Chapter 14 - Kekhawatiran

"Hoooh, jadi kau adalah Lucius yang sering dibicarakan Edward itu?"

"Hahahaha! Lihat dia! Bersikap sok berani di depan seorang gadis!"

"Memangnya, apa yang bisa kau lakukan? Melihat peringkat F mu saja, aku tak yakin kau bisa berbuat banyak."

Perkataan ketiga orang itu sama sekali tak membuat Lucius ketakutan. Bagaimanapun, neraka yang diciptakan oleh Carmilla jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan mereka.

Sekalipun mereka berasal dari kelas C yang berada 3 tingkat di atas kelas Lucius saat ini.

Hanya saja....

"Hentikan! Kalian hanya perlu memukuli ku kan? Biarkan Lucius sendiri dan...."

"Buahahaha! Lihat gadis ini! Dengar, bocah. Kau tak malu harus berlindung di balik punggungnya?" ucap pelajar berambut merah gelap itu.

"Aaaah, sekarang karena Lucius melukai tanganmu, bukankah sebaiknya hukumannya ditingkatkan?" sahut pelajar yang lain dibelakangnya.

"Benar juga! Bagaimana jika.... Nanti malam kau datang ke tempat kami, sendirian?"

"Hahahaha! Ide yang bagus!"

Setelah mendengar bahwa hukumannya akan ditingkatkan, Sophia terlihat gemetar ketakutan. Meski begitu, Ia tetap memaksakan dirinya untuk terlihat baik-baik saja.

Dengan kaki yang tak berhenti gemetar itu, Sophia berusaha untuk berdiri dan menarik tubuh Lucius ke belakang secara perlahan.

"Lucius, tak apa. Ini semua adalah pilihanku...." ucapnya dengan tatapan yang hanya mampu untuk melihat lantai.

...Tapi Lucius tak memperdulikan semua itu. Apa yang ada dalam pikirannya saat ini, adalah untuk menghentikan penindasan sepihak ini....

Oleh karena itu....

"Eeh, jadi karena kalian berada di kelas C, kalian pikir sudah sangat kuat ya? Kalau begitu, berani melawanku?" tanya Lucius dengan tatapan mata yang begitu tajam.

Ketiga orang itu pun terdiam setelah mendengar olokan dari Lucius.

Kali ini, tak ada tawa dari pihak mereka. Melainkan hanya kobaran api amarah dalam hati mereka karena baru saja diremehkan.

"Begitu kah?" tanya pelajar berambut merah gelap itu dengan tatapan yang juga tak kalah mengerikan.

Ia dengan cepat mengangkat lengan kanannya. Pada punggung tangan kanannya, sebuah simbol perisai dengan dua ekor kuda mulai muncul dengan warna kuning.

"Aku, Damon Emberheart, menantangmu dalam sebuah duel. Jika aku menang, kau akan menjadi budakku."

Tak lama setelah itu, sebuah pilar cahaya muncul diantara keduanya. Pilar cahaya itu memiliki tinggi setara dengan tinggi pria dewasa dengan warna kuning.

Menyadari apa yang sedang terjadi, Sophia berusaha sekeras mungkin untuk menghentikannya.

"Tidak! Lucius! Jangan ter...."

Lucius sama sekali tak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Sophia. Dengan cepat, Ia juga mengangkat lengan kanannya. Memperlihatkan lambang yang sama di punggung tangan kanannya.

"Aku, Lucius Nightshade, menerima tantanganmu. Jika aku menang, jauhi Sophia untuk selamanya." balas Lucius dengan wajah yang begitu serius.

'Swuuuooosshh!!!'

Kobaran api mulai muncul pada pilar cahaya di depan mereka. Dengan cepat, kobaran api itu menuliskan nama lengkap dan permintaan mereka jika memenangkan duel itu.

Termasuk juga, waktu kapan mereka akan bertarung.

...[18.00, hari ini]...

