Senja dan Rara berlari cepat memasuki kelas. Awalnya, Senja ingin tetap di taman belakang sekolah, berniat bolos pelajaran. Tapi, Rara tiba-tiba datang dan mengatakan jika hari ini ada kuis dari guru matematika.
Siapa yang bisa mengerjakannya, tidak perlu ikut ulangan minggu depan, cukup nilai dari kuis yang diambil. Entah diberitahu siapa cewek itu, yang jelas itu adalah modal Senja untuk dapat nilai bagus tanpa khawatir soal ulangan.
Lagian, Senja sudah hafal betul, sebanyak apa soal kuis yang diberikan guru matematika tersebut. Paling banyak 3 dan paling sedikit ya, 1. Soal kuis matematika setara kelas Bahasa sepertinya, bukan hal sulit bagi Senja.
"Lo beneran nih, nggak bohong?" tanya Senja setelah duduk di kursinya.
"Sumpah, nggak bohong gue. Si ketua kelas sendiri yang bilang kok. Kita dikasi waktu 5 menit buat belajar."
"Ya udah, gue percaya," ucap Senja, lalu menidurkan kepalanya di meja.
"Eh, lo kok malah tidur? Ayo belajar."
"Gue udah belajar semalam?"
"Beneran? Nggak kerja lo semalam?"
"Kerja. Belajar kilat pas pulang kerja."
"Ck. Sama aja bohong," ucap Rara, namun Senja mengabaikannya.
Setelah limat menit, guru yang bersangkutan datang. Kuis benar-benar diadakan. Senja adalah orang pertama yang mengumpulkan jawaban kuis nya. Ia lalu kembali ke tempatnya dan duduk diam. Merasa bosan, gadis itu meminta izin ke toilet.
"Kalau kena yang adem-adem gini kan, ngantuk gue hilang," gumam Senja, sambil membasahi kedua tangannya dengan air yang mengalir dari kran. Seteleh itu, ia mengeringkan tangannya dan berjalan keluar.
"Eh, lo tadi liat nggak, si Arhez sama Ketos kayak musuhan gitu? Mereka juga jalan ke arah belakang sekolah?" ucap salah satu siswi yang sudah berada di depan toilet.
"Emang udah musuhan sejak dulu. Tapi, soal ke belakang sekolah, gue nggak liat. Emangnya kapan?" tanya siswi satunya.
"Barusan. Waktu kita lewat lorong kelas IPS."
"Serius?"
"Iya. Kayaknya mau berantem deh. Gue mau bilang ke yang lain, tapi nggak berani kalau ada hubungannya sama Ketos sama Arhez."
Senja yang sejak tadi mendengar pembicaraan kedua siswi tersebut segera ke belakang sekolah. Langkahnya ia percepat. Ia bahkan berlari. Namun, dia tidak melihat siapa-siapa di belakang sekolah.
"Apa gue dibohongin sama cewek-cewek itu?" gumam Senja. Saat ia hendak berbalik kembali ke kelas, terdengar suara benda yang di lempar.
Prak...
Suara itu terdengar samar dari arah gudang. Senja segera berlari ke sana. Pintu gudang tak ditutup. Matanya terbelalak melihat Aksa dan Arhez menonjok satu sama lain.
"Zayyan! Arhez!"
Kedua cowok seolah tuli akan panggilan Senja. Mereka masih terus melanjutkan memukul satu sama lain.
"Zayyan! Arhez!" Senja menerobos masuk dan berusaha menghentikan mereka. Namun, kedua cowok itu sama-sama diliputi amarah dan tidak ingin berhenti.
"Zayyan! Arhez! Stop!" Sekali lagi Senja berteriak keras. Cewek itu dengan beraninya berdiri ditengah-tengah Aksa dan Arhez. Membuat kedua cowok yang masih ingin saling memukul itu berhenti.
"Minggir, Nja!" seru Arhez. Namun Senja menggeleng.
"Gue nggak mau minggir. Lo berdua kayak bocah tau nggak?" seru Senja. "Lo berdua ada masalah apa sih? Harus benget nyelesaiin nya pake berantem?"
"Dia udah nyakitin lo, Nja! Gue tau lo nangis saat pulang sekolah. Gue juga tau, lo nangis di pinggir jalan."
