Chapter 13 - Masalah

'Ding! Ding!'

Suara lonceng berbunyi dengan keras. Menandakan bahwa kegiatan pendidikan di akademi ini telah berakhir.

Segera setelah pak Anderson pergi, Max segera berdiri sambil bertanya pada teman-temannya.

"Aaah, akhirnya. Pak tua itu selalu mengajar tepat waktu, sialan. Aku sudah lapar. Kalian mau makan apa sore ini?" tanya Max sambil merapikan bajunya.

"Ayam bakar terdengar enak." balas Alex yang masih merapikan buku di mejanya.

"Ide bagus, Alex. Bagaimana menurutmu?" tanya Oliver pada Emily yang duduk di pojok belakang kelas.

"Setuju." balas Emily tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dari bukunya.

"Lucius, kau akan ikut kan?" tanya Max sambil merangkulnya dengan erat.

Dengan sekilas, Lucius dapat merasakannya. Bahwa Max memang memiliki otot yang terlatih dengan cukup baik.

"Ya, kurasa aku akan ikut. Bagaimana dengan Sophia?" balas Lucius.

Sosok Sophia terlihat masih terdiam, menata buku untuk disimpannya dalam loker di belakang ruang kelas ini.

"Aah, Lucius kau...."

"Jangan pikirkan aku. Aku sudah terbiasa sendiri." balas Sophia tegas, memotong perkataan Max.

Lucius cukup terkejut mendengar balasan Sophia. Sosok gadis baik yang dikenalnya dulu di kelas E, satu-satunya sosok yang berani membelanya saat di bully, kenapa saat ini bersikap begitu dingin padanya?

Merasa penasaran atas perubahan drastis selama sekitar 2 bulan ini, Lucius segera menanyakannya.

"Apa ada sesuatu yang terjadi padamu? Kenapa kau...."

Belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, Sophia segera memotongnya.

"Lucius. Kau tahu? Aku bersyukur kau selamat. Tapi jika kau memiliki waktu untuk mengkhawatirkan orang lain, bisakah kau gunakan waktu itu untuk mengkhawatirkan dirimu sendiri?"

"Eh?"

Kedua mata Lucius terbuka lebar mendengar balasan dingin itu. Bukan berarti Lucius berharap lebih pada sosok Sophia.

Hanya saja....

"Kenapa? Jangan katakan kau berada di kelas F ini karena...."

'Sreeett! Braaaakk!!!'

Sophia segera menutup pintu loker besi itu dengan sangat keras. Menimbulkan bunyi nyaring yang menggema di dalam kelas ini.

"Diamlah! Ini semua adalah pilihanku!" balas Sophia sebelum segera berlari meninggalkan kelas ini.

Termasuk juga, meninggalkan Lucius dalam tanda tanya yang begitu besar.

"Hah.... Kau tak seharusnya mengusiknya, Lucius." ucap Max sambil menyandarkan lengannya di atas bahu kanan Lucius.

"Kau tahu sesuatu? Apa yang terjadi padanya?"

"Tahu sesuatu? Kami melihat semuanya dengan mata kepala kami sendiri." sahur Alex yang telah beres menata bukunya di dalam loker.

Di depan kelas, Oliver nampak berjalan sambil menganggukkan kepalanya.

Sosok kecil Emily yang berjalan perlahan sambil memeluk tiga buah buku terlihat ikut berbicara.

"Sophia, kasihan sekali. Goldencrest.... Jahat." ucap Emily dengan kalimat yang terpatah-patah seperti kehabisan tenaga itu.

"Katakan, apa yang terjadi saat aku menghilang?" tanya Lucius yang semakin penasaran atas semua ini.

Menggunakan sihirnya, Emily menggerakkan dua buah boneka kecil dengan menggunakan jari jemari di tangan kanannya. Satu berwarna merah muda, dan satunya lagi berwarna kuning cerah.

Dua boneka kecil itu berdiri saling berhadapan di atas meja kayu di kelas ini.

"Goldencrest.... Kau menjebak Nightshade.... Gaawwrr, aku tak terima.... Apa? Kau mencari masalah? Persiapkan dirimu.... Gawwwrr...." ucap Emily sambil memperagakan dua boneka itu.

Melihat tingkah dua buah boneka itu, serta narasi dari Emily, Lucius segera paham atas apa yang terjadi.

