Chapter 18 - Kehangatan

'Ding! Ding!!'

Suara keras dari lonceng menandakan bahwa kelas ini telah berakhir.

Setelah pak tua Anderson berjalan meninggalkan ruang kelas ini, seluruh pelajar di kelas F segera membahas apa yang akan mereka lakukan sepulang kelas.

"Max, kemana kita hari ini?" tanya Alex sambil merapikan bukunya.

"Hmm.... Aku ingin makan ayam bakar."

"Telah lama kupikirkan tapi, Max. Kau hanya suka ayam bakar?" tanya Oliver penasaran.

"Ayam.... Bakar...." ucap Emily dengan air liur yang seakan-akan dapat menetes kapan saja.

"Bolehkah aku ikut?" tanya Sophia.

"Tentu saja! Oi, Lucius! Bagaimana denganmu?"

Lucius masih duduk terdiam di mejanya. Membaca ulang pelajaran hari ini di buku catatannya.

Setelah beberapa saat, Lucius masih tetap diam tanpa menjawab pertanyaan dari Max.

Hingga akhirnya....

'Praak!'

Sebuah pukulan ringan mengenai kepala bagian belakang Lucius. Membuatnya kembali ke realita kelas ini.

"Oi, kau ikut tidak?" tanya Max sekali lagi.

"Aaah, tentu. Aku akan ikut."

Setelah merapikan kelas yang cukup kosong dan sepi ini, mereka berenam akhirnya pergi bersama. Menuju ke sebuah restoran favorit Max di dekat akademi ini.

Sebuah restoran kecil yang hanya memiliki 6 meja itu dikelola oleh seorang pemuda bersama dengan ibunya.

"Selamat datang. Aah, pelajar dari Damacia. Selamat datang kembali." ucap pemuda itu dengan ramah.

Saat ini, restoran ini sama sekali belum ada pengunjung. Membuat Lucius dan kawan-kawannya bisa memilih untuk duduk dimana pun.

"Bagaimana kabar ibumu, Kieran?" tanya Max sambil melambaikan tangannya.

"Nyonya Miriam sehat. Hari ini, seperti biasanya?" tanya pemuda bernama Kieran itu dengan senyuman yang ramah.

Max tak membalas. Hanya memberikan sebuah jempol dan anggukan saja.

Sementara itu, lima orang yang lain masih sibuk menentukan tempat duduk mereka. Karena dalam satu meja hanya terdapat 4 kursi, mau tak mau 2 orang harus duduk terpisah.

"Tidak! Aku akan duduk disini!" teriak Sophia kesal.

"Kenapa?" tanya Alex.

"Karena mejanya lebih besar, tentunya."

Lucius yang melihat perebutan meja paling besar di restoran kecil ini akhirnya mengambil inisiatif. Yaitu menyerahkan dirinya untuk duduk di meja lain.

"Aku akan duduk disini, kalian lanjutkan saja perebutannya." ujar Lucius.

Tak lama setelah itu....

"Emily.... Tidak suka yang ramai.... Jadi Emily akan duduk disini." ucap gadis kecil itu yang segera duduk di depan Lucius.

"Eh? Begitu kah?"

"Begitu lah." balas Emily sambil menganggukkan kepalanya.

Sebenarnya, Lucius ingin cepat-cepat pulang untuk memulai latihannya kembali. Tapi entah kenapa, pada saat kelas sebelumnya, Carmilla mengucapkan hal yang aneh.

'Mereka murid yang menarik, Lucius. Usahakan agar kau tetap dekat dengan mereka.'

Itulah kalimat yang diucapkan oleh Carmilla. Sehingga Lucius bisa mendapat alasan yang bagus untuk sedikit bersantai dalam hidupnya.

Seperti saat ini. Menikmati makan bersama dengan teman-temannya.

"Silakan dinikmati." ucap Kieran sambil meletakkan piring besar satu persatu di hadapan pengunjungnya.

Di atas piring itu, terdapat satu ayam utuh yang dibakar dengan bumbu saus dan kecap. Aromanya yang begitu menggoda membuat mulut Lucius segera dipenuhi dengan air liur.

'Glek!'

'Bu-bukankah ini terlihat sangat enak?!' pikir Lucius dalam hatinya.

