Chapter 16 - Realita

Secara paksa, Carmilla mengambil alih kendali tubuh Lucius. Memaksa Lucius menjadi penonton dari dalam tubuhnya sendiri.

Dengan Carmilla sebagai pengendali tubuhnya, tak ada hal yang berubah sama sekali. Tubuh Lucius tak menjadi kuat, juga tak memiliki Mana yang lebih banyak.

Sama sekali tak ada perbedaan.

Hanya saja, sorot matanya sedikit berubah dimana terdapat semburat kemerahan di pupilnya.

"Perhatikan baik-baik. Di saat menghadapi lawan yang lebih kuat...." ucap Carmilla sambil menggenggam erat pedang satu tangan yang dibawa Lucius sebelumnya.

'Zraaaasshhh!!!'

Carmilla dengan cepat menebaskan pedangnya secara vertikal kebawah. Bersama dengan itu, Ia mengaktifkan sihir air pada tebasan pedang barusan.

'Swuoooosshh!'

Air dengan cepat membelah semburan api itu. Memberikan sedikit ruang bagi Carmilla untuk bernafas. Meskipun, Ia sama sekali tak membutuhkannya.

Karena tangan kirinya saat ini sudah berhasil mengaktifkan sihir lainnya.

'Wuuuusshhh....'

Hembusan udara yang sangat dingin tiba-tiba muncul dari ujung lingkaran sihir di tangan kiri Carmilla. Membekukan tebasan air barusan dengan cepat, dan menciptakan sebuah pilar es panjang yang cukup untuk berlindung dari semburan api Damon.

Dengan santai, Carmilla membalikkan badannya dan bersandar pada pilar es yang tercipta barusan. Sambil memperhatikan jari jemari di tangan kirinya, Ia berkata.

"Terlalu banyak belajar teori akan membuatmu bodoh, Lucius. Perkataan kakek tua di kelas barusan memang benar. Bahwa sihir elemen akan lebih kuat di lingkungannya.

Tapi bagaimana jika sekarang? Tetap akan menahan sihir air karena banyak api yang menguapkannya? Bodoh, yang ada kau akan terpanggang sampai mati."

Tak ada yang bisa melihat tingkahnya di balik semburan api yang besar itu. Jadi Carmilla dapat sedikit bersantai.

Setelah selesai memberikan kelas singkat, Carmilla segera bangkit dari sandarannya. Bagaimanapun, pilar es itu telah mulai meleleh secara perlahan.

"Sekalipun itu menguras Mana milikmu, gunakan elemen yang lebih kuat daripada elemen musuh. Air melemahkan api, dan es menghentikannya. Tapi bagaimana jika api musuh sebesar ini? Mudah saja." lanjut Carmilla.

Dari tangan kirinya, Ia membuat bola air yang cukup besar.

Dengan cepat Carmilla menembakkannya ke udara. Dimana bola air itu berputar dengan cepat, menyemburkan ribuan butiran air yang menyebar ke segala arah setiap detiknya.

'Ctik!'

Sambil menjentikkan jari di tangan kirinya, lingkaran sihir baru berwarna biru muda tercipta tepat di bawah posisi bola air itu. Membuat semua butiran air yang melewatinya berubah menjadi tombak es kecil yang tajam.

'Jleeeb! Jleeebb!!'

Puluhan dari tombak es itu mulai menancap pada tubuh Damon. Memberikannya luka kecil di sekujur tubuhnya.

"Kuuughh! Sialan! Jadi ini asal dari rasa percaya dirimu?!" teriak Damon yang segera menghentikan sihir apinya untuk mulai berlindung.

Damon mengangkat pedang besarnya, menggunakannya layaknya sebuah perisai. Tapi tak semuanya bisa ditangkis dengan baik. Beberapa diantaranya berhasil melewati pedang besar Damon dan mengenai tubuhnya.