"Jangan katakan, Edward yang saat ini di dalam tahanan itu karena perbuatan Sophia yang membelaku? Dan sebagai balasan, para pengikut keluarga Goldencrest membully Sophia, bahkan hingga memaksanya jatuh ke kelas F?" tanya Lucius untuk memastikan kebenarannya.

Dengan gerakan ringan dari jari Emily, dua boneka itu seakan-akan menganggukkan kepalanya. Sebelum akhirnya ditarik untuk kembali dalam saki pakaian Emily.

"Sialan.... Jadi ini semua karena ku?"

"Sophia sudah bilang sendiri kan? Dia sendiri yang memilih semua ini. Jadi tak perlu menyalahkan dirimu." ucap Oliver di depan kelas.

"Daripada memikirkan itu, bagaimana jika kita berangkat sekarang? Aku sudah lapar." sahut Alex sambil memberikan senyuman yang ringan.

Pada saat itu, Lucius teringat. Bahwa masih ada hal lain yang harus dikerjakannya.

"Aaah, maaf. Aku baru ingat jika profesor Magnus memintaku untuk menemuinya setelah pelajaran berakhir. Kalian duluan saja." balas Lucius yang segera berlari meninggalkan kelas ini.

"Begitu kah? Kalau begitu, besok pastikan untuk makan bersama kami!" teriak Max dengan keras.

Sementara Emily hanya melambaikan tangannya secara perlahan. Dimana kedua boneka di saku bajunya juga ikut melambaikan tangan kecil mereka.

............

Lucius berlari di koridor akademi ini. Berusaha agar tidak membuat Profesor Magnus menunggunya.

Tapi dalam perjalanan, Ia melihat suatu pemandangan yang tak lagi asing baginya. Bagaimana tidak? Pemandangan itu....

Adalah pemandangan yang selalu dihadapinya dulu.

Yaitu pemandangan dimana 3 orang laki-laki bertubuh cukup besar nampak sedang memojokkan seseorang di salah satu lorong yang sepi.

Senyuman lebar mereka, juga tawa mereka yang seakan-akan merendahkan sosok yang mereka bully. Lucius hafal semua itu.

Itulah kenapa Ia selalu berlari pergi sendirian, sebelum Edward dan teman-temannya sempat membully dirinya.

Secara perlahan, langkah kaki Lucius melambat. Memperhatikan ketiga pembully itu di ujung lorong.

"Hah.... Apa-apaan ini? Apakah orang-orang seperti mereka selalu menemukan seseorang untuk dibully? Menyedihkan sekali." bisik Lucius pada dirinya sendiri.

'Yang kuat menindas yang lemah. Aku tak merasa ada sesuatu yang salah disana.' balas Carmilla secara tiba-tiba.

"Yah tapi tiga lawan satu itu sama sekali tak adil bukan?"

'Memangnya dunia pernah adil? Jika dunia selalu berlaku adil, semua manusia akan dilahirkan pada kasta yang sama bukan? Nyatanya, kau dilahirkan sebagai rakyat jelata. Yang membuatmu ditindas seperti itu.'

Balasan dari Carmilla memang masuk akal. Hanya saja....

Lucius mulai mengepalkan tangan kanannya karena begitu kesal melihat pemandangan itu. Terlebih lagi dirinya yang saat ini memiliki kekuatan, membuatnya semakin tak tahan untuk melihatnya.

'Jangan berpikir bodoh. Aku melatihmu menjadi kuat bukan untuk kau gunakan pamer pada orang lain. Tapi agar kau bisa memenuhi permintaanku. Jangan salah sangka.' ucap Carmilla seakan-akan tahu apa yang akan dilakukan oleh Lucius.

"Aku tahu.... Aku tahu itu.... Tapi.... Melihat kejadian ini dan hanya diam?"

Tiba-tiba, salah seorang pembully itu nampak memukul wajah pelajar itu dengan keras. Membuatnya terjatuh ke lantai

Dan saat Lucius melihat sosok pelajar itu yang sebenarnya, amarahnya tak lagi dapat terbendung.

Dengan cepat, Lucius berlari dan menghentikan pukulan kedua dari mereka.

'Tap!!!'

"Hentikan. Apa yang kalian lakukan?" tanya Lucius sembari menahan pukulan salah seorang pembully itu dengan telapak tangannya.

"Hah?! Kau pikir kau siapa?! Berani mengganggu perintah dari keluarga Goldencrest?!" teriak laki-laki itu.

