Di bawah cahaya kristal biru keunguan yang indah, terlihat sosok seorang manusia yang tengah berlari mengelilingi kota bawah tanah ini.
Manusia itu terlihat berlari sekuat tenaga seakan-akan nyawanya benar-benar tergantung pada seberapa cepat dan seberapa jauh Ia berlari.
Bagaimana tidak?
'Swuoooshh!!!'
Segera setelah langkah kakinya melambat, api yang membara segera melahap kedua kakinya. Panas yang dirasakannya membuat kecepatan berlarinya meningkat.
Setelah kecepatan larinya meningkat hingga tingkat tertentu, api itu mulai padam. Dan saat kecepatannya melambat, api itu kembali muncul.
"Hah.... Hah.... Hah.... Carmilla?! Tolong! Istirahat! Satu menit saja! Hah.... Hah.... Hah...." teriak sosok manusia yang tak lain adalah Lucius itu sendiri.
'Istirahat? Dan apakah menurutmu aku akan memberikannya?' tanya Carmilla dalam pikiran Lucius. Tak hanya bertanya, Carmilla juga segera mengambil alih sesaat tubuh Lucius untuk membakar sendiri kedua kakinya.
'Zwuoosshhh!!!'
Kobaran api itu telah lama membakar sepatu dan juga celana Lucius. Membuatnya kini harus berlari tanpa alas kaki.
"Panas! Hentikan! Aduduh.... Sakit...." teriak Lucius saat kobaran api, juga tajamnya bebatuan di goa ini melukai kakinya.
Tapi Carmilla sama sekali tak ada niatan untuk berhenti. Ia tetap memaksa Lucius menjalani latihan bagaikan neraka ini.
Hingga akhirnya, setelah terus menerus berlari selama hampir satu jam lebih, Carmilla meminta Lucius untuk berhenti.
'Braaakkk!!!'
Tanpa berpikir panjang, Lucius langsung menjatuhkan badannya ke tanah. Kakinya terasa seakan-akan telah patah. Bahkan, saat ini telah mulai mati rasa karena sangat kelelahan.
Belum lagi api yang terus digunakan oleh Carmilla untuk membakar kakinya ketika Lucius melambat sedikit saja.
"Hah.... Hah.... Akhirnya.... Hah...." ucap Lucius sambil terus berusaha untuk memulihkan nafasnya.
Tapi nampaknya, neraka yang sebenarnya baru saja dimulai.
'Jangan salah sangka, ini karena Mana di dalam tubuhmu sudah hampir habis saja. Sekarang untuk latihan berikutnya....' balas Carmilla sambil menyembuhkan kulit Lucius yang terbakar dengan sihirnya itu.
"Eh? Lalu istirahatnya?" tanya Lucius panik.
'Kau bilang siap melakukan apapun? Jadi bersiaplah. Sekarang....'
Beberapa puluh menit berlalu. Kini pemandangan di bawah cahaya kristal itu kembali berubah.
Sosok manusia yang sebelumnya berlari mengelilingi kota yang telah lama hancur itu, kini terlihat sedang membangun ulang dinding kota yang telah runtuh ini.
Tentunya, dengan mengangkat batu sebesar hampir setengah badannya lalu menyusunnya kembali untuk membentuk sebuah dinding.
"Henggghhhhh!!!"
'Dengan tubuh selemah ini, kau menyebut dirimu laki-laki?' tanya Carmilla dengan nada yang terkesan begitu menghina.
"Bagaimana lagi.... Batu sebesar ini.... Mana mungkin aku bisa mengangkatnya?!"
Carmilla melihat sejenak kondisi Lucius sebelum mengambil keputusan. Dan akhirnya, Carmilla memutuskan untuk sedikit mengurangi tingkat kesulitannya pada latihan ini.
'Berhenti. Kalau begitu tugasmu sekarang, adalah menyusun kembali rumah. Batu-batuan rumah sedikit lebih kecil kan?'
Dengan segera, Lucius melihat ke arah rumah yang dimaksud. Memang benar bahwa ukuran bebatuan yang digunakan jauh lebih kecil. Bahkan beberapa terlihat telah lapuk dan hancur.
Tapi tetap saja, ukurannya sebesar betis pria dewasa.
Mau tak mau, Lucius segera mengerjakannya. Semua demi memperbaiki tubuhnya yang begitu lemah itu.
Empat jam lebih berlalu....
"Hah.... Hah.... Tolong.... Istirahat...." keluh Lucius yang begitu kelelahan. Kedua tangannya tak lagi dapat digerakkan dengan baik setelah semua kerja keras yang dilakukannya.
Tapi bahkan setelah semua itu, pekerjaannya untuk menyusun ulang rumah itu baru selesai. sekitar sepersepuluhnya saja.
'Baiklah. Satu jam istirahat.' balas Carmilla.