Sekalipun tiap tombak es kecil tak begitu mematikan, tapi tusukan dari puluhan tombak es kecil yang mengenainya lama kelamaan akan memberikan luka yang parah.

'Swuooosshh!'

Merasa situasi ini cukup buruk, Damon segera menggunakan sihir api yang membentuk seperti sebuah dinding melengkung. Sedikit melelehkan tombak es kecil yang melesat ke arahnya.

Pada saat itulah, Damon mulai menyadari betapa buruk luka yang dideritanya.

Darah mengalir secara perlahan dari sekujur tubuhnya. Puluhan lubang akibat tombak es yang hanya sebesar seperempat jari kelingking itu membuatnya harus menanggapi luka ini dengan serius.

Bahkan, pedang bajanya mulai retak di beberapa sisi setelah menahan seluruh hujan tombak es itu.

'Sialan! Hanya sihir es kecil! Kenapa?! Kenapa bisa seperti ini?' pikir Damon dalam hatinya sambil terus menggunakan sihir penyembuhan untuk memulihkan luka di tubuhnya.

Sementara itu Carmilla....

Ia berjalan dengan santai mendekat ke arah dinding api Damon. Hanya bermodalkan sihir air sederhana, Carmilla bisa menangkis semua hujan tombak es yang mengarah padanya.

"Lalu perhatikan sihir seperti apa yang mengarah padamu. Contohnya tombak es ini, tak butuh baja tebal untuk berlindung. Cukup dengan sihir air dan angin sudah mampu menghentikannya." jelas Carmilla cukup panjang.

Apa yang dimaksudkan olehnya, adalah sebuah sihir yang saat ini ada di ujung tangan kirinya. Dimana sebuah perisai dari pusaran air yang begitu cepat membelokkan seluruh tombak es yang menuju ke arahnya.

Tak perlu menghentikannya, Carmilla cukup merubah arah lintasan tombak es itu. Dimana semuanya menancap di pasir sekitar tempat dirinya berjalan.

"Dan saat lawan mulai lengah, akhiri dengan sihir yang sederhana tapi pasti." ucap Carmilla singkat sambil menunjuk ke arah tempat Damon bersembunyi menggunakan tangan kanannya.

Sebuah lingkaran sihir biru muda yang seukuran telapak tangan muncul di ujung jari telunjuk tangan kanan Lucius. Menciptakan sebuah tombak es yang sebesar setengah lengannya sendiri.

Ditambah dengan lingkaran hijau muda yang menghembuskan angin yang kuat, membuat tombak es itu meluncur dengan sangat cepat. Menembus tepat di bahu kanan Damon.

...'ZRAAAAASSSHHH!!!'...

"Kuuuuuaaaaghhhh!!!" teriak Damon kesakitan saat tombak es besar itu menghancurkan pedang besi Damon sebelum menembus tepat di bahu kanannya. Bahkan sihir api yang telah diasah oleh Damon selama ini, seakan tak berguna sama sekali.

'Braaaakkk!!!'

Karena luka yang dideritanya, Damon pun tergeletak di tanah. Tak berdaya.

Beberapa tim medis segera berlarian dengan cepat untuk mengobati luka yang diderita Damon.

Sedangkan pertandingan ini sendiri....

"Lucius Nightshade, memenangkan duel ini. Dengan ini, Damon Emberheart dilarang untuk mendekat atau mengganggu Sophia Fairlock." ucap Luna dengan tegas.

..."WUOOOOOOOOOHHH!"...

..."LUAR BIASA, LUCIUS!!!"...

Teriakan dan sorakan para penonton dapat didengar oleh Lucius dengan jelas dari dalam tubuhnya sendiri.

Karena saat ini, Carmilla masih mengendalikannya secara paksa.

Tanpa memberikan balasan berupa lambaian tangan atau apapun, Carmilla segera pergi meninggalkan arena ini.

Membawa kemenangan seperti yang diinginkan oleh Lucius.

...........