Pelajar laki-laki itu memiliki tubuh yang cukup besar. Dengan rambut merah gelapnya, ia memancarkan aura yang cukup mengerikan. Terlebih lagi di dada bagian kirinya, terdapat huruf C yang tertera pada seragamnya.

Tapi Lucius sama sekali tak takut. Bagaimana bisa takut? Karena saat ini, sosok yang ada di belakangnya....

"Lucius? Kenapa?" ucap sosok pelajar yang tergeletak di lantai dengan pipi kanan yang terluka akibat pukulan sebelumnya.

Ia kebingungan kenapa Lucius bisa berada di sini. Dan lebih buruk lagi, kenapa Lucius berani melawan tiga orang yang ada di hadapannya.

Ekspresi ketakutan mulai tergambar di wajah pelajar itu. Ia takut jika Lucius akan terluka parah melawan mereka.

Terlebih lagi, sosok Lucius yang dikenalnya adalah sosok pelajar dari kalangan rakyat jelata yang lemah di segala bidang. Baik itu sihir, maupun seni beladiri.

Dengan tenang, Lucius segera menjawab sambil sedikit melirik ke arah belakang.

"Tenang saja, Sophia. Kali ini, aku tak lagi butuh perlindungan."

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

Lucius kalau marah serem ya

2023-08-23

0

Abed Nugi

Abed Nugi

mmmm i like this episode

2023-06-16

0

Abed Nugi

Abed Nugi

bro i kinda like this character, i like to see someone weird

2023-06-16

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2 Chapter 2 - Sisi Gelap
3 Chapter 3 - Neraka
4 Chapter 4 - Permintaan
5 Chapter 5 - Awal Baru
6 Chapter 6 - Teriakan Hati
7 Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8 Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9 Chapter 9 - Ujian
10 Chapter 10 - Pulang
11 Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12 Chapter 12 - Pengajar
13 Chapter 13 - Masalah
14 Chapter 14 - Kekhawatiran
15 Chapter 15 - Arena
16 Chapter 16 - Realita
17 Chapter 17 - Dongeng
18 Chapter 18 - Kehangatan
19 Chapter 19 - Mana Flow
20 Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21 Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22 Chapter 21 - Guild
23 Chapter 22 - Perburuan
24 Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25 Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26 Chapter 25 - Evaluasi
27 Chapter 26 - Alasan
28 Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29 Chapter 28 - Besi dan Kayu
30 Chapter 29 - Rumor
31 Chapter 30 - Pekerjaan
32 Chapter 31 - Pertemuan
33 Chapter 32 - Jarak
34 Chapter 33 - Dunia Luar
35 Chapter 34 - Smithworks
36 Chapter 35 - Desain
37 Chapter 36 - Permintaan
38 Chapter 37 - Pekerjaan
39 Chapter 38 - Perpustakaan
40 Chapter 39 - Pelajaran
41 Chapter 40 - Sisi Lain
42 Chapter 41 - Kejanggalan
43 Chapter 42 - Quest
44 Chapter 43 - Jejak
45 Chapter 44 - Secercah Harapan
46 Chapter 45 - Bala Bantuan
47 Chapter 46 - Harapan
48 Chapter 47 - Kenyataan
49 Chapter 48 - Api Abadi
50 Chapter 48.5 - Dua Sisi
51 Chapter 49 - Penyesalan
52 Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53 Chapter 51 - Clairvoyance
54 Chapter 52 - Latihan
55 Chapter 53 - Bandit
56 Chapter 54 - Tawaran
57 Chapter 55 - Konsekuensi
58 Chapter 56 - Batas
59 Chapter 57 - Kegelisahan
60 Chapter 58 - Dalang
61 Chapter 59 - Tantangan
62 Chapter 60 - Arcana
63 Chapter 61 - Taruhan
64 Chapter 62 - Hari H
65 Chapter 63 - Duel
66 Chapter 64 - Takdir
67 Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68 Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69 Chapter 67 - Petunjuk
70 Chapter 68 - Harapan Kecil
71 Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72 Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73 Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74 Chapter 72 - Bencana
75 Chapter 73 - Sisa
76 Chapter 74 - Pahlawan
77 Chapter 75 - Hasil Akhir
78 Chapter 76 - Reruntuhan
79 Chapter 77 - Perbatasan
80 Chapter 78 - Kebangkitan
81 Chapter 79 - Reuni
82 Chapter 80 - Latih Tanding