Senja menatap Arhez dengan tatapan tak percaya. Dia berusaha menyembunyikan air matanya dari orang-orang, tapi Arhez melihat semuanya.
"Lo, ngikutin gue?" tanya Senja. Terpancar rasa tak nyaman Senja saat mendengar ucapan Arhez.
"Gue khawatir, Nja. Gue takut lo kenapa-kenapa berkendara saat nangis. Gue—"
"Gue bisa jaga diri gue sendiri!" tegas Senja.
Arhez terdiam. Ini kali pertama ia melihat pancaran tidak suka di mata Senja. Perlahan, lelaki itu mudur dan berbalik, berjalan keluar tanpa mengatakan apapun pada Senja.
Setelah tubuh Arhez menghilang dibalik pintu, Senja melirik Aksa. Wajah cowok itu memiliki lebam di beberapa bagian.
"Kamu terluka. Ayo, aku obatin," ucap Senja pelan. Aksa terdiam. Tatapan matanya yang dingin bertemu dengan mata Senja yang lembut. Senja jadi gugup saat mata mereka saling bertemu. Dia pikir, Aksa marah karena ucapannya. Aksa ada Amara yang akan mengobatinya. Siapa dia sampai menawarkan mengobati Aksa?
"Ma-maaf. Ka-kalau kamu nggak mau, nggak ap—"
"Ayo!" Hanya kata itu yang terucap dari mulut Aksa. Cowok itu berjalan terlebih dahulu melewati Senja yang masih terbengong.
Zayyan mau gue obatin? Ini nggak mimpikan? Batin Senja.
"Lo niat nggak sih bantu ngobatin?" Suara Aksa kembali terdengar dari ambang pintu. Hal itu membuat Senja sadar dari pikirannya.
"Hah? Ma-maaf." Dengan segera Senja menghampirinya, kemudian mereka berjalan bersama ke ruang UKS.
Aksa duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan itu. Matanya terus mengamati Senja yang sedang mengambil kotak p3k. Saat Senja berbalik hendak berjalan ke arahnya, Aksa dengan segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kayaknya, akan perih. Kamu tahan aja," ucap Senja, mulai mengobati Aksa.
Tidak ada anggukkan ataupun gelengan yang Aksa tunjukan. Cowok itu hanya diam. Hanya saja, matanya kembali tak lepas menatap Senja yang mulai serius mengobati lukanya. Jarak mereka yang begitu dekat, membuatnya bisa melihat wajah Senja yang di rias berlebihan itu dengan jelas.
Senja tetap fokus pada kegiatannya. Saat mengobati sudut bibir Aksa yang terluka, Senja tak sengaja menekan sedikit kuat. Membuat cowok itu meringis.
"Shhh..."
"Eh, maaf. Aku nggak sengaja."
"Hmmm..."
Senja kembali mengobati sudut bibir cowok itu dengan begitu fokus. Dan Aksa kembali menatap wajah Senja.
"Dari mana lo tau soal hidup gue?" Aksa tiba-tiba bertanya. Sejenak, Senja menghentikan gerakan tangannya yang mengobati Aksa. Dan beberapa detik kemudian kembali melanjutkannya.
"Aku nggak sengaja tau. Waktu itu—"
"Gue nggak suka orang asing ikut campur urusan pribadi gue!"
Deg...
Bagai ditusuk benda tajam, hati Senja terasa begitu sakit. Aksa kembali membuatnya terluka oleh kata-kata nya. Senja tersenyum getir. Kembali berusaha menutupi lukanya.
"Udah selesai. Aku pergi dulu." Tanpa menunggu Aksa membalasnya, Senja segera pergi dari ruang UKS tersebut. Bahkan ia tidak sempat membereskan kotak P3K yang diambilnya.
Aksa terdiam dan merutuki dirinya sendiri. "Bodoh lo, Aksa!! Seharusnya lo minta maaf sama Senja soal yang kemarin. Bukan nambah nyakitin dia!" gumam Aksa.
***
Senja kembali ke kelas dan mendapati kelasnya sudah tidak ada guru matematika nya lagi. Gadis itu bingung dan menghampiri Rara.
"Bu gurunya, kemana?"
"Pergi. Kayaknya urusannya mendadak," jawab Rara.
"Terus kuis nya?"
