"Ughh.... Dimana aku?" tanya Lucius sambil mengusap kedua matanya.
Pemandangan yang ada di depannya, adalah langit biru cerah yang begitu terang. Sesekali, dedaunan berjatuhan mengenai wajahnya.
Saat ini, tubuh Lucius tergeletak di tengah hutan. Menghadap ke langit dengan rerumputan sebagai alas tidurnya.
'Sudah sadar? Bagaimana rasanya mati beberapa kali?' tanya Carmilla dengan suara yang terkesan begitu bahagia.
"Beberapa kali?!" teriak Lucius panik.
Itu karena Lucius telah kehilangan kesadarannya segera setelah kematian yang pertamanya.
'Kau mati 3 kali. Yah, itu awal yang bagus karena aku berfikir tubuhmu akan mati 4 kali.'
Seketika, Lucius menyadari sesuatu yang sangat teramat penting setelah mendengar balasan Carmilla itu.
"Empat kali? Tunggu.... Jangan katakan 4 kristal itu...."
'Benar. Kristal itu yang memaksa jantungmu kembali berdetak.' balas Carmilla santai.
"Ba-bagaimana jika aku mati lebih dari 4 kali?! Bukankah itu gawat?!" teriak Lucius panik tak karuan.
Jika saja saat pemasangan cincin sihir itu Lucius mati lebih dari 4 kali, maka....
'Sederhana saja. Kau akan benar-benar mati.'
Lucius segera merasakan detak jantungnya yang begitu kencang setelah mendengar balasan santai dari Carmilla itu.
Apakah memang nyawa manusia seringan itu di mata iblis?
"Ughh.... Itu tidak lucu sama sekali."
Keduanya terdiam memandangi langit yang terasa begitu damai ini. Menikmati semilir angin yang sejuk, menerpa pepohonan dan rerumputan di sekitarnya.
Setelah beberapa saat, Lucius akhirnya menanyakan apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh Carmilla.
"Jadi, sihir apa barusan yang membuatku mati 3 kali? Dan.... Apa gunanya?"
'Stellastra, sihir original milikku sendiri. Gunanya, hmm.... Bagaimana menjelaskannya? Anggap saja, jantungmu adalah ember yang menyimpan energi Mana.
Dan cincin sihir yang baru saja ku pasang itu, membuat embernya semakin tinggi sehingga dapat menyimpan lebih banyak Mana. Juga membuat kualitas Mana yang kau miliki meningkat.' jelas Carmilla cukup panjang.
Lucius yang mendengarnya dapat memahaminya dengan mudah. Semua itu berkat analogi dari Carmilla yang mudah dimengerti.
"Aaah.... Bukankah itu sihir yang sangat kuat? Apakah semua iblis memilikinya?" tanya Lucius sekali lagi.
'Hanya aku yang memilikinya. Meskipun, manusia mulai meniru sihirku itu. Terutama para pahlawan, hanya saja.... Imitasi tetaplah imitasi.'
Balasan Carmilla barusan justru menimbulkan tanda tanya yang jauh lebih besar lagi.
"Eh? Hanya kau yang memilikinya? Bahkan hingga ditiru oleh para pahlawan di masa lalu? Kau.... Siapa sebenarnya kau?"
'Carmilla Bloodthorne. Hanya seorang iblis biasa, yang mencintai sihir lebih dari siapapun.' balasnya dengan nada yang terkesan begitu bahagia.
Jawaban yang didengar oleh Lucius sama sekali tak bisa meyakinkannya.
Jika Carmilla benar-benar hanyalah seorang iblis biasa, maka kenapa Ia bisa memiliki sihir yang tak ada satupun orang di dunia ini bisa memakainya? Bahkan memaksa pahlawan yang sudah diberkahi Dewi Cahaya sekalipun harus menirunya.
Dan lebih dari itu, kenapa bangsa iblis yang seharusnya sudah musnah dan terlupakan ribuan tahun lamanya....
Carmilla justru masih bertahan hidup hingga saat ini?
Sekalipun dalam segel artifak, siapa yang menyegelnya? Dan kenapa?
Semakin dipikirkan, semakin banyak pula pertanyaan yang ada di dalam kepala Lucius. Tapi terlepas dari siapa Carmilla sebenarnya, Lucius masih sangat membutuhkannya untuk menjadi jauh lebih kuat.
Hanya saja....
"Permintaan ketigamu itu.... Kau serius? Jika diingat-ingat kembali, apa-apaan permintaan itu?"
'Kenapa?'
Kali ini, balasan dari Carmilla terdengar begitu serius. Nadanya terkesan begitu berat dan menyesakkan dada saat mendengarnya.
"Tidak. Aku hanya berpikir...."
'Kau tak perlu berpikir terlalu banyak. Yang perlu kau pikirkan, adalah bagaimana kau akan kembali ke akademi. Bukankah begitu?' tanya Carmilla masih dengan suaranya yang begitu berat.
Seketika, Lucius tersadar.
"Benar juga! Aaarrgghh! Tahun ajaran baru sudah dimulai! Sialan, apakah aku sudah dikeluarkan dari akademi?"
............
...- Akademi Damacia -...
Di lobi utama akademi ini, terlihat ratusan pelajar berlalu lalang di segala arah. Semuanya nampak sibuk membawa perlengkapan belajar mereka.
Mulai dari buku-buku tebal untuk murid tahun pertama, hingga berbagai macam senjata untuk murid tahun keenam.