Tapi saat pandangannya terfokus pada ayam bakar yang didampingi sayur dan irisan tomat itu, sesuatu yang jauh lebih diluar dugaannya segera mengalihkan perhatiannya.

"Eh?"

Di hadapannya, sosok kutu buku yang tak banyak bicara itu, terlihat memiliki penampilan yang sangat kontras dengan sikapnya.

Sesaat setelah Ia membuka tudung yang hampir menutupi seluruh kepalanya, wajahnya mulai terlihat dengan jelas.

Cahaya remang-remang dari lentera di restoran kecil ini tak bisa menyembunyikan betapa putih dan memukaunya wajah Emily.

Ditambah lagi dengan rambut keunguan gelap panjang mengombak yang baru terlihat setelah Ia membuka tudungnya, semakin mempertegas paras cantiknya.

Secara perlahan....

Emily terlihat memotong sebagian daging ayam bakar itu dengan bantuan pisau dan garpunya. Sebelum akhirnya menusuk potongan daging itu dengan pisau dan mengarahkannya perlahan ke mulutnya.

Bibirnya yang kecil dan berwarna merah muda itu menjadi perhatian utama bagi Lucius.

Tapi sesaat sebelum Emily memasukkan potongan ayam itu ke mulutnya....

"Lucius? Ada... yang salah di wajahku?" tanya Emily dengan sikapnya yang sama seperti biasanya.

"Eh?! Aaah! Ti-tidak ada! Tidak ada yang salah!" balas Lucius panik.

Jantungnya berdebar begitu kencang saat ini. Membuatnya khawatir jika Emily dapat mendengarnya.

"Begitu kah?" tanya Emily sekali lagi.

"Begitu lah!" balas Lucius dengan keringat yang mulai mengucur di wajahnya karena panik.

Tanpa mempertanyakan lebih lanjut, Emily melanjutkan santapannya seakan tak pernah terjadi apa-apa.

'Te-tenangkan dirimu, Lucius! Apa yang kau lakukan?! Bagaimana jika jantungmu berdebar terlalu kencang dan dia mendengarnya?!' pikir Lucius dalam hati sambil meletakkan tangan kanannya di dadanya.

Tapi tiba-tiba....

'Eeeh.... Aku merasa cemburu.' ucap Carmilla sambil tertawa ringan.

"Hah?! Apa yang kau...."

Tanpa sadar, Lucius membalas perkataan Carmilla di dalam pikirannya. Membuat pandangan semua teman-temannya kini terfokus padanya.

"Oi, Lucius. Kau baik-baik saja?" tanya Alex.

"Jangan katakan kau subleeeeghhhhh!!!"

Sihir air yang ditembakkan oleh Lucius dapat dengan mudah membungkam mulut Max. Mencegahnya mengatakan hal yang sangat berbahaya.

"Lucius.... Kau...." tanya Emily dengan tatapan mata keunguannya yang berbinar-binar itu.

'Glek!'

Lucius mulai menelan ludahnya. Mempersiapkan diri atas apapun yang mungkin akan keluar dari mulut Emily.

Bagaimanapun, dia tak bisa membungkamnya dengan cara yang sama seperti yang dilakukannya pada Max barusan.

"Bicara dengan siapa?" lanjut Emily.

"Eh?" tanya Lucius panik.

Max yang telah membersihkan wajah dan pakaiannya dari semburan air Lucius mulai kembali berbicara.

"Aku tanya, apakah kau sudah gila? Berbicara dengan siapa kau hah?!"

"Ha-hantu itu tidak ada kan ya?! Ya kan?!" tanya Sophia panik sambil menarik tubuh ramping Oliver untuk berlindung.

"Tu-tunggu! Aku akan jatuh!"

'Braakkk!!'

Sophia dan Oliver terjatuh ke lantai secara bersamaan. Membuat Max tertawa terbahak-bahak melihatnya.

"Buahahaha! Lihat ini! Bahkan penyihir jenius seperti Sophia masih takut hantu!"

"Teman-teman, cepatlah makan sebelum dingin." ucap Alex yang ternyata telah menyelesaikan hidangan satu ayam utuh itu dalam sekejap. Bahkan piringnya terlihat bersih, hanya menyisakan tulang saja.