"Ya kita semua kumpulin ke bu guru. Yang nilai nya bagus, terserah mau ikut ulangan atau enggak. Tapi, yang nilainya jelek, ya tetap ikut ulangan plus dapat tugas," jelas Rara. "Lagian, lo kemana sih? Ke toilet lama bener."
"Gue lama karena ngobatin Zayyan."
"Aksa? Kenapa dia?"
"Berantem sama Arhez..." Senja melirihkan suaranya saat menyebut nama Arhez. Ada perasaan bersalah mengingat bagaimana ucapannya pada Arhez tadi.
"Sama Arhez? Siapa yang mena—"
"Nggak ada yang ganti in bu guru kan? Gue keluar bentar," ucap Senja tiba-tiba, kemudian berlalu dari kelas tersebut. Mengabaikan Rara yang menatap bengong ke arahanya pergi.
Senja dengan mengendap, pergi ke gerbang samping sekolah. Ia yakin, Arhez pasti berada di sana. Pasalnya, tadi ia bertemu salah satu siswa yang sekelas dengan Arhez. Saat ditanya apa Arhez di kelas, ia menggeleng. Katanya, Arhez belum kembali sejak istirahat pertama.
Senja mendorong pelan pintu gerbang yang tidak dikunci. Dan benar saja, ia melihat Arhez duduk di salah satu kursi di warung samping sekolah. Senja berjalan pelan mendekati cowok itu.
"Hez," panggilnya pelan, membuat Arhez yang sedang menelungkup kan wajanya di meja mendongak.
"Lo ngapain disini?" tanyanya dengan suara yang terdengar dingin.
Bukannya menjawab, Senja malah semakin mendekat dan menarik kursi yang ada di sebelah Arhez, kemudian menduduki nya.
"Gue minta maaf. Seharusnya gue nggak ngomong kayak tadi ke lo," ucap Senja. Arhez hanya diam, masih belum ingin menanggapinya.
"Lo marah, ya?" Arhez tetap diam.
"Ya udah kalo lo marah. Gue nggak bisa paksa lo buat nggak marah atau buat maafin gue. Kalo gitu gue balik ke kelas dulu."
Saat Senja hendak bangun, Arhez dengan cepat menahan tangan gadis itu. Membuat Senja kembali duduk.
"Gue maafin lo," ucap Arhez. Seulas senyum muncul di bibir Senja. Membuat lesung di kedua pipinya terlihat.
Cantik. Batin Arhez.
"Makasih, Hez," ucap Senja girang. "Mau gue obtatin?" tawar Senja.
"Jadi, lo nunggu gue maafin dulu baru punya inisiatif buat ngobatin?"
"Eh, enggak kok. Gue kesini juga bukan cuman mau minta maaf aja. Gue juga berniat ngobatin lo kalo belum ada yang obatin."
"Bener?" tanya Arhez, dan Senja menggangguk dengan polosnya. "Yang tadi mau ke kelas itu apa? Bukannya itu nunjukin kalo lo nggak ada niat buat ngobatin gue?"
"Enggaklah. Gue tadi takut lo ngamuk. Lo marah-marah di depan gue."
"Gue nggak bisa marah sama lo," ucap Arhez sungguh-sungguh, namun Senja hanya menganggapnya sebagai candaan. Dia bahkan terkekeh kecil mendengarnya.
"Hehehe... Aneh lo, Hez. Udah, gue mau pinjam kotak p3k di mbaknya dulu."
Senja segera menemui mbak yang sering melayani pembeli di warung tersebut. Tak lama, ia kembali ke tempatnya semula dengan kotak p3k kecil di tangannya. Gadis itu mulai mengobati Arhez.
"Kayaknya agak perih," ucap Senja saat tangannya mengarah pada bibir Arhez yang sobek.
"Perih juga nggak akan kerasa saat gue lihat lo, Nja."
Senja kembali terkekeh mendengarnya. Lagi-lagi Arhez mengatakannya dengan serius, dan Senja menganggapnya sebagai candaan dari seorang cowok paling nakal di sekolahnya.
Dan tanpa mereka sadari, Aksa terus memperhatikan mereka sejak Senja menawarkan mengobati Arhez.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Badelan
senja hati hati
2024-10-26
0
Siti Atia Jumadin
knp sih senja ngejar cwo mulu
2023-09-17
1