"Kalau begitu, ku nantikan kau di arena beberapa jam lagi. Jangan kabur, karena berita ini sudah tersebar di seluruh akademi." ucap pelajar berambut merah gelap bernama Damon itu.

"Bukankah sebaiknya aku yang berbicara seperti itu?" balas Lucius tanpa sedikit pun rasa takut di wajahnya.

"Cih, kelas F rendahan. Jangan merasa hebat setelah bisa mengalahkan beberapa ekor slime saja. Ayo pergi dari sini." balas Damon yang segera berjalan pergi bersama dengan dua temannya.

Meninggalkan Lucius dan juga Sophia di tengah lorong akademi ini.

Beberapa saat setelah suara langkah kaki mereka tak lagi terdengar, kesunyian di lorong ini terpecahkan oleh isak tangis Sophia.

"Hiks.... Bodoh.... Apa yang kau lakukan? Kenapa kau melawannya? Kau tahu siapa dia? Damon Emberheart! Penyihir api terkuat di kelas C! Bahkan aku sekalipun, tak tahu apakah bisa melawannya! Itulah kenapa, aku...."

"Kalau begitu, tak ada masalah bagiku." balas Lucius dengan senyuman yang ramah di wajahnya.

Ia mulai membantu Sophia untuk berdiri dari lantai, sebelum mendekatkan tangan kanannya ke pipi kanan Sophia.

"Curatio." ucap Lucius singkat.

Lingkaran sihir kecil berwarna kehijauan muncul di telapak tangan kanan Lucius. Dimana cahaya kehijauan yang muncul darinya, secara perlahan-lahan mulai menyembuhkan luka di pipi Sophia itu.

"Eh?"

Sophia terlihat cukup terkejut setelah mengetahui Lucius mampu menggunakan sihir penyembuhan.

Meskipun sihir yang baru saja digunakan oleh Lucius termasuk sihir tingkat rendah, tapi sihir penyembuhan itu sendiri jauh lebih rumit daripada sihir Elemental.

Karena untuk melakukannya, seseorang harus paham mengenai struktur tubuh yang akan disembuhkan, dan juga jenis luka yang mereka derita.

"Lucius, kau.... Sejak kapan kau...."

"Kau tahu? Untuk kembali kesini, aku harus melalui neraka. Dan sihir penyembuhan, adalah sihir yang paling pertama ku pelajari dengan serius di neraka itu untuk bertahan hidup." balas Lucius dengan senyuman yang ramah.

"Neraka?" tanya Sophia kebingungan.

"Hmm, singkatnya.... Aku harus berlari berjam-jam melewati kobaran api yang panas, menghancurkan bebatuan yang keras, melompati duri-duri yang tajam, menahan hawa dingin yang mematikan, sengatan listrik yang kuat, serta beberapa kali hampir mati."

Melihat Lucius mengucapkan semua itu dengan begitu santainya, Sophia hampir tak mampu untuk mempercayainya.

Tapi setelah melihat betapa banyaknya bekas luka di tubuh Lucius dari dekat....

"Jadi, jangan khawatir. Aku bukanlah sosok yang lemah seperti dulu."

Pada saat itu lah Sophia tak lagi mampu untuk membendung semua kesedihan dan penderitaannya selama ini. Dan tanpa ragu, meluapkan semuanya pada Lucius.

"Huwaaaaaaaaaaa!!! Kau tahu?! Aku.... Aku selalu menderita semenjak membuat Edward masuk tahanan! Dan kupikir kehidupanku takkan lagi bisa membaik! Bahkan! Keluargaku mendapat banyak ancaman dari keluarga Goldencrest!

Mereka menganggapku memfitnah Edward tanpa alasan yang jelas! Akibatnya, tak hanya diriku, tapi seluruh keluargaku juga dalam kesulitan! Semua salahku karena...." teriak Sophia sambil menangis dengan keras, memeluk tubuh Lucius yang penuh bekas luka dibalik seragamnya itu.

"Maaf, karena diriku, kau harus melalui semua itu." balas Lucius singkat sambil terus menepuk punggung Sophia.

