Chapter 17 - Dongeng

"Oi! Bukankah kau sangat hebat?! Bagaimana caramu melakukannya?!" teriak Max sambil segera merangkul tubuh Lucius yang baru saja keluar dari arena.

"Berkatmu, aku memperoleh cukup banyak uang. Aku sudah memutuskan untuk memberikan sebagian padamu." sahut Alex dengan senyuman yang lebar.

Ia kemudian menyerahkan kantung kulit kecil berisi sekitar 100 koin emas. Jumlah yang cukup untuk hidup layak selama bertahun-tahun.

"Eh? Tapi aku.... Ku rasa aku tak bisa...."

"Itu adalah bagianmu. Tolong terima." balas Alex dengan cepat.

Sejujurnya, Lucius merasa tak layak untuk menerima uang dari Alex. Bahkan, Ia merasa dirinya tak layak untuk menerima kemenangan ini.

Karena pemenang yang sebenarnya dari pertarungan barusan, adalah Carmilla. Bukan dirinya.

"Lucius, kuat...." puji Emily sambil mengayunkan lengan dua bonekanya. Senyuman yang tipis terlihat di wajah manisnya itu.

"Sungguh, terimakasih banyak. Lucius. Karena mu, aku...."

Sophia yang telah merasa sedikit terbebaskan dari kekangan para pengikut Goldencrest, mulai bisa sedikit bernafas lega.

Hanya saja....

"Tetap waspada. Terutama kakak dari Edward, masih berada di akademi ini." ucap Oliver tiba-tiba.

"Eh?! Apa maksudmu dengan itu?"

"William Goldencrest. Penyihir berbakat dari kelas B tahun kelima. Jika dia mendengar kabar bahwa sosok yang membuat adik kesayangannya masuk tahanan berkeliaran dengan bebas, aku tak tahu apa yang akan dilakukannya. Terutama kau, Lucius." jelas Oliver.

Kini Lucius semakin tersadar atas masalah apa yang dibuatnya.

Dengan menyelamatkan Sophia secara terang-terangan seperti itu, tak mungkin sosok bernama William Goldencrest itu tak mendengarnya.

Dan peluang besarnya, mungkin saja Lucius akan mendapat perlakuan yang lebih mengerikan dari Sophia. Atau lebih buruk lagi, ancaman kematian.

Melihat wajah tegang Lucius, Max mulai mempertanyakan sesuatu.

"William.... Hmm.... Bukankah dia termasuk orang yang ikut ekspedisi ke kuil kuno itu seminggu yang lalu?" tanya Max.

"Kau benar. Jujur saja, kau sangat beruntung Lucius. Karena kemungkinan, kelompok ekspedisi itu baru kembali beberapa bulan lagi." jelas Oliver.

Lucius hanya terus berjalan dalam diam. Memikirkan semua hal yang terjadi sesaat setelah dirinya kembali ke akademi ini.

Menyadari topik yang cukup kelam ini, Sophia merubah alur pembicaraan.

"Jadi, apa yang dikatakan oleh Profesor Magnus padamu, Lucius?" tanya Sophia.

"Aah itu? Bukan masalah besar...."

............

Beberapa saat sebelumnya, sesaat setelah Lucius meninggalkan toilet itu.

"Lucius, ada waktu sebentar?" tanya Profesor Magnus yang telah menantinya diluar.

"Ya...." balas Lucius tanpa banyak tenaga yang tersisa. Ia masih terpukul setelah menyadari betapa lemahnya dirinya.

Atau lebih tepatnya, kurang pengalaman.

"Sebenarnya, aku ingin memintamu agar tidak banyak mencari masalah tapi...."

Seketika, tatapan lemas Lucius berubah menjadi tatapan yang tajam. Yang kini diarahkannya tepat pada mata Profesor Magnus itu.

"Apa kau bilang?!" tanya Lucius sedikit kesal.

"Yaah.... Kau tahu? Bagaimana kejadian Edward setelah kau menghilang kan?"