"Jadi?" tanya Carmilla singkat menghadap ke sebuah cermin di salah satu toilet itu.

'Maaf....'

Hanya satu kata itu saja yang bisa keluar dari pikiran Lucius. Memangnya apalagi? Setelah berpikir bahwa dirinya lebih kuat dari orang lain lalu menantangnya tanpa berpikir panjang?

"Lain kali, jangan bersikap sok pahlawan seperti itu. Aku akan memaafkan mu kali ini saja. Mengerti?" tanya Carmilla sekali lagi yang masih mengendalikan tubuh Lucius.

'Aku mengerti....'

"Bagus. Sekalipun dengan Stellastra, tubuhmu yang tak terlatih sejak kecil masih kalah jauh jika dibandingkan dengan para bangsawan di akademi ini. Kau harus sadari itu, dan gunakan itu sebagai pengingat untuk terus berlatih.

Sekarang, aku ingin beristirahat. Silakan nikmati kemenangan semu ini sepuas mu." balas Carmilla yang segera mengembalikan tubuh ini pada Lucius.

Meninggalkannya dalam keheningan di toilet ini sendirian. Menatap bayangan dirinya sendiri yang begitu menyedihkan.

'BRAAAAAKK!!!'

"Sialan! Sialan!! Apanya yang tenang saja?! Aku.... Aku bahkan...." teriak Lucius kesal setelah memukul dinding di toilet ini hingga retak.

Ia terdiam disana sendirian untuk beberapa saat, sebelum keluar untuk menemui teman-temannya dari kelas F.

............

Sementara itu....

Di sebuah ruangan yang cukup besar dan mewah, terlihat Luna sedang duduk santai di ujung meja sambil menikmati teh hangat di cangkir putihnya.

'Sluuurrpp....'

"Aah.... Jadi bagaimana menurutmu, Ethan?" tanya Luna penasaran.

Ethan yang masih berdiri di samping ruangan memandangi ke arah luar jendela di lantai 5 bangunan ini, melihat sosok Lucius yang sedang berjalan bersama dengan teman-temannya di halaman akademi yang diterangi banyak lampu sihir itu.

"Biasa saja. Tak ada yang istimewa." balas Ethan singkat.

"Kau benar. Dari mata mu, itu pasti biasa saja kan?"

"Ketua, apa maksudmu dengan itu?"

Luna meletakkan cangkirnya secara perlahan di atas meja itu sebelum berdiri dan berjalan ke arah Ethan.

"Untuk sekilas, aku melihatnya hampir menggunakan sihir kuno. Bahkan aku sendiri tak tahu sihir apa yang ada di tangan kanannya itu. Tapi entah kenapa, dia tiba-tiba merubahnya menjadi sihir api." jelas Luna sambil memandangi sosok Lucius di kejauhan.

Ethan nampak terkejut mendengar hal itu.

"Hah? Sihir kuno yang bahkan ketua tak mengetahuinya? Itu tidak mungkin kan?!" balas Ethan panik.

"Aku tak tahu sihir apa itu. Tapi seharusnya sihir kuno apapun cukup kuat untuk mengalahkan pelajar tingkat C kebawah dengan mudah. Bukankah begitu? Anehnya, kenapa dia tidak jadi menggunakannya?" tanya Luna dengan tatapan yang sedingin es.

Ethan terlihat menghela nafasnya sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Nampaknya kau benar, Ketua. Sosok yang bangkit dari kematian, sudah selayaknya untuk diperhatikan."

"Awasi terus pergerakannya. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, segera laporkan padaku." balas Luna yang segera berjalan meninggalkan ruangan ini.

Tanpa Lucius sadari, dirinya telah diamati bahkan semenjak mulai masuk kembali ke akademi ini. Dan pengawasannya selama duel barusan, membuktikan kecurigaan Dewan Pelajar di Akademi Damacia ini.

Entah apa yang akan menanti Lucius kedepannya, tapi Lucius telah menyadari satu hal yang sangat penting.