"Oliver.... Lemah...." ujar Emily setelah melihat sosok pemuda kurus itu terjatuh hanya karena Sophia menariknya.

Senyuman tipis dapat terlihat di wajah Emily yang sambil terus mengiris ayam bakar itu.

Lucius yang tak paham bagaimana caranya menanggapi situasi ini karena selama ini tak pernah punya teman dekat, hanya bisa terdiam.

'Berterimakasih lah padaku. Dengan ini, kau satu langkah lebih dekat dengan mereka semua.' ucap Carmilla dalam pikiran Lucius.

Pada saat itu lah, Lucius menyadarinya.

Semua ini sengaja dilakukan oleh Carmilla untuk mempererat hubungan sosial Lucius dengan kelas ini. Entah apa tujuannya tapi....

Lucius merasa dirinya akhirnya bisa merasakan kehidupan akademi yang nyaman dan hangat.

Setidaknya....

Untuk saat ini....

Terpopuler

Comments

Abed Nugi

Abed Nugi

giliran penjelasan lain gak detail, giliran cewe ini makan langsung aktif mode penulis novelnya

2023-06-16

2

zuyoka

zuyoka

haduh lawak wkwkwkwk

2023-04-16

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2 Chapter 2 - Sisi Gelap
3 Chapter 3 - Neraka
4 Chapter 4 - Permintaan
5 Chapter 5 - Awal Baru
6 Chapter 6 - Teriakan Hati
7 Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8 Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9 Chapter 9 - Ujian
10 Chapter 10 - Pulang
11 Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12 Chapter 12 - Pengajar
13 Chapter 13 - Masalah
14 Chapter 14 - Kekhawatiran
15 Chapter 15 - Arena
16 Chapter 16 - Realita
17 Chapter 17 - Dongeng
18 Chapter 18 - Kehangatan
19 Chapter 19 - Mana Flow
20 Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21 Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22 Chapter 21 - Guild
23 Chapter 22 - Perburuan
24 Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25 Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26 Chapter 25 - Evaluasi
27 Chapter 26 - Alasan
28 Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29 Chapter 28 - Besi dan Kayu
30 Chapter 29 - Rumor
31 Chapter 30 - Pekerjaan
32 Chapter 31 - Pertemuan
33 Chapter 32 - Jarak
34 Chapter 33 - Dunia Luar
35 Chapter 34 - Smithworks
36 Chapter 35 - Desain
37 Chapter 36 - Permintaan
38 Chapter 37 - Pekerjaan
39 Chapter 38 - Perpustakaan
40 Chapter 39 - Pelajaran
41 Chapter 40 - Sisi Lain
42 Chapter 41 - Kejanggalan
43 Chapter 42 - Quest
44 Chapter 43 - Jejak
45 Chapter 44 - Secercah Harapan
46 Chapter 45 - Bala Bantuan
47 Chapter 46 - Harapan
48 Chapter 47 - Kenyataan
49 Chapter 48 - Api Abadi
50 Chapter 48.5 - Dua Sisi
51 Chapter 49 - Penyesalan
52 Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53 Chapter 51 - Clairvoyance
54 Chapter 52 - Latihan
55 Chapter 53 - Bandit
56 Chapter 54 - Tawaran
57 Chapter 55 - Konsekuensi
58 Chapter 56 - Batas
59 Chapter 57 - Kegelisahan
60 Chapter 58 - Dalang
61 Chapter 59 - Tantangan
62 Chapter 60 - Arcana
63 Chapter 61 - Taruhan
64 Chapter 62 - Hari H
65 Chapter 63 - Duel
66 Chapter 64 - Takdir
67 Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68 Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69 Chapter 67 - Petunjuk
70 Chapter 68 - Harapan Kecil
71 Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72 Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73 Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74 Chapter 72 - Bencana
75 Chapter 73 - Sisa
76 Chapter 74 - Pahlawan
77 Chapter 75 - Hasil Akhir
78 Chapter 76 - Reruntuhan
79 Chapter 77 - Perbatasan
80 Chapter 78 - Kebangkitan
81 Chapter 79 - Reuni
82 Chapter 80 - Latih Tanding
83 Chapter 81 - Awakening
84 Chapter 82 - Kekuatan Baru
85 Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86 Chapter 84 - Tuduhan