Dalam akademi ini, murid hanya akan dididik secara intensif oleh para pengajar hingga tahun kedua saja.
Setelah itu, para murid bebas untuk mengambil sendiri pelajaran yang mereka inginkan.
Bagi mereka yang menyukai pedang, bisa menemui para ahli pedang di akademi untuk belajar secara langsung. Sedangkan mereka yang menyukai alkimia, bisa datang ke laboratorium utama akademi untuk mempelajarinya.
Perbedaan terbesar mulai dari tahun ketiga hingga tahun keenam di akademi, adalah kehadiran sistem pengabdian.
[Devotion Point] atau poin pengabdian akan diberikan bagi murid mulai dari tahun ketiga setelah mereka menyelesaikan berbagai misi yang tersedia.
Misi bisa berupa partisipasi dalam perburuan sarang monster bersama dengan prajurit kota, pembuatan ramuan dalam jumlah besar untuk persiapan peperangan, ataupun membantu penelitian sihir di ibukota.
Bagaimanapun, sejak tahun ketiga, murid di akademi telah setara, atau bahkan melampaui prajurit kerajaan. Keberadaan mereka dianggap sebagai elit di kerajaan Arathor ini dan memegang kekuatan serta kekuasaan yang cukup besar.
Berdasarkan [Devotion Point] yang mereka peroleh selama di akademi, Kerajaan akan memberikan mereka posisi yang sesuai setelah menyelesaikan pendidikan tahun keenam.
Mereka yang memiliki poin rendah, peluang besarnya akan menjadi komandan dalam satu divisi pasukan.
Sedangkan mereka yang memiliki poin tertinggi, bisa ditunjuk untuk menjadi calon penerus pahlawan di kerajaan ini. Tentunya, tergantung dari bidang mereka.
Lalu untuk apa sistem peringkat di akademi ini?
Singkatnya, peringkat yang dimiliki akan menentukan jumlah dan jenis misi yang bisa diambil di akademi.
Mereka yang hanya memiliki peringkat D, mungkin hanya bisa ikut serta dalam misi perburuan monster rendahan.
Tapi bagi mereka yang memiliki peringkat B dan keatas, akan memperoleh akses terhadap misi tingkat lanjut seperti bergabung dalam tim pahlawan untuk memburu monster yang kuat. Ataupun ikut serta dalam peperangan antar kerajaan.
Semakin sulit suatu misi, tentu saja semakin besar [Devotion Point] yang diperoleh.
Dan siapapun di akademi ini, setidaknya satu kali saja pernah bermimpi untuk bertemu langsung dengan pahlawan masa kini. Apalagi, memiliki peluang untuk menjadi murid mereka.
Hal itulah yang membuat seluruh murid berjuang keras untuk meningkatkan peringkat serta jumlah poin yang mereka hasilkan.
Selain itu, semakin tinggi peringkat di akademi akan menentukan seberapa banyak fasilitas yang akan diperolehnya.
Seperti tempat tinggal, makanan, hingga uang yang diberikan oleh akademi.
"Jadi begitulah, sistem akademi manusia yang saat ini." jelas Lucius panjang lebar sambil melangkahkan kakinya menuju ke akademi.
Ia telah mengenakan pakaian akademi cadangan miliknya di rumah yang disewanya. Dan setelah semua persiapan selesai, Lucius memutuskan untuk berangkat ke akademi. Sekalipun Ia telah tertinggal hampir 1 bulan pelajaran.
'Eeeh? Merepotkan sekali.' balas Carmilla dengan nada kesal.
"Hah? Memangnya bagaimana pada jamanmu?" tanya Lucius kembali juga sama kesalnya.
'Mudah saja. Siapapun yang mampu dan bisa membunuh iblis, memiliki hak untuk menempuh pendidikan. Dimana semuanya ditanggung oleh kerajaan.
Yaaah, meskipun dari 1.000 orang yang berusaha membunuh iblis, hanya 1 atau 2 orang yang kembali dengan selamat.' balas Carmilla panjang lebar.
Lucius merasakan ketakutan di sekujur tubuhnya setelah mendengar jawaban itu.
"A-apakah iblis memang sekuat itu?"
'Kalau tak salah saat itu 4 hingga 5 generasi tujuh pahlawan manusia tergantikan dalam waktu kurang dari 2 tahun. Jadi mungkin iblis memang cukup kuat?'
Dalam pikiran Lucius hanya ada satu hal.
"Kalau begitu, Naga kuno Ashenflare yang berhasil dikalahkan oleh satu generasi pahlawan itu.... Sangat lemah?"
'Sudah ku bilang berhenti lah memanggil kadal kuning itu naga kuno. Kadal adalah kadal, tidak kurang dan tidak lebih.'
Dan akhirnya, kaki Lucius menginjakkan kembali ke tempat dimana semua ini dimulai. Untuk menyelesaikan apa yang dijanjikannya pada keluarganya di Riverdalle.
Tempat dimana teman-temannya menjebak dan melemparkannya dalam neraka itu.
Akademi Damacia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
John Singgih
kembali ke akademi untuk tuntaskan segalanya
2023-07-19
0
Triemas Putra
nice quote
2023-06-05
0
Abed Nugi
ini chapter yang lumayan pendek tapi cukup panjang, jujur gua gak punya banyak komen selain gua masih suka chemistry diantara mereka berdua juga worldbuilding dari pembicaraan Carmilla.
Tapi ya, looking forward to it.
2023-04-22
2