"Hiks.... Aku beberapa kali menyalahkanmu, dan secara perlahan, mulai membencimu, kau tahu? Tapi.... Itu semua salahku sendiri, karena bersikap sok kuat tanpa memiliki kekuatan yang diperlukan.... Aku...."

Lucius terus berusaha untuk menenangkan sosok Sophia di lorong yang sepi itu.

Beberapa kali, pelajar berlalu-lalang melewati lorong ini tanpa menyadari keberadaan mereka berdua.

Hingga akhirnya, Sophia berhasil menenangkan dirinya.

............

Beberapa jam kemudian, di Arena Akademi Damacia ini....

"Lucius, kau yakin? Damon sangat kuat, kau tahu?" tanya Sophia sekali lagi di ruang tunggu ini.

"Lebih penting dari itu, apakah teman-teman dari kelas F datang?" tanya Lucius.

"Yaah.... Mereka semua bilang akan datang untuk mendukungmu tapi, bukankah ini terlalu berbahaya untukmu?"

Sementara itu, Lucius masih sibuk mengenakan zirah kulit kecoklatan yang disediakan oleh akademi. Sekaligus berusaha memilih satu dari puluhan pedang yang ada.

Semua telah disiapkan oleh akademi, karena memang inilah aturan mereka.

Perkelahian antar pelajar, dapat diselesaikan melalui sebuah duel yang disetujui antara kedua belah pihak. Sedangkan akademi akan mempersiapkan semua yang dibutuhkan dalam pertarungan itu, jika pelajar tak memiliki perlengkapan yang memadai.

Lebih dari itu, permintaan pemenang tercatat oleh perpustakaan sihir di akademi ini. Dimana efeknya hampir sama seperti sihir kontrak antara kedua belah pihak.

Melanggar permintaan itu, akan menyebabkan rasa sakit yang parah pada pelanggarnya.

Meskipun, permintaan itu dapat dipatahkan ketika pihak yang kalah menantang kembali pihak pemenangnya. Kapanpun, selama keduanya masih berada di dalam akademi.

Dan peraturan terakhir....

Jika dalam duel, salah satu pihak terbunuh, maka akademi dan kerajaan sama sekali takkan memberikan hukuman padanya. Dan menganggapnya sebagai pemenang.

Meskipun, jika keluarga mereka mencari cara untuk balas dendam, itu beda cerita dan tak termasuk dalam tanggung jawab akademi.

"Hmm, kurasa ini cukup bagus?" gumam Lucius pada dirinya sendiri sambil memandangi pedang besi satu tangan itu.

"Lucius?! Kau tidak mendengarkanku?!" teriak Sophia panik.

"Tenang saja. Kau cukup dukung aku dari atas bersama teman-teman di kelas F. Ah, bilang pada Alex untuk bertaruh sebanyak mungkin padaku. Aku akan mengambil setengah keuntungannya." balas Lucius sebelum berjalan pergi menuju ke arena.

"Hah?! Permintaan macam apa itu?!"

Sambil melambaikan tangan kanannya, Lucius pun membalas untuk terakhir kalinya.

"Permintaan untuk cepat kaya."

Dan akhirnya, Lucius telah menginjakkan kakinya di pasir arena ini. Sebuah arena yang hampir sebesar lapangan sepakbola.

Di ujung pandangannya, terlihat sosok Damon yang berdiri tegak dengan memegang pedang besar yang menancap di pasir arena ini.

"Jadi kau tidak kabur?" tanya Damon dengan penuh percaya diri.

"Sebaiknya kau tanyakan itu pada dirimu sendiri." balas Lucius sambil mengayunkan pedang satu tangannya kesana kemari.

Akhirnya, duel antara dua pelajar tahun kedua ini, yang disaksikan hampir ratusan pelajar dan puluhan pengajar itu, segera dimulai. Pelajar kelas F yang paling rendah, melawan pelajar kelas C.

Hanya saja....

