'Ding! Ding!'
Suara lonceng berbunyi dengan keras. Menandakan bahwa kegiatan pendidikan di akademi ini telah berakhir.
Segera setelah pak Anderson pergi, Max segera berdiri sambil bertanya pada teman-temannya.
"Aaah, akhirnya. Pak tua itu selalu mengajar tepat waktu, sialan. Aku sudah lapar. Kalian mau makan apa sore ini?" tanya Max sambil merapikan bajunya.
"Ayam bakar terdengar enak." balas Alex yang masih merapikan buku di mejanya.
"Ide bagus, Alex. Bagaimana menurutmu?" tanya Oliver pada Emily yang duduk di pojok belakang kelas.
"Setuju." balas Emily tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dari bukunya.
"Lucius, kau akan ikut kan?" tanya Max sambil merangkulnya dengan erat.
Dengan sekilas, Lucius dapat merasakannya. Bahwa Max memang memiliki otot yang terlatih dengan cukup baik.
"Ya, kurasa aku akan ikut. Bagaimana dengan Sophia?" balas Lucius.
Sosok Sophia terlihat masih terdiam, menata buku untuk disimpannya dalam loker di belakang ruang kelas ini.
"Aah, Lucius kau...."
"Jangan pikirkan aku. Aku sudah terbiasa sendiri." balas Sophia tegas, memotong perkataan Max.
Lucius cukup terkejut mendengar balasan Sophia. Sosok gadis baik yang dikenalnya dulu di kelas E, satu-satunya sosok yang berani membelanya saat di bully, kenapa saat ini bersikap begitu dingin padanya?
Merasa penasaran atas perubahan drastis selama sekitar 2 bulan ini, Lucius segera menanyakannya.
"Apa ada sesuatu yang terjadi padamu? Kenapa kau...."
Belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, Sophia segera memotongnya.
"Lucius. Kau tahu? Aku bersyukur kau selamat. Tapi jika kau memiliki waktu untuk mengkhawatirkan orang lain, bisakah kau gunakan waktu itu untuk mengkhawatirkan dirimu sendiri?"
"Eh?"
Kedua mata Lucius terbuka lebar mendengar balasan dingin itu. Bukan berarti Lucius berharap lebih pada sosok Sophia.
Hanya saja....
"Kenapa? Jangan katakan kau berada di kelas F ini karena...."
'Sreeett! Braaaakk!!!'
Sophia segera menutup pintu loker besi itu dengan sangat keras. Menimbulkan bunyi nyaring yang menggema di dalam kelas ini.
"Diamlah! Ini semua adalah pilihanku!" balas Sophia sebelum segera berlari meninggalkan kelas ini.
Termasuk juga, meninggalkan Lucius dalam tanda tanya yang begitu besar.
"Hah.... Kau tak seharusnya mengusiknya, Lucius." ucap Max sambil menyandarkan lengannya di atas bahu kanan Lucius.
"Kau tahu sesuatu? Apa yang terjadi padanya?"
"Tahu sesuatu? Kami melihat semuanya dengan mata kepala kami sendiri." sahur Alex yang telah beres menata bukunya di dalam loker.
Di depan kelas, Oliver nampak berjalan sambil menganggukkan kepalanya.
Sosok kecil Emily yang berjalan perlahan sambil memeluk tiga buah buku terlihat ikut berbicara.
"Sophia, kasihan sekali. Goldencrest.... Jahat." ucap Emily dengan kalimat yang terpatah-patah seperti kehabisan tenaga itu.
"Katakan, apa yang terjadi saat aku menghilang?" tanya Lucius yang semakin penasaran atas semua ini.
Menggunakan sihirnya, Emily menggerakkan dua buah boneka kecil dengan menggunakan jari jemari di tangan kanannya. Satu berwarna merah muda, dan satunya lagi berwarna kuning cerah.
Dua boneka kecil itu berdiri saling berhadapan di atas meja kayu di kelas ini.
"Goldencrest.... Kau menjebak Nightshade.... Gaawwrr, aku tak terima.... Apa? Kau mencari masalah? Persiapkan dirimu.... Gawwwrr...." ucap Emily sambil memperagakan dua boneka itu.
Melihat tingkah dua buah boneka itu, serta narasi dari Emily, Lucius segera paham atas apa yang terjadi.
"Jangan katakan, Edward yang saat ini di dalam tahanan itu karena perbuatan Sophia yang membelaku? Dan sebagai balasan, para pengikut keluarga Goldencrest membully Sophia, bahkan hingga memaksanya jatuh ke kelas F?" tanya Lucius untuk memastikan kebenarannya.
Dengan gerakan ringan dari jari Emily, dua boneka itu seakan-akan menganggukkan kepalanya. Sebelum akhirnya ditarik untuk kembali dalam saki pakaian Emily.
"Sialan.... Jadi ini semua karena ku?"
"Sophia sudah bilang sendiri kan? Dia sendiri yang memilih semua ini. Jadi tak perlu menyalahkan dirimu." ucap Oliver di depan kelas.