83 Chapter 81 - Awakening
84 Chapter 82 - Kekuatan Baru
85 Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86 Chapter 84 - Tuduhan
87 Chapter 85 - Tekanan
88 Chapter 86 - Rumor
89 Chapter 87 - Tentara Bayaran
90 Chapter 88 - Kesempatan
91 Chapter 89 - Pertandingan
92 Chapter 90 - Dinding
93 Chapter 91 - Ramalan
94 Chapter 92 - Permintaan
95 Chapter 93 - Kedamaian
96 Chapter 94 - Ujian Tulis
97 Chapter 95 - Ujian Praktik
98 Chapter 96 - Quest
99 Chapter 97 - Ekspedisi
100 Chapter 98 - Tubrukan
101 Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102 Chapter 100 - Organisasi Misterius
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2
Chapter 2 - Sisi Gelap
3
Chapter 3 - Neraka
4
Chapter 4 - Permintaan
5
Chapter 5 - Awal Baru
6
Chapter 6 - Teriakan Hati
7
Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8
Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9
Chapter 9 - Ujian
10
Chapter 10 - Pulang
11
Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12
Chapter 12 - Pengajar
13
Chapter 13 - Masalah
14
Chapter 14 - Kekhawatiran
15
Chapter 15 - Arena
16
Chapter 16 - Realita
17
Chapter 17 - Dongeng
18
Chapter 18 - Kehangatan
19
Chapter 19 - Mana Flow
20
Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21
Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22
Chapter 21 - Guild
23
Chapter 22 - Perburuan
24
Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25
Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26
Chapter 25 - Evaluasi
27
Chapter 26 - Alasan
28
Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29
Chapter 28 - Besi dan Kayu
30
Chapter 29 - Rumor
31
Chapter 30 - Pekerjaan
32
Chapter 31 - Pertemuan
33
Chapter 32 - Jarak
34
Chapter 33 - Dunia Luar
35
Chapter 34 - Smithworks
36
Chapter 35 - Desain
37
Chapter 36 - Permintaan
38
Chapter 37 - Pekerjaan
39
Chapter 38 - Perpustakaan
40
Chapter 39 - Pelajaran
41
Chapter 40 - Sisi Lain
42
Chapter 41 - Kejanggalan
43
Chapter 42 - Quest
44
Chapter 43 - Jejak
45
Chapter 44 - Secercah Harapan
46
Chapter 45 - Bala Bantuan
47
Chapter 46 - Harapan
48
Chapter 47 - Kenyataan
49
Chapter 48 - Api Abadi
50
Chapter 48.5 - Dua Sisi
51
Chapter 49 - Penyesalan
52
Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53
Chapter 51 - Clairvoyance
54
Chapter 52 - Latihan
55
Chapter 53 - Bandit
56
Chapter 54 - Tawaran
57
Chapter 55 - Konsekuensi
58
Chapter 56 - Batas
59
Chapter 57 - Kegelisahan
60
Chapter 58 - Dalang
61
Chapter 59 - Tantangan
62
Chapter 60 - Arcana
63
Chapter 61 - Taruhan
64
Chapter 62 - Hari H
65
Chapter 63 - Duel
66
Chapter 64 - Takdir
67
Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68
Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69
Chapter 67 - Petunjuk
70
Chapter 68 - Harapan Kecil
71
Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72
Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73
Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74
Chapter 72 - Bencana
75
Chapter 73 - Sisa
76
Chapter 74 - Pahlawan
77
Chapter 75 - Hasil Akhir
78
Chapter 76 - Reruntuhan
79
Chapter 77 - Perbatasan
80
Chapter 78 - Kebangkitan
81
Chapter 79 - Reuni
82
Chapter 80 - Latih Tanding
83
Chapter 81 - Awakening
84
Chapter 82 - Kekuatan Baru
85
Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86
Chapter 84 - Tuduhan
87
Chapter 85 - Tekanan
88
Chapter 86 - Rumor
89
Chapter 87 - Tentara Bayaran
90
Chapter 88 - Kesempatan
91
Chapter 89 - Pertandingan
92
Chapter 90 - Dinding
93
Chapter 91 - Ramalan
94
Chapter 92 - Permintaan
95
Chapter 93 - Kedamaian
96
Chapter 94 - Ujian Tulis
97
Chapter 95 - Ujian Praktik
98
Chapter 96 - Quest
99
Chapter 97 - Ekspedisi
100
Chapter 98 - Tubrukan
101
Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102
Chapter 100 - Organisasi Misterius

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!