Chapter 20 - Pelajaran Tambahan

"Hah.... Hah.... Hah...."

Lucius terlihat tergeletak tak berdaya di tengah ruangannya. Setelah berlatih keras untuk mengendalikan aliran Mana miliknya selama 2 jam lebih, Ia hanya bisa tergeletak lantai.

Seluruh badannya terasa begitu panas dan sakit. Nyeri seperti telah berolahraga seharian penuh.

'Kerja bagus, Lucius.' puji Carmilla setelah melihat latihannya barusan.

Meskipun baru saja diajari oleh Carmilla mengenai bagaimana caranya mengalirkan Mana, Lucius telah mampu melakukannya dengan cukup baik.

Cukup untuk tidak membocorkan semua aliran Mana miliknya.

Tentu saja, itu karena Lucius merasakannya dengan sendiri bagaimana Carmilla melakukannya.

Melihat dan merasakan secara langsung teknik yang sempurna. Siapa pun juga akan bisa mempelajari teknik itu dengan cepat.

Menyadari hal itu, Lucius kini sama sekali tak merasa besar kepala. Yang ada dalam pikirannya hanya satu.

"Carmilla, kau benar-benar luarbiasa. Menciptakan formasi sihir seperti ini.... Apakah semua iblis sekuat ini?" tanya Lucius penasaran.

'Seharusnya semua iblis memang sekuat ini. Mereka hanya sibuk dengan kesombongan diri mereka sendiri, karena lahir sebagai ras iblis.' jelas Carmilla.

Jawaban itu menimbulkan lebih banyak lagi tanda tanya dalam diri Lucius.

"Apa maksudnya dengan itu?"

'Setiap ras iblis murni memiliki kekuatan yang luarbiasa sejak lahir. Dapat disetarakan seperti komandan suatu pasukan di kerajaan Manusia. Tapi karena itu lah, mereka menganggap tak perlu untuk menempa diri seperti manusia.'

"Eh?"

Lucius menjadi teringat atas apa yang dikatakan Carmilla saat dirinya menjadi sedikit besar kepala. Tepat di saat Lucius menganggap dirinya jauh lebih kuat dan bisa mengalahkan siapapun.

Atas betapa jijiknya Carmilla melihat sikap Lucius saat itu.

'Bagi mereka, berlatih adalah sebuah tanda kelemahan. Itulah kenapa hampir semua iblis tak pernah melatih dirinya. Dan itu juga yang menjadi kehancuran mereka.' lanjut Carmilla.

Bagi Lucius, Carmilla adalah sosok yang semakin hari semakin dikaguminya.

Mulai dari sikap, kebijaksanaan, kekuatan, pengetahuan, pengalaman. Semuanya benar-benar terlihat begitu sempurna.

"Kau.... Siapa dirimu yang sebenarnya, Carmilla?" tanya Lucius untuk kesekian kalinya.

Dan balasan yang diperolehnya, juga balasan sama yang telah didengarnya berkali-kali. Meskipun, kali ini ada sedikit perbedaan.

'Hanya seorang iblis biasa yang suka belajar.' balasnya dengan nada yang terdengar begitu gembira.

"Begitu kah?" tanya Lucius ragu.

Setelah cukup beristirahat, Lucius berniat untuk membersihkan dirinya dengan mandi di pemandian umum.

Ia mulai menyiapkan handuk, berbagai alat kebersihan dan juga pakaian gantinya.

Tapi sesaat sebelum Lucius mengunci pintu kamarnya dari luar, dirinya teringat sesuatu hal yang cukup penting.

"Benar juga. Jika formasi sihir Mana Flow itu sekuat itu, kenapa kau baru mengajarkannya padaku sekarang?" tanya Lucius sambil menatap telapak tangan kirinya.

'Karena sebelum pemasangan cincin sihir Stellastra, Mana yang kau miliki terlalu kecil. Terlalu kecil hingga tak cukup untuk memproyeksikan formasi sihir itu. Kau paham? Bocah tak berbakat?'

"Kughh.... Aku tahu aku tak berbakat tapi, terus menerus mendengarnya sedikit membuatku sakit hati." balas Lucius sambil tertawa ringan.

Ia mulai berjalan meninggalkan tempat penginapannya. Dimana Carmilla masih terus menghujatnya sepanjang perjalanan.

'Memang benar! Memangnya manusia mana lagi yang selemah dirimu? Yang bahkan membutuhkan cincin sihir Stellastra untuk membuatnya setara dengan manusia lain. Jika digunakan pada manusia biasa, mereka pasti sudah lompat ke kelas A saat itu juga!'

"Ya ya.... Aku mengerti dan akan bekerja keras untuk menutupinya...."

............