"Terimakasih!"
Dengan cepat, Lucius segera berlari ke arah sungai untuk meminum sebanyak mungkin air segar. Bahkan dengan otot kakinya yang begitu kelelahan, godaan air segar setelah berjam-jam latihan tanpa istirahat tak bisa tertahankan.
Entah malam atau pagi hari, setelah latihan fisik yang melelahkan itu Lucius harus bersiap untuk mempelajari berbagai teori.
Tentu saja, semua itu dijarkan oleh Carmilla sembari Lucius makan dan beristirahat.
"Apa itu energi Mana? Itu adalah energi sihir yang melimpah di dunia ini, semuanya berkah dari salah satu dari tiga Dewi utama yaitu Mana." jawab Lucius sambil melahap daging rusa bakar itu.
'Lalu apakah kau tahu cara meningkatkan kapasitas energi Mana dalam diri seseorang?' tanya Carmilla sekali lagi.
"Dengan terus menggunakannya? Tapi entahlah, pernyataan 'terus menggunakan' Mana di dalam buku itu sedikit rancu. Apakah benar bahwa hanya dengan menggunakan Mana setiap hari, kapasitas Mana seseorang bisa semakin meningkat?"
Lucius memang telah mempelajari apa yang diajarkan di akademi. Tapi tanpa adanya cukup waktu bagi para profesor yang mengajar, pertanyaan yang terkesan bodoh ini sama sekali belum pernah dilontarkannya.
'Pertanyaan bagus. Jawabannya bisa benar atau pun salah. Sama seperti stamina, hanya dengan berlari tanpa perencanaan yang matang takkan membuat staminamu meningkat. Dibutuhkan perencanaan yang matang dan menu latihan yang tepat. Nampaknya kau tak begitu bodoh?' balas Carmilla panjang lebar.
"Maaf, tapi aku juga cukup rajin dalam belajar di akademi."
Kali ini, Carmilla mulai merasa penasaran atas dunia yang ada saat ini. Sekejap mata bagi Carmilla saat tersegel dalam artifak berupa kalung itu, ribuan tahun telah berlalu.
Karena itu lah....
'Katakan, dunia yang kalian tinggali saat ini, itu seperti apa?'
"Dunia saat ini? Hmm.... Jika disingkat, mungkin dunia yang cukup damai? Manusia menguasai sebagian besar benua Elador ini." balas Lucius.
'Bagaimana dengan ras lain?'
"Kekaisaran Durin di Pegunungan Utara, dikuasai oleh Dwarf dan teknologi mereka. Dominion Aishere, dikuasai oleh ras Naga di kawasan gurun pasir bagian Timur Benua Elador. Kekuatan fisik dan sihir elemen mereka menjadi senjata kuat untuk menahan serangan dari kerajaan manusia.
Dan terakhir, Kerajaan Elvandar yang terletak di Hutan Suci di wilayah Barat. Kerajaan itu dikuasai oleh ras tertua di benua ini, Elf. Entah sudah berapa lama mereka tak menampakkan diri di benua ini, tapi katanya mereka memiliki sihir paling rumit dan juga yang paling kuat di benua ini."
Carmilla terdiam sesaat setelah mendengar balasan dari Lucius.
'Hmm, tak ku sangka banyak yang punah? Manusia juga sejak dulu selalu memenangkan semua peperangan, meskipun memiliki fisik dan sihir terlemah diantara ras lainnya. Yah apapun itu. Saatnya kembali berlatih.' balas Carmilla.
Lucius yang segera menghabiskan daging rusa bakar di tangan kanannya, segera berdiri dari duduknya.
"Kali ini, apa yang akan kau ajarkan?"
'Cara menggunakan sihir, ala iblis. Menarik bukan?'
"A-aku takkan terkena masalah jika menggunakannya di wilayah manusia bukan?" tanya Lucius dengan penuh rasa khawatir.
'Hahaha! Selama tak ada yang menyadarinya, kau takkan terkena masalah! Lagipula bukankah kau bilang iblis sudah dilupakan? Jadi tenang saja!'
Kekhawatiran Lucius akhirnya benar-benar terjawab oleh balasan Carmilla itu.
"Jadi benar akan ada masalah ya?"
Keringat dingin mulai menetes dari wajah Lucius. Tapi mau tak mau, jika dirinya ingin menjadi lebih kuat, Lucius harus menerimanya.
Apapun itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
John Singgih
neraka berikutnya untuk MC kita yaitu neraka pelatihan tingkat ekstrim dari ratu iblis
2023-07-13
0
Triemas Putra
author tak pernah sungkan menyiksa karakternya
2023-06-05
0
RyuCandra7
Alasannya cukup mudah, Manusia unggul dalam hal mengatur strategi yang brilian, jadi mungkin karena itu?
2023-05-23
1