Lucius sendiri sedikit khawatir. Karena sedari tadi, Carmilla sama sekali tak bersuara. Sama sekali tak mengomentari apapun yang dilakukan oleh Lucius.

Apakah semua pilihannya ini memang sudah benar?

Terpopuler

Comments

Anggara AL-Fatih

Anggara AL-Fatih

bosen liat novel anak SD, taruhan ko ga imbang

2023-06-02

0

RyuCandra7

RyuCandra7

Bisa-bisanya masih mikirin harta! Tuh pikirin ayang lu yang khawatir!

2023-05-23

1

zuyoka

zuyoka

hajar! hajar tiga curut itu, lucius!

2023-04-12

3

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2 Chapter 2 - Sisi Gelap
3 Chapter 3 - Neraka
4 Chapter 4 - Permintaan
5 Chapter 5 - Awal Baru
6 Chapter 6 - Teriakan Hati
7 Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8 Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9 Chapter 9 - Ujian
10 Chapter 10 - Pulang
11 Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12 Chapter 12 - Pengajar
13 Chapter 13 - Masalah
14 Chapter 14 - Kekhawatiran
15 Chapter 15 - Arena
16 Chapter 16 - Realita
17 Chapter 17 - Dongeng
18 Chapter 18 - Kehangatan
19 Chapter 19 - Mana Flow
20 Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21 Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22 Chapter 21 - Guild
23 Chapter 22 - Perburuan
24 Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25 Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26 Chapter 25 - Evaluasi
27 Chapter 26 - Alasan
28 Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29 Chapter 28 - Besi dan Kayu
30 Chapter 29 - Rumor
31 Chapter 30 - Pekerjaan
32 Chapter 31 - Pertemuan
33 Chapter 32 - Jarak
34 Chapter 33 - Dunia Luar
35 Chapter 34 - Smithworks
36 Chapter 35 - Desain
37 Chapter 36 - Permintaan
38 Chapter 37 - Pekerjaan
39 Chapter 38 - Perpustakaan
40 Chapter 39 - Pelajaran
41 Chapter 40 - Sisi Lain
42 Chapter 41 - Kejanggalan
43 Chapter 42 - Quest
44 Chapter 43 - Jejak
45 Chapter 44 - Secercah Harapan
46 Chapter 45 - Bala Bantuan
47 Chapter 46 - Harapan
48 Chapter 47 - Kenyataan
49 Chapter 48 - Api Abadi
50 Chapter 48.5 - Dua Sisi
51 Chapter 49 - Penyesalan
52 Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53 Chapter 51 - Clairvoyance
54 Chapter 52 - Latihan
55 Chapter 53 - Bandit
56 Chapter 54 - Tawaran
57 Chapter 55 - Konsekuensi
58 Chapter 56 - Batas
59 Chapter 57 - Kegelisahan
60 Chapter 58 - Dalang
61 Chapter 59 - Tantangan
62 Chapter 60 - Arcana
63 Chapter 61 - Taruhan
64 Chapter 62 - Hari H
65 Chapter 63 - Duel
66 Chapter 64 - Takdir
67 Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68 Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69 Chapter 67 - Petunjuk
70 Chapter 68 - Harapan Kecil
71 Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72 Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73 Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74 Chapter 72 - Bencana
75 Chapter 73 - Sisa
76 Chapter 74 - Pahlawan
77 Chapter 75 - Hasil Akhir
78 Chapter 76 - Reruntuhan
79 Chapter 77 - Perbatasan
80 Chapter 78 - Kebangkitan
81 Chapter 79 - Reuni
82 Chapter 80 - Latih Tanding
83 Chapter 81 - Awakening
84 Chapter 82 - Kekuatan Baru
85 Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86 Chapter 84 - Tuduhan
87 Chapter 85 - Tekanan
88 Chapter 86 - Rumor
89 Chapter 87 - Tentara Bayaran
90 Chapter 88 - Kesempatan
91 Chapter 89 - Pertandingan
92 Chapter 90 - Dinding
93 Chapter 91 - Ramalan
94 Chapter 92 - Permintaan
95 Chapter 93 - Kedamaian