Keesokan harinya....

"Lucius. Bisa kemari sebentar?" tanya Pak tua Anderson itu setelah kelas usai.

"Eh? Ya, tentu saja." balas Lucius yang segera berjalan ke depan kelas.

Sementara itu teman-temannya terlihat sedang menata buku-buku mereka. Menyimpannya kembali dalam loker di kelas ini.

"Lucius. Dengar, bapak tahu kau mengalami banyak hal. Tapi bukan berarti kau bisa dengan tenang ketinggalan pelajaran. Ini untukmu." ucap pak Anderson itu sambil menyerahkan setumpuk buku yang tebal.

"Maaf, tapi apa ini?" tanya Lucius penasaran. Ia mengangkat sekitar 6 buah buku tebal itu dengan kedua tangannya.

"Pelajaran tambahan untukmu. Atau lebih tepatnya, materi yang belum kau pelajari selama akhir tahun pertama dan sekitar satu bulan tahun kedua." jelas Pak Anderson dengan senyuman yang ramah.

Menyadari bahwa Pak Anderson kemungkinan telah menyusun ulang semua materi yang diperlukan oleh Lucius, Ia segera membungkukkan badannya untuk berterimakasih.

"Terimakasih banyak, Pak Anderson. Anda telah repot-repot untuk menyiapkan semua ini...."

"Tenang saja. Sudah tugasku sebagai pengajar." balas kakek tua itu sebelum berjalan keluar ruangan ini. Tentunya dengan senyuman yang tak pernah memudar dari wajahnya.

Karena hanya tahun pertama dan kedua yang diajarkan secara penuh oleh pengajar, tentunya materi yang akan diberikan begitu banyak.

Sedangkan mulai dari tahun ketiga hingga keenam pelajar di akademi Damacia ini bebas untuk mempelajari apapun yang mereka minati. Sembari mengumpulkan poin untuk kelulusan mereka.

"Oi, Lucius! Ikut makan?" tanya Max dengan senyuman yang lebar.

Sekalipun sering melihatnya, Lucius masih terkagum atas fisik Max yang terlihat begitu kekar dan gagah. Digabungkan dengan rambut merah gelapnya masih saja terlihat cukup mengintimidasi. Mengingatkannya pada Damon.

Fisik Max diperoleh karena terus menerus menempanya sejak kecil. Pasti itulah yang terjadi.

Sedangkan dirinya sendiri? Apa yang dilakukan oleh Lucius saat kanak-kanak? Bermain lempar tangkap? Bersantai dengan teman-temannya?

Mengenyahkan pemikiran itu, Lucius segera membalas.

"Tentu saja."

Keenam orang di kelas ini pun segera pergi. Menuju ke restoran ayam bakar favorit mereka.

............

"Hah.... Hah.... Hah.... Tak cukup.... Sama sekali tak cukup...." keluh Lucius setelah menyelesaikan latihan Mana Flow selama 2 jam itu.

'Apanya yang tak cukup?' tanya Carmilla penasaran.

Lucius hanya terdiam memandangi kedua telapak tangannya yang penuh keringat. Ia mulai menyipitkan matanya saat menyadari betapa lemahnya dirinya.

"Jika hanya terus seperti ini, takkan cukup untuk mengejar mereka." balas Lucius sambil mengepalkan kedua tangannya.

Tak berselang lama, Lucius bangkit untuk bersiap mandi di pemandian umum.

'Mereka?' tanya Carmilla dengan nada yang kelihatan sedikit bahagia.

"Para bangsawan di akademi, tentu saja. Mereka telah menempa diri sejak kecil. Sementara itu aku...."

Jika tubuh Carmilla masih ada di dunia ini, Ia pasti telah menunjukkan senyuman yang amat teramat lebar. Kenapa?

Itu karena baginya, Carmilla telah berhasil membangkitkan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh Lucius saat ini.

Bukan teknik rahasia, sihir kuno, ataupun obat-obatan ajaib.

Apa yang dibutuhkan oleh Lucius hanya satu. Yaitu determinasi.

Karena hanya dengan modal determinasi yang kokoh saja, siapapun bisa menjadi jauh lebih kuat. Apalagi Lucius yang seakan-akan telah mendapatkan sendok emas bernama Carmilla.

'Jadi? Apa yang kau inginkan?' tanya Carmilla dengan tawa ringan.

Carmilla sudah tahu apa jawaban dari Lucius. Tapi pertanyaan ini sangat lah penting untuk mengukuhkan determinasi Lucius. Sebuah determinasi untuk menjadi jauh lebih kuat.