"Daripada memikirkan itu, bagaimana jika kita berangkat sekarang? Aku sudah lapar." sahut Alex sambil memberikan senyuman yang ringan.
Pada saat itu, Lucius teringat. Bahwa masih ada hal lain yang harus dikerjakannya.
"Aaah, maaf. Aku baru ingat jika profesor Magnus memintaku untuk menemuinya setelah pelajaran berakhir. Kalian duluan saja." balas Lucius yang segera berlari meninggalkan kelas ini.
"Begitu kah? Kalau begitu, besok pastikan untuk makan bersama kami!" teriak Max dengan keras.
Sementara Emily hanya melambaikan tangannya secara perlahan. Dimana kedua boneka di saku bajunya juga ikut melambaikan tangan kecil mereka.
............
Lucius berlari di koridor akademi ini. Berusaha agar tidak membuat Profesor Magnus menunggunya.
Tapi dalam perjalanan, Ia melihat suatu pemandangan yang tak lagi asing baginya. Bagaimana tidak? Pemandangan itu....
Adalah pemandangan yang selalu dihadapinya dulu.
Yaitu pemandangan dimana 3 orang laki-laki bertubuh cukup besar nampak sedang memojokkan seseorang di salah satu lorong yang sepi.
Senyuman lebar mereka, juga tawa mereka yang seakan-akan merendahkan sosok yang mereka bully. Lucius hafal semua itu.
Itulah kenapa Ia selalu berlari pergi sendirian, sebelum Edward dan teman-temannya sempat membully dirinya.
Secara perlahan, langkah kaki Lucius melambat. Memperhatikan ketiga pembully itu di ujung lorong.
"Hah.... Apa-apaan ini? Apakah orang-orang seperti mereka selalu menemukan seseorang untuk dibully? Menyedihkan sekali." bisik Lucius pada dirinya sendiri.
'Yang kuat menindas yang lemah. Aku tak merasa ada sesuatu yang salah disana.' balas Carmilla secara tiba-tiba.
"Yah tapi tiga lawan satu itu sama sekali tak adil bukan?"
'Memangnya dunia pernah adil? Jika dunia selalu berlaku adil, semua manusia akan dilahirkan pada kasta yang sama bukan? Nyatanya, kau dilahirkan sebagai rakyat jelata. Yang membuatmu ditindas seperti itu.'
Balasan dari Carmilla memang masuk akal. Hanya saja....
Lucius mulai mengepalkan tangan kanannya karena begitu kesal melihat pemandangan itu. Terlebih lagi dirinya yang saat ini memiliki kekuatan, membuatnya semakin tak tahan untuk melihatnya.
'Jangan berpikir bodoh. Aku melatihmu menjadi kuat bukan untuk kau gunakan pamer pada orang lain. Tapi agar kau bisa memenuhi permintaanku. Jangan salah sangka.' ucap Carmilla seakan-akan tahu apa yang akan dilakukan oleh Lucius.
"Aku tahu.... Aku tahu itu.... Tapi.... Melihat kejadian ini dan hanya diam?"
Tiba-tiba, salah seorang pembully itu nampak memukul wajah pelajar itu dengan keras. Membuatnya terjatuh ke lantai
Dan saat Lucius melihat sosok pelajar itu yang sebenarnya, amarahnya tak lagi dapat terbendung.
Dengan cepat, Lucius berlari dan menghentikan pukulan kedua dari mereka.
'Tap!!!'
"Hentikan. Apa yang kalian lakukan?" tanya Lucius sembari menahan pukulan salah seorang pembully itu dengan telapak tangannya.
"Hah?! Kau pikir kau siapa?! Berani mengganggu perintah dari keluarga Goldencrest?!" teriak laki-laki itu.
Pelajar laki-laki itu memiliki tubuh yang cukup besar. Dengan rambut merah gelapnya, ia memancarkan aura yang cukup mengerikan. Terlebih lagi di dada bagian kirinya, terdapat huruf C yang tertera pada seragamnya.
Tapi Lucius sama sekali tak takut. Bagaimana bisa takut? Karena saat ini, sosok yang ada di belakangnya....
"Lucius? Kenapa?" ucap sosok pelajar yang tergeletak di lantai dengan pipi kanan yang terluka akibat pukulan sebelumnya.
Ia kebingungan kenapa Lucius bisa berada di sini. Dan lebih buruk lagi, kenapa Lucius berani melawan tiga orang yang ada di hadapannya.
Ekspresi ketakutan mulai tergambar di wajah pelajar itu. Ia takut jika Lucius akan terluka parah melawan mereka.
Terlebih lagi, sosok Lucius yang dikenalnya adalah sosok pelajar dari kalangan rakyat jelata yang lemah di segala bidang. Baik itu sihir, maupun seni beladiri.
Dengan tenang, Lucius segera menjawab sambil sedikit melirik ke arah belakang.
"Tenang saja, Sophia. Kali ini, aku tak lagi butuh perlindungan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
John Singgih
Lucius kalau marah serem ya
2023-08-23
0
Abed Nugi
mmmm i like this episode
2023-06-16
0
Abed Nugi
bro i kinda like this character, i like to see someone weird
2023-06-16
0