87 Chapter 85 - Tekanan
88 Chapter 86 - Rumor
89 Chapter 87 - Tentara Bayaran
90 Chapter 88 - Kesempatan
91 Chapter 89 - Pertandingan
92 Chapter 90 - Dinding
93 Chapter 91 - Ramalan
94 Chapter 92 - Permintaan
95 Chapter 93 - Kedamaian
96 Chapter 94 - Ujian Tulis
97 Chapter 95 - Ujian Praktik
98 Chapter 96 - Quest
99 Chapter 97 - Ekspedisi
100 Chapter 98 - Tubrukan
101 Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102 Chapter 100 - Organisasi Misterius
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2
Chapter 2 - Sisi Gelap
3
Chapter 3 - Neraka
4
Chapter 4 - Permintaan
5
Chapter 5 - Awal Baru
6
Chapter 6 - Teriakan Hati
7
Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8
Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9
Chapter 9 - Ujian
10
Chapter 10 - Pulang
11
Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12
Chapter 12 - Pengajar
13
Chapter 13 - Masalah
14
Chapter 14 - Kekhawatiran
15
Chapter 15 - Arena
16
Chapter 16 - Realita
17
Chapter 17 - Dongeng
18
Chapter 18 - Kehangatan
19
Chapter 19 - Mana Flow
20
Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21
Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22
Chapter 21 - Guild
23
Chapter 22 - Perburuan
24
Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25
Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26
Chapter 25 - Evaluasi
27
Chapter 26 - Alasan
28
Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29
Chapter 28 - Besi dan Kayu
30
Chapter 29 - Rumor
31
Chapter 30 - Pekerjaan
32
Chapter 31 - Pertemuan
33
Chapter 32 - Jarak
34
Chapter 33 - Dunia Luar
35
Chapter 34 - Smithworks
36
Chapter 35 - Desain
37
Chapter 36 - Permintaan
38
Chapter 37 - Pekerjaan
39
Chapter 38 - Perpustakaan
40
Chapter 39 - Pelajaran
41
Chapter 40 - Sisi Lain
42
Chapter 41 - Kejanggalan
43
Chapter 42 - Quest
44
Chapter 43 - Jejak
45
Chapter 44 - Secercah Harapan
46
Chapter 45 - Bala Bantuan
47
Chapter 46 - Harapan
48
Chapter 47 - Kenyataan
49
Chapter 48 - Api Abadi
50
Chapter 48.5 - Dua Sisi
51
Chapter 49 - Penyesalan
52
Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53
Chapter 51 - Clairvoyance
54
Chapter 52 - Latihan
55
Chapter 53 - Bandit
56
Chapter 54 - Tawaran
57
Chapter 55 - Konsekuensi
58
Chapter 56 - Batas
59
Chapter 57 - Kegelisahan
60
Chapter 58 - Dalang
61
Chapter 59 - Tantangan
62
Chapter 60 - Arcana
63
Chapter 61 - Taruhan
64
Chapter 62 - Hari H
65
Chapter 63 - Duel
66
Chapter 64 - Takdir
67
Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68
Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69
Chapter 67 - Petunjuk
70
Chapter 68 - Harapan Kecil
71
Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72
Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73
Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74
Chapter 72 - Bencana
75
Chapter 73 - Sisa
76
Chapter 74 - Pahlawan
77
Chapter 75 - Hasil Akhir
78
Chapter 76 - Reruntuhan
79
Chapter 77 - Perbatasan
80
Chapter 78 - Kebangkitan
81
Chapter 79 - Reuni
82
Chapter 80 - Latih Tanding
83
Chapter 81 - Awakening
84
Chapter 82 - Kekuatan Baru
85
Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86
Chapter 84 - Tuduhan
87
Chapter 85 - Tekanan
88
Chapter 86 - Rumor
89
Chapter 87 - Tentara Bayaran
90
Chapter 88 - Kesempatan
91
Chapter 89 - Pertandingan
92
Chapter 90 - Dinding
93
Chapter 91 - Ramalan
94
Chapter 92 - Permintaan
95
Chapter 93 - Kedamaian
96
Chapter 94 - Ujian Tulis
97
Chapter 95 - Ujian Praktik
98
Chapter 96 - Quest
99
Chapter 97 - Ekspedisi
100
Chapter 98 - Tubrukan
101
Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102
Chapter 100 - Organisasi Misterius

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!