"Katakan, apa yang kurang dariku saat ini? Aku ingin menjadi jauh lebih kuat untuk melawan siapapun yang akan merusak hidupku lagi." balas Lucius dengan tatapan yang tajam serta handuk yang terlilit di atas kepalanya.

'Pengalaman. Kau memiliki modal yang cukup, hanya saja kau kurang berpengalaman.' balas Carmilla senang.

"Pengalaman? Tapi bagaimana aku bisa mendapatkannya? Jika aku selalu menantang pelajar lain berduel, bukankah itu hanya akan mengundang musuh baru?" tanya Lucius kebingungan.

'Bukankah di wilayah manusia ada satu tempat terbaik untuk menempa pengalaman bertarung?' balas Carmilla.

"Eh? Apa itu?"

'Guild Petualang. Setidaknya, pada masa aku hidup, Guild petualang adalah keberadaan yang sangat merepotkan bagi ras iblis. Dan aku yakin, saat ini Guild Petualang masih ada bukan?'

Saat itu lah, Lucius seakan-akan mendapat sebuah pencerahan ilahi. Atau lebih tepatnya, pencerahan dari iblis.

Jika Ia bisa bergabung dengan Guild Petualang, Lucius bisa mengambil misi untuk bertarung melawan monster apapun yang sedang diburu oleh Guild.

Dan karena itu adalah monster, Lucius bahkan tak perlu untuk menahan diri. Hanya perlu bertarung sekuat tenaga sembari mempertaruhkan nyawanya.

Tak hanya itu, Lucius juga bisa mendapatkan penghasilan.

Bukankah itu sama seperti menyelam sambil minum air?

Dengan senyuman yang lebar, Lucius mengunci pintu kamarnya dan bergegas pergi ke pemandian umum itu. Sebelum pergi untuk mendaftar di Guild Petualang.