Bahwa apapun itu, dia butuh kekuatan yang lebih besar lagi. Bagaimanapun caranya.

Terpopuler

Comments

Abed Nugi

Abed Nugi

good heavy-action untuk chapter ini, banyak scene bagus juga

2023-06-16

0

Abed Nugi

Abed Nugi

bro that was epic

2023-06-16

0

zuyoka

zuyoka

aha ada udanh dibalik bakwan. ya gak aneh sih klu lucius diperhatikan sama petinggi sekolah kek gini...

2023-04-16

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2 Chapter 2 - Sisi Gelap
3 Chapter 3 - Neraka
4 Chapter 4 - Permintaan
5 Chapter 5 - Awal Baru
6 Chapter 6 - Teriakan Hati
7 Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8 Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9 Chapter 9 - Ujian
10 Chapter 10 - Pulang
11 Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12 Chapter 12 - Pengajar
13 Chapter 13 - Masalah
14 Chapter 14 - Kekhawatiran
15 Chapter 15 - Arena
16 Chapter 16 - Realita
17 Chapter 17 - Dongeng
18 Chapter 18 - Kehangatan
19 Chapter 19 - Mana Flow
20 Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21 Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22 Chapter 21 - Guild
23 Chapter 22 - Perburuan
24 Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25 Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26 Chapter 25 - Evaluasi
27 Chapter 26 - Alasan
28 Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29 Chapter 28 - Besi dan Kayu
30 Chapter 29 - Rumor
31 Chapter 30 - Pekerjaan
32 Chapter 31 - Pertemuan
33 Chapter 32 - Jarak
34 Chapter 33 - Dunia Luar
35 Chapter 34 - Smithworks
36 Chapter 35 - Desain
37 Chapter 36 - Permintaan
38 Chapter 37 - Pekerjaan
39 Chapter 38 - Perpustakaan
40 Chapter 39 - Pelajaran
41 Chapter 40 - Sisi Lain
42 Chapter 41 - Kejanggalan
43 Chapter 42 - Quest
44 Chapter 43 - Jejak
45 Chapter 44 - Secercah Harapan
46 Chapter 45 - Bala Bantuan
47 Chapter 46 - Harapan
48 Chapter 47 - Kenyataan
49 Chapter 48 - Api Abadi
50 Chapter 48.5 - Dua Sisi
51 Chapter 49 - Penyesalan
52 Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53 Chapter 51 - Clairvoyance
54 Chapter 52 - Latihan
55 Chapter 53 - Bandit
56 Chapter 54 - Tawaran
57 Chapter 55 - Konsekuensi
58 Chapter 56 - Batas
59 Chapter 57 - Kegelisahan
60 Chapter 58 - Dalang
61 Chapter 59 - Tantangan
62 Chapter 60 - Arcana
63 Chapter 61 - Taruhan
64 Chapter 62 - Hari H
65 Chapter 63 - Duel
66 Chapter 64 - Takdir
67 Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68 Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69 Chapter 67 - Petunjuk
70 Chapter 68 - Harapan Kecil
71 Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72 Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73 Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74 Chapter 72 - Bencana
75 Chapter 73 - Sisa
76 Chapter 74 - Pahlawan
77 Chapter 75 - Hasil Akhir
78 Chapter 76 - Reruntuhan
79 Chapter 77 - Perbatasan
80 Chapter 78 - Kebangkitan
81 Chapter 79 - Reuni
82 Chapter 80 - Latih Tanding
83 Chapter 81 - Awakening
84 Chapter 82 - Kekuatan Baru
85 Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86 Chapter 84 - Tuduhan
87 Chapter 85 - Tekanan
88 Chapter 86 - Rumor
89 Chapter 87 - Tentara Bayaran
90 Chapter 88 - Kesempatan
91 Chapter 89 - Pertandingan
92 Chapter 90 - Dinding
93 Chapter 91 - Ramalan
94 Chapter 92 - Permintaan
95 Chapter