"Kau pikir aku bisa diam saat seseo...."

Amarah Lucius yang sebelumnya hampir saja meledak mengingat betapa buruk perlakuan mereka pada Sophia, seketika menghilang begitu saja.

Lucius segera menurunkan pandangannya, menatap ke lantai diantara kedua kakinya itu.

Dan tak lama setelah itu, Ia melanjutkan perkataannya.

"Maaf. Aku akan lebih hati-hati...." balas Lucius yang segera berjalan pergi meninggalkan Profesor Magnus itu.

Ia melihat sosok Lucius dengan penuh kebingungan. Bagaimana bisa sosok pelajar kelas F yang baru saja mengalahkan pelajar unggulan di kelas C, menunjukkan sikap yang seperti ini?

Tapi apapun itu....

"Syukurlah kau paham. Kau harus tahu, melawan keluarga bangsawan besar bukanlah hal yang baik untukmu. Juga keluargamu." bisik Profesor Magnus pada dirinya sendiri sebelum berjalan pada arah yang berlawanan dengan Lucius.

............

'Braaaakk!!!'

Hari sudah terlalu malam. Segera setelah tiba di kamar sewaannya, Lucius langsung melemparkan tubuhnya di ranjang kecil itu tanpa mengganti pakaiannya.

Lucius nampak menutupi wajahnya dengan kedua lengannya. Diantara celah yang ada, Ia melihat langit-langit kamar ini yang diterangi cahaya lentera yang redup.

"Menyedihkan sekali.... Apa-apaan aku ini? Segera setelah bersikap sombong seperti itu...." keluh Lucius pada dirinya sendiri.

Tanpa sadar, air mata mulai mengalir membasahi pipinya sebelum menetes ke bantalnya.

"Sialan.... Semudah itu? Kenapa? Kenapa aku tak bisa memikirkannya?"

Lucius teringat atas sikap Carmilla yang menganggap remeh lawannya. Sekalipun Carmilla bilang bahwa lawannya itu jauh lebih kuat darinya, tetap saja, Carmilla menghadapinya dengan begitu santai.

Seakan-akan, pasti akan berakhir dengan kemenangan di tangannya.

Selama beberapa saat, hanya kesunyian yang menemani Lucius dalam kamarnya. Tak ada balasan ataupun tanggapan dari Carmilla sedikit pun.

Tapi sesaat sebelum Lucius menutup matanya untuk tidur....

'Kau tahu? Naga yang kalian takuti dulunya menetas dari sebuah telur yang dibuang.' ucap Carmilla dalam pikiran Lucius.

"Hah? Apa-apaan itu?" tanya Lucius kembali yang masih sedikit terisak-isak.

'Raja Iblis waktu itu menemukan telurnya di wilayah ras Naga saat menaklukkannya. Sebuah telur kuning yang sangat kecil, bahkan bagi ukuran ras Naga sekalipun.'

Lucius sama sekali tak bisa memahami arah dari pembicaraan ini. Kenapa tiba-tiba membahas soal Ashenflare?

Lebih dari itu, bagaimana Carmilla bisa mengetahui semua ini?

'Lalu sang Raja Iblis memutuskan untuk mengambilnya sebagai rampasan perang. Meskipun, setelah itu Ia jatuh hati padanya dan meminta semua iblis memujanya sebagai Naga Suci Ashenflare. Hahaha.... Jika diingat kembali itu memang menggelikan.' lanjut Carmilla.

Seketika, bulu kuduk Lucius berdiri setelah mendengar penjelasan Carmilla.

Sosok Naga yang menjadi simbol kehancuran dan kekacauan, adalah hewan peliharaan Raja Iblis kala itu?

"Kau serius? Sebenarnya seberapa kuat Raja Iblis itu bisa menjinakkan Ashenflare seperti hewan peliharaan?" tanya Lucius penasaran.

'Sangat kuat.'