Terpopuler

Comments

Nezuko caaan

Nezuko caaan

Wow ratatui

2023-12-11

0

Nezuko caaan

Nezuko caaan

Eeeh lupa ini kan nama mc nya

2023-12-11

0

Nezuko caaan

Nezuko caaan

Mirip banget

2023-12-11

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2 Chapter 2 - Sisi Gelap
3 Chapter 3 - Neraka
4 Chapter 4 - Permintaan
5 Chapter 5 - Awal Baru
6 Chapter 6 - Teriakan Hati
7 Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8 Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9 Chapter 9 - Ujian
10 Chapter 10 - Pulang
11 Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12 Chapter 12 - Pengajar
13 Chapter 13 - Masalah
14 Chapter 14 - Kekhawatiran
15 Chapter 15 - Arena
16 Chapter 16 - Realita
17 Chapter 17 - Dongeng
18 Chapter 18 - Kehangatan
19 Chapter 19 - Mana Flow
20 Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21 Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22 Chapter 21 - Guild
23 Chapter 22 - Perburuan
24 Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25 Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26 Chapter 25 - Evaluasi
27 Chapter 26 - Alasan
28 Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29 Chapter 28 - Besi dan Kayu
30 Chapter 29 - Rumor
31 Chapter 30 - Pekerjaan
32 Chapter 31 - Pertemuan
33 Chapter 32 - Jarak
34 Chapter 33 - Dunia Luar
35 Chapter 34 - Smithworks
36 Chapter 35 - Desain
37 Chapter 36 - Permintaan
38 Chapter 37 - Pekerjaan
39 Chapter 38 - Perpustakaan
40 Chapter 39 - Pelajaran
41 Chapter 40 - Sisi Lain
42 Chapter 41 - Kejanggalan
43 Chapter 42 - Quest
44 Chapter 43 - Jejak
45 Chapter 44 - Secercah Harapan
46 Chapter 45 - Bala Bantuan
47 Chapter 46 - Harapan
48 Chapter 47 - Kenyataan
49 Chapter 48 - Api Abadi
50 Chapter 48.5 - Dua Sisi
51 Chapter 49 - Penyesalan
52 Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53 Chapter 51 - Clairvoyance
54 Chapter 52 - Latihan
55 Chapter 53 - Bandit
56 Chapter 54 - Tawaran
57 Chapter 55 - Konsekuensi
58 Chapter 56 - Batas
59 Chapter 57 - Kegelisahan
60 Chapter 58 - Dalang
61 Chapter 59 - Tantangan
62 Chapter 60 - Arcana
63 Chapter 61 - Taruhan
64 Chapter 62 - Hari H
65 Chapter 63 - Duel
66 Chapter 64 - Takdir
67 Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68 Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69 Chapter 67 - Petunjuk
70 Chapter 68 - Harapan Kecil
71 Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72 Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73 Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74 Chapter 72 - Bencana
75 Chapter 73 - Sisa
76 Chapter 74 - Pahlawan
77 Chapter 75 - Hasil Akhir
78 Chapter 76 - Reruntuhan
79 Chapter 77 - Perbatasan
80 Chapter 78 - Kebangkitan
81 Chapter 79 - Reuni
82 Chapter 80 - Latih Tanding
83 Chapter 81 - Awakening
84 Chapter 82 - Kekuatan Baru
85 Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86 Chapter 84 - Tuduhan
87 Chapter 85 - Tekanan
88 Chapter 86 - Rumor
89 Chapter 87 - Tentara Bayaran
90 Chapter 88 - Kesempatan
91 Chapter 89 - Pertandingan
92 Chapter 90 - Dinding
93 Chapter 91 - Ramalan
94 Chapter 92 - Permintaan
95 Chapter 93 - Kedamaian
96 Chapter 94 - Ujian Tulis
97 Chapter 95 - Ujian Praktik
98 Chapter 96 - Quest
99 Chapter 97 - Ekspedisi
100 Chapter 98 - Tubrukan
101 Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102 Chapter 100 - Organisasi Misterius
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2
Chapter 2 - Sisi Gelap
3
Chapter 3 - Neraka
4
Chapter 4 - Permintaan
5
Chapter 5 - Awal Baru
6
Chapter 6 - Teriakan Hati
7
Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8
Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9
Chapter 9 - Ujian
10
Chapter 10 - Pulang
11
Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12
Chapter 12 - Pengajar
13
Chapter 13 - Masalah
14
Chapter 14 - Kekhawatiran
15
Chapter 15 - Arena
16
Chapter 16 - Realita
17
Chapter 17 - Dongeng
18
Chapter 18 - Kehangatan
19
Chapter 19 - Mana Flow
20
Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21
Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22
Chapter 21 - Guild
23
Chapter 22 - Perburuan
24
Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25
Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26
Chapter 25 - Evaluasi
27
Chapter 26 - Alasan
28
Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29
Chapter 28 - Besi dan Kayu
30
Chapter 29 - Rumor
31
Chapter 30 - Pekerjaan
32
Chapter 31 - Pertemuan
33
Chapter 32 - Jarak
34
Chapter 33 - Dunia Luar
35
Chapter 34 - Smithworks
36
Chapter 35 - Desain
37
Chapter 36 - Permintaan
38
Chapter 37 - Pekerjaan
39
Chapter 38 - Perpustakaan
40
Chapter 39 - Pelajaran
41
Chapter 40 - Sisi Lain
42
Chapter 41 - Kejanggalan
43
Chapter 42 - Quest
44
Chapter 43 - Jejak
45
Chapter 44 - Secercah Harapan
46
Chapter 45 - Bala Bantuan
47
Chapter 46 - Harapan
48
Chapter 47 - Kenyataan
49
Chapter 48 - Api Abadi
50
Chapter 48.5 - Dua Sisi
51
Chapter 49 - Penyesalan
52
Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53
Chapter 51 - Clairvoyance
54
Chapter 52 - Latihan
55
Chapter 53 - Bandit
56
Chapter 54 - Tawaran
57
Chapter 55 - Konsekuensi
58
Chapter 56 - Batas
59
Chapter 57 - Kegelisahan
60
Chapter 58 - Dalang
61
Chapter 59 - Tantangan
62
Chapter 60 - Arcana
63
Chapter 61 - Taruhan
64
Chapter 62 - Hari H
65
Chapter 63 - Duel
66
Chapter 64 - Takdir
67
Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68
Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69
Chapter 67 - Petunjuk
70
Chapter 68 - Harapan Kecil
71
Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72
Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73
Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74
Chapter 72 - Bencana
75
Chapter 73 - Sisa
76
Chapter 74 - Pahlawan
77
Chapter 75 - Hasil Akhir
78
Chapter 76 - Reruntuhan
79
Chapter 77 - Perbatasan
80
Chapter 78 - Kebangkitan
81
Chapter 79 - Reuni
82
Chapter 80 - Latih Tanding
83
Chapter 81 - Awakening
84
Chapter 82 - Kekuatan Baru
85
Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86
Chapter 84 - Tuduhan
87
Chapter 85 - Tekanan
88
Chapter 86 - Rumor
89
Chapter 87 - Tentara Bayaran
90
Chapter 88 - Kesempatan
91
Chapter 89 - Pertandingan
92
Chapter 90 - Dinding
93
Chapter 91 - Ramalan
94
Chapter 92 - Permintaan
95
Chapter 93 - Kedamaian
96
Chapter 94 - Ujian Tulis
97
Chapter 95 - Ujian Praktik
98
Chapter 96 - Quest
99
Chapter 97 - Ekspedisi
100
Chapter 98 - Tubrukan
101
Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102
Chapter 100 - Organisasi Misterius

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!