96 Chapter 94 - Ujian Tulis
97 Chapter 95 - Ujian Praktik
98 Chapter 96 - Quest
99 Chapter 97 - Ekspedisi
100 Chapter 98 - Tubrukan
101 Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102 Chapter 100 - Organisasi Misterius
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2
Chapter 2 - Sisi Gelap
3
Chapter 3 - Neraka
4
Chapter 4 - Permintaan
5
Chapter 5 - Awal Baru
6
Chapter 6 - Teriakan Hati
7
Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8
Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9
Chapter 9 - Ujian
10
Chapter 10 - Pulang
11
Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12
Chapter 12 - Pengajar
13
Chapter 13 - Masalah
14
Chapter 14 - Kekhawatiran
15
Chapter 15 - Arena
16
Chapter 16 - Realita
17
Chapter 17 - Dongeng
18
Chapter 18 - Kehangatan
19
Chapter 19 - Mana Flow
20
Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21
Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22
Chapter 21 - Guild
23
Chapter 22 - Perburuan
24
Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25
Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26
Chapter 25 - Evaluasi
27
Chapter 26 - Alasan
28
Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29
Chapter 28 - Besi dan Kayu
30
Chapter 29 - Rumor
31
Chapter 30 - Pekerjaan
32
Chapter 31 - Pertemuan
33
Chapter 32 - Jarak
34
Chapter 33 - Dunia Luar
35
Chapter 34 - Smithworks
36
Chapter 35 - Desain
37
Chapter 36 - Permintaan
38
Chapter 37 - Pekerjaan
39
Chapter 38 - Perpustakaan
40
Chapter 39 - Pelajaran
41
Chapter 40 - Sisi Lain
42
Chapter 41 - Kejanggalan
43
Chapter 42 - Quest
44
Chapter 43 - Jejak
45
Chapter 44 - Secercah Harapan
46
Chapter 45 - Bala Bantuan
47
Chapter 46 - Harapan
48
Chapter 47 - Kenyataan
49
Chapter 48 - Api Abadi
50
Chapter 48.5 - Dua Sisi
51
Chapter 49 - Penyesalan
52
Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53
Chapter 51 - Clairvoyance
54
Chapter 52 - Latihan
55
Chapter 53 - Bandit
56
Chapter 54 - Tawaran
57
Chapter 55 - Konsekuensi
58
Chapter 56 - Batas
59
Chapter 57 - Kegelisahan
60
Chapter 58 - Dalang
61
Chapter 59 - Tantangan
62
Chapter 60 - Arcana
63
Chapter 61 - Taruhan
64
Chapter 62 - Hari H
65
Chapter 63 - Duel
66
Chapter 64 - Takdir
67
Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68
Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69
Chapter 67 - Petunjuk
70
Chapter 68 - Harapan Kecil
71
Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72
Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73
Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74
Chapter 72 - Bencana
75
Chapter 73 - Sisa
76
Chapter 74 - Pahlawan
77
Chapter 75 - Hasil Akhir
78
Chapter 76 - Reruntuhan
79
Chapter 77 - Perbatasan
80
Chapter 78 - Kebangkitan
81
Chapter 79 - Reuni
82
Chapter 80 - Latih Tanding
83
Chapter 81 - Awakening
84
Chapter 82 - Kekuatan Baru
85
Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86
Chapter 84 - Tuduhan
87
Chapter 85 - Tekanan
88
Chapter 86 - Rumor
89
Chapter 87 - Tentara Bayaran
90
Chapter 88 - Kesempatan
91
Chapter 89 - Pertandingan
92
Chapter 90 - Dinding
93
Chapter 91 - Ramalan
94
Chapter 92 - Permintaan
95
Chapter 93 - Kedamaian
96
Chapter 94 - Ujian Tulis
97
Chapter 95 - Ujian Praktik
98
Chapter 96 - Quest
99
Chapter 97 - Ekspedisi
100
Chapter 98 - Tubrukan
101
Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102
Chapter 100 - Organisasi Misterius

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!