Brakkkk...
Pintu kamar ditutup Dev dengan begitu kencang, dan membuat Cristal benar-benar terkejut dan langsung berdiri dengan ketakutan, seperti melihat serigala yang hendak menerkam. Kemarahan Dev membuat wajah Cristal memucat.
Dev perlahan mendekat Cristal yang berdiri mematung dan tak berani mengeluarkan sepatah katapun untuk membela diri.
Dev mengangkat dagu Cristal, agar wajahnya terlihat dengan jelas.
"Katakan padaku, sudah berapa lama kamu bekerja!" ucap Dev pelan.
"Du-dua bulan."
Dev langsung mencengkeram dagu Cristal dengan kuat." Dua bulan kamu sudah melanggar aturanku. Benar-benar wanita pembangkang." Dev langsung mendorong tubuh Cristal ke ranjang yang ada di belakangnya.
"Maafkan aku mas, maaf. Aku diam-diam bekerja karena aku tidak ingin menghabiskan sisa waktuku hanya berdiam diri dan menunggu mas Dev datang menemui ku." Jawab Cristal mencoba menjelaskan sambil menangis terisak.
"Oh..., bagus. Sekarang kamu sudah berani mencari alasan untuk membangkang. " Dev menjambak rambut Cristal yang terurai itu menariknya dengan kuat. "Katakan padaku. Hukuman apa yang kamu inginkan. Agar kamu tidak lagi mengulangi kesalahan seperti ini lagi?" ucap Dev sambil menyusuri leher jenjang Cristal. Cristal berusaha menggeleng tak ingin mendapatkan hukuman.
Dev mengambil sesuatu dari dalam laci dan mengeluarkan sebuah botol kecil, lalu mengeluarkan dua butir pil berwarna putih itu dari dalam botol.
"Buka mulutmu!" perintah Dev , namun Cristal berusaha menggeleng dan menutup mulutnya rapat-rapat. Cristal tidak ingin obat itu masuk kedalam tubuhnya lagi.
"Cepat buka!" bentak Dev sambil menarik rambut Cristal lebih kuat, membuat Cristal semakin kesakitan dan secara tidak sengaja membuka mulut dan berteriak menahan sakit di saat itu juga Dev memasukkan dua butir pil itu kedalam mulut Cristal dan langsung membungkam mulutnya agar pil tersebut tidak di keluarkan.
"Cepat telan!" Perintah Dev sambil menggerakkan giginya. Cristal pun terpaksa menelan pil itu hanya dengan bantuan air liur yang ada di mulutnya. Terasa sakit dan pahit menyatu di tenggorokan, bahkan sangat sulit untuk rasanya melewati tenggorokan.
Setelah dirasa Cristal sudah menelannya, Dev pun melepaskan tubuh Cristal hingga kembali terjatuh keranjang.
"Nikmati hukumanmu sayang, Aku ingin melihat seberapa kuat kamu mampu bertahan." Dev memukul pipi Cristal pelan sambil menyeringai, dan hendak melangkah pergi.
"Mas, jangan tinggalkan aku. Jangan hukum aku seperti ini. Aku tidak akan kuat mas, tolong... tolong tetaplah di sini. Aku tidak akan kuat melewatinya sendiri." Cristal memeluk kaki Dev menahannya untuk tidak pergi. Cristal benar-benar tidak akan sanggup jika obat tersebut bereaksi, apalagi Dev memberikan dosis lebih dan itu akan membuat efeknya meningkat.
Dev pun mengurungkan niatnya untuk pergi. Ia duduk di sofa sambil menyalakan sepucuk rokok dan melihat Cristal yang terus merengek minta di sentuh. Dev begitu menikmati istrinya tersiksa dan meliuk-liuk di hadapannya.
"Mas.., tolong bantu aku. Aku sudah tidak tahan. Aku akan melakukan apapun, asalkan mas mau membantuku melepaskan hasrat ini. Aku benar-benar tersiksa." Rengek Cristal namun Dev masih tak menggubrisnya.
Setelah cukup lama Cristal dilanda gairah yang sudah memuncak, Dev menarik tubuhnya kedalam dekapannya.
"Nikmati saja hukumanmu, Saat ini aku sama sekali tidak bergairah melihatmu. Kau sudah membuatku sangat marah." Bisik Dev lalu meninggalkan Cristal begitu saja. Tak memperdulikan sekeras apapun Cristal berteriak.
Berjam-jam Cristal melewati penderitaannya itu sendirian hingga efek obat itu pun perlahan hilang dengan sendirinya. Tubuh Cristal sudah benar-benar lemas, tak ada tenaga lagi yang tersisa. Dalam hati Cristal mengutuki suaminya itu. Cristal tak berfikir jika Dev akan menghukumnya seperti itu dan dengan teganya dia meninggalkan dirinya menderita sendirian.
Ponsel Cristal berdering dan itu panggilan video dari Dev. Cristal membulatkan matanya saat tau Dev menghubungi dirinya di hotel dan sepertinya habis main dengan wanita lain.
"Bagaimana sayang dengan hukumannya? Apa kamu menikmatinya?" tanya Dev tanpa rasa bersalah.
Cristal mencengkeram kain sprei menahan amarahnya saat mengetahui suaminya lebih memilih menyalurkan hasratnya dengan wanita lain ketimbang membantu dirinya yang menderita menahan gairah.
"Ada apa mas menghubungiku?" tanya Cristal mengalihkan pembicaraan.
"Aku hanya ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja. Jangan pernah melanggar aturan lagi, atau aku bisa menghukum mu lebih dari ini. Buang semua pakaian yang sudah kamu kenakan untuk berkerja. Aku tidak mau saat aku kembali, masih ada baju yang tersisa. Tunggu aku, malam nanti aku akan kembali untuk memuaskan kamu." Dev menyertai lalu mematikan panggilan tersebut.
Cristal sangat marah dan melemparkan ponselnya. Cristal pun menangis sesenggukan seorang diri, meratapi nasibnya yang benar-benar menderita.
Setelah puas menangis, Cristal melihat jam di dinding menunjukkan pukul empat sore. Itu artinya Cristal masih punya waktu untuk mengambil semua barang-barangnya yang ada di kantor dan memastikan kalau dia mendapatkan persetujuan untuk keluar dari pekerjaan.
Menyimpan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, Cristal pergi ke kantor tempatnya bekerja dan sesampainya di sana, Cristal di sambut dengan ocehan Monata mengenai keputusan Cristal untuk berhenti bekerja mendadak.
"Sepertinya kamu tidak akan bisa berhenti bekerja dalam waktu dekat ini Cristal. Aku sudah membantumu mengajukan pengunduran diri, Tapi..." Monata menghentikan ucapannya.
"Tapi apa? Aku sudah tidak bisa bekerja disini lagi Mon, dia sudah mengetahui semuanya. Aku takut jika dia tau aku bekerja disini, dia akan menghancurkan perusahaan ini."
"Siapa yang yang ingin menghancurkan perusahaan ini?" tanya seorang pria yang tiba-tiba muncul.
Cristal terkejut melihat orang yang pernah ia tabrak muncul di perusahaan. Dan lebih terkejutnya lagi saat Monata mengatakan jika pria itu adalah pimpinan baru perusahaan yang tidak menyetujui Cristal berhenti bekerja.
"Bukankah kamu...," ucap Cristal sambil menunjuk ke arah pria itu.
"Hallo nona Cristal, Kenalkan aku Kevin. Pimpinan baru perusahaan. Mohon maaf aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu untuk berhenti bekerja dalam waktu dekat. Karena kamu masih terikat kontrak tiga bulan ke depan dan pekerjaanmu belum ada yang selesai." Jelas Kevin.
"Tapi pak, Saya tidak bisa bekerja lagi."
"Kalau kamu masih tetap ingin berhenti, kamu harus membayar dendam pinalti sebesar lima ratus juta. Bagaimana? Silahkan kamu pilih. Tetap bekerja atau bayar denda pinalti sesuai kesepakatan."
Cristal pun semakin terjebak dengan semua keputusan yang dia ambil. Dan sekarang dia juga terjebak di perusahaan tempatnya bekerja, karena Cristal tak mungkin mampu untuk membayar uang sebanyak itu. Tak mungkin dia meminta kepada suaminya yang ada malah petaka yang akan datang.
Setelah Kevin pergi. Tubuh Cristal langsung lemas hingga ia terduduk di lantai. "Kenapa semuanya menjadi sangat rumit. Mon apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku tidak bisa berkerja lagi, tapi aku juga tidak bisa membayar biaya pinalti." Monata pun hanya bisa memeluk Cristal dan mengusap punggungnya menguatkan Cristal.
To be continued ☺️☺️☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Umine LulubagirAwi
ksian crstal. mju mndur salh semua.
2023-04-18
0
Kurniaty
Nikmati saja masa sulitmu dahulu Cristal,perlahan tapi pasti kamu akan menuai hasilnya nanti.
Karna hidup gak selalu dibawa terus.
Sukses thoor & lanjut.
2023-04-03
0