Balasan singkat dari Carmilla terdengar begitu meyakinkan. Terlebih lagi, yang sedang membicarakannya adalah Carmilla itu sendiri.

Sosok Iblis yang menurut pengamatan Lucius selama ini, adalah iblis yang sangat kuat. Mungkin termasuk dalam jajaran petinggi pasukan iblis.

'Kau tahu pahlawan manusia yang kalian puja-puja saat ini? Dia dengan mudah membantainya begitu saja. Memaksa seluruh ras bersatu untuk melawannya.' jelas Carmilla dengan nada yang terkesan begitu membanggakan sosok Raja Iblis itu.

"Eh?! Sekuat itu?!"

Lucius teringat atas kisah legenda pahlawan yang melawan Ashenflare. Dimana satu tebasan pedang Cadera sang Pahlawan Pedang saja cukup untuk menciptakan lembah yang dalam.

Menghadapi sosok sekuat itu dengan mudahnya? Bukankah Raja Iblis terlalu kuat?

"Jika memang sekuat itu, bagaimana bisa dia dikalahkan?" tanya Lucius yang benar-benar penasaran atas cerita yang sesungguhnya.

Mengenai kisah dunia, yang telah dilupakan.

Tapi Carmilla hanya terdiam, tak menjawab sepatah kata pun selama beberapa saat.

'Pada intinya, Lucius. Ashenflare dulunya bahkan selemah beberapa ekor serigala saja. Tapi kau tahu sendiri kan bagaimana dia setelahnya? Bahkan cukup kuat untuk mengukir sejarah selamanya.' balas Carmilla menghiraukan pertanyaan Lucius.

Atau lebih tepatnya, menghindarinya.

'Kau juga sama. Kau adalah seorang manusia yang baru saja terlahir kembali sebagai sosok yang sedikit lebih kuat. Wajar bagimu untuk merasa sombong, tapi ketahui lah batasanmu.' lanjut Carmilla.

Deg! Deg!!

Lucius akhirnya tersadar atas apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Carmilla.

"Carmilla, kau...."

'Bagaimana pun, tubuh mu juga tubuh ku. Jika kau terlalu mencolok dan memancing perhatian musuh yang kuat, aku juga akan ikut mati bersama mu. Kalau kau paham, besok kita akan mulai kembali berlatih. Dengan satu cincin sihir di jantungmu, seluruh syarat telah dipenuhi untuk latihan ini. Meskipun sangat minimalis, tapi kita tak bisa membuat lebih banyak waktu.' jelas Carmilla panjang lebar.

Lucius yang mendengarnya segera tersadar. Bahwa semua ini juga untuk kepentingan Carmilla sendiri.

Termasuk, tujuannya untuk bangkit kembali ke dunia ini.

Karena itu lah....

"Terimakasih. Aku akan berjuang lebih keras lagi untuk kedepannya." balas Lucius dengan senyuman di wajahnya.

Lucius telah memperoleh kesempatan sekali seumur hidup yang diidam-idamkan, mungkin oleh semua orang di dunia ini.

Sebuah impian dimana sosok misterius dengan pengetahuan yang telah lama menghilang dari dunia ini, melatih mereka untuk menjadi jauh lebih kuat.

Untuk itu, satu-satunya cara bagi Lucius untuk bersyukur adalah dengan terus berusaha memenuhi harapannya.

Dengan cepat, Lucius segera bersiap untuk tidur dengan hati yang membara penuh semangat.

'Itu benar. Ashenflare dulunya juga hanyalah makhluk yang lemah. Selama aku terus berusaha....' pikir Lucius dalam hatinya.

Lucius berharap suatu hari nanti, impiannya untuk menjadi sosok yang sangat kuat di kerajaan ini bisa terwujud. Memungkinkan dirinya untuk melindungi semua yang dicintainya. Mulai dari keluarga, teman-temannya, hingga dirinya sendiri.

Tanpa disadari olehnya, Carmilla membalas sikap Lucius barusan.

'Selamat beristirahat, pahlawanku.'

Terpopuler

Comments

Abed Nugi

Abed Nugi

bro ini cerita yang bagus

2023-06-16

0

RyuCandra7

RyuCandra7

Ah, gw paham dia lagi ngomongin siapa

2023-05-23

1

zuyoka

zuyoka

hmmmm karena judul bukunya ratu iblis, kan dah pasti itu carmila. tapi carmila raja iblis...apa itu berarti carmila yg bakal naik tahta, nanti setelah bangkit? hmmmm

2023-04-16

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2 Chapter 2 - Sisi Gelap
3 Chapter 3 - Neraka
4 Chapter 4 - Permintaan
5 Chapter 5 - Awal Baru
6 Chapter 6 - Teriakan Hati
7 Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8 Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9 Chapter 9 - Ujian
10 Chapter 10 - Pulang
11 Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12 Chapter 12 - Pengajar
13 Chapter 13 - Masalah
14 Chapter 14 - Kekhawatiran
15 Chapter 15 - Arena
16 Chapter 16 - Realita
17 Chapter 17 - Dongeng
18 Chapter 18 - Kehangatan
19 Chapter 19 - Mana Flow
20 Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21 Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22 Chapter 21 - Guild
23 Chapter 22 - Perburuan
24 Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25 Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26 Chapter 25 - Evaluasi
27 Chapter 26 - Alasan
28 Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29 Chapter 28 - Besi dan Kayu
30 Chapter 29 - Rumor
31 Chapter 30 - Pekerjaan
32 Chapter 31 - Pertemuan
33 Chapter 32 - Jarak
34 Chapter 33 - Dunia Luar
35 Chapter 34 - Smithworks
36 Chapter 35 - Desain
37 Chapter 36 - Permintaan
38 Chapter 37 - Pekerjaan
39 Chapter 38 - Perpustakaan
40 Chapter 39 - Pelajaran
41 Chapter 40 - Sisi Lain
42 Chapter 41 - Kejanggalan
43 Chapter 42 - Quest
44 Chapter 43 - Jejak
45 Chapter 44 - Secercah Harapan
46 Chapter 45 - Bala Bantuan
47 Chapter 46 - Harapan
48 Chapter 47 - Kenyataan
49 Chapter 48 - Api Abadi
50 Chapter 48.5 - Dua Sisi
51 Chapter 49 - Penyesalan
52 Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53 Chapter 51 - Clairvoyance
54 Chapter 52 - Latihan
55 Chapter 53 - Bandit
56 Chapter 54 - Tawaran
57 Chapter 55 - Konsekuensi
58 Chapter 56 - Batas
59 Chapter 57 - Kegelisahan
60 Chapter 58 - Dalang
61 Chapter 59 - Tantangan
62 Chapter 60 - Arcana
63 Chapter 61 - Taruhan
64 Chapter 62 - Hari H
65 Chapter 63 - Duel
66 Chapter 64 - Takdir
67 Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68 Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69 Chapter 67 - Petunjuk
70 Chapter 68 - Harapan Kecil
71 Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72 Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73 Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74 Chapter 72 - Bencana
75 Chapter 73 - Sisa
76 Chapter 74 - Pahlawan
77 Chapter 75 - Hasil Akhir
78 Chapter 76 - Reruntuhan
79 Chapter 77 - Perbatasan
80 Chapter 78 - Kebangkitan
81 Chapter 79 - Reuni
82 Chapter 80 - Latih Tanding
83 Chapter 81 - Awakening
84 Chapter 82 - Kekuatan Baru
85 Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86 Chapter 84 - Tuduhan
87 Chapter 85 - Tekanan
88 Chapter 86 - Rumor
89 Chapter 87 - Tentara Bayaran
90 Chapter 88 - Kesempatan
91 Chapter 89 - Pertandingan
92 Chapter 90 - Dinding
93 Chapter 91 - Ramalan
94 Chapter 92 - Permintaan
95 Chapter 93 - Kedamaian
96 Chapter 94 - Ujian Tulis
97 Chapter 95 - Ujian Praktik
98 Chapter 96 - Quest
99 Chapter 97 - Ekspedisi
100 Chapter 98 - Tubrukan
101 Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102 Chapter 100 - Organisasi Misterius
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2
Chapter 2 - Sisi Gelap
3
Chapter 3 - Neraka
4
Chapter 4 - Permintaan
5
Chapter 5 - Awal Baru
6
Chapter 6 - Teriakan Hati
7
Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8
Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9
Chapter 9 - Ujian
10
Chapter 10 - Pulang
11
Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12
Chapter 12 - Pengajar
13
Chapter 13 - Masalah
14
Chapter 14 - Kekhawatiran
15
Chapter 15 - Arena
16
Chapter 16 - Realita
17
Chapter 17 - Dongeng
18
Chapter 18 - Kehangatan
19
Chapter 19 - Mana Flow
20
Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21
Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22
Chapter 21 - Guild
23
Chapter 22 - Perburuan
24
Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25
Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26
Chapter 25 - Evaluasi
27
Chapter 26 - Alasan
28
Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29
Chapter 28 - Besi dan Kayu
30
Chapter 29 - Rumor
31
Chapter 30 - Pekerjaan
32
Chapter 31 - Pertemuan
33
Chapter 32 - Jarak
34
Chapter 33 - Dunia Luar
35
Chapter 34 - Smithworks
36
Chapter 35 - Desain
37
Chapter 36 - Permintaan
38
Chapter 37 - Pekerjaan
39
Chapter 38 - Perpustakaan
40
Chapter 39 - Pelajaran
41
Chapter 40 - Sisi Lain
42
Chapter 41 - Kejanggalan
43
Chapter 42 - Quest
44
Chapter 43 - Jejak
45
Chapter 44 - Secercah Harapan
46
Chapter 45 - Bala Bantuan
47
Chapter 46 - Harapan
48
Chapter 47 - Kenyataan
49
Chapter 48 - Api Abadi
50
Chapter 48.5 - Dua Sisi
51
Chapter 49 - Penyesalan
52
Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53
Chapter 51 - Clairvoyance
54
Chapter 52 - Latihan
55
Chapter 53 - Bandit
56
Chapter 54 - Tawaran
57
Chapter 55 - Konsekuensi
58
Chapter 56 - Batas
59
Chapter 57 - Kegelisahan
60
Chapter 58 - Dalang
61
Chapter 59 - Tantangan
62
Chapter 60 - Arcana
63
Chapter 61 - Taruhan
64
Chapter 62 - Hari H
65
Chapter 63 - Duel
66
Chapter 64 - Takdir
67
Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68
Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69
Chapter 67 - Petunjuk
70
Chapter 68 - Harapan Kecil
71
Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72
Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73
Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74
Chapter 72 - Bencana
75
Chapter 73 - Sisa
76
Chapter 74 - Pahlawan
77
Chapter 75 - Hasil Akhir
78
Chapter 76 - Reruntuhan
79
Chapter 77 - Perbatasan
80
Chapter 78 - Kebangkitan
81
Chapter 79 - Reuni
82
Chapter 80 - Latih Tanding
83
Chapter 81 - Awakening
84
Chapter 82 - Kekuatan Baru
85
Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86
Chapter 84 - Tuduhan
87
Chapter 85 - Tekanan
88
Chapter 86 - Rumor
89
Chapter 87 - Tentara Bayaran
90
Chapter 88 - Kesempatan
91
Chapter 89 - Pertandingan
92
Chapter 90 - Dinding
93
Chapter 91 - Ramalan
94
Chapter 92 - Permintaan
95
Chapter 93 - Kedamaian
96
Chapter 94 - Ujian Tulis
97
Chapter 95 - Ujian Praktik
98
Chapter 96 - Quest
99
Chapter 97 - Ekspedisi
100
Chapter 98 - Tubrukan
101
Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102
Chapter 100 - Organisasi Misterius

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!