerjaan rumah dan ngga membiarkan ia merawat diri. Agar kamu bisa menceraikan Azzura, hiks... hiks...hiks... Maafkan Mami, nak." Mami Sella menangis.

"Apa!! Jadi Mami yang membuat Azzura dekil dan bau, sengaja membuat aku ifill sam Azzura. Saka ngga menyangka Mami bersifat seperti itu." Kata Saka, ia merasa Maminya sangat kejam. Gara-gara Maminya itu Saka menjadi berubah.

"Kamu jangan menyalahkan Mami aja, tapi kamu juga. Seharusnya kalau kamu itu mencintai Azzura dengan tulus, kamu tetap menerima apa adanya yang ada di diri Azzura. Bukan hanya membuang Azzura begitu saja, malah kamu menyiksa batin dan raganya. Hingga anak yang di kandungan Azzura pergi untuk selama-lamanya." Papi Revan geram dengan tingkah Saka, bukannya merasa bersalah dia malah menyalahkan oranglain.

"Lebih baik, kamu cari Azzura. Dari pada kamu di sini bikin Papi tambah marah dan buat Mami lebih baik kamu minta ampun kepada Allah." Setelah mengatakan itu Papi Revan pergi. Ia berniat menemui Alex sang cucu, walau ia benci Sonya. Tapi ia tidak membenci Alex.

Papi Revan jadi sangat menyayangi Alex, karena Alex begitu lucu dan menggemaskan. Alex begitu pintar, Papi Revan berniat mendidik Alex menjadi kepribadian yang lebih baik dari kedua orangtuanya.

Alex sengaja tinggal di pesantren milik temannya Papi Revan.

"Assalamualaikum, cucu Oppa yang ganteng. Gimana pembelajaran hari ini?." Papi Revan mensejajarkan dengan tinggi Alex.

"Duillah, Opa. Atu cenang cini anyak eman, acih ya Opa." Alex memeluk Papi Revan.

Papi Revan sudah sampai di Pesantren milik temannya, ia sengaja menggunakan helikopter agar cepat sampai.

"Sama-sama, Sayang." Papi Revan mengelus rambut Alex.

"Api, mimi an Didi. Nda ada, atu cedih. Apan eka cini, Opa?." Alex menatap Papi Revan sedih.

"Kamu harus jadi anak yang Soleh dan pintar dulu, baru nanti Daddy dan Mommy mu akan jemput kamu."

"Aik, Opa. Api atu cenang cini, nda ada mimi mayah-mayah eyus. Ukul-ukul atu eyus. Cini Umi an abi cayang ayex."

"Ya Allah, Nak. Sekecil gini kamu seharusnya mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtua mu, tapi malah kamu mendapatkan tindakan kekerasan. Opa janji akan membuat kedua orangtua mu merasakan apa yang kau rasa, malah Opa akan membuat mereka lebih parah." Kata Papi Revan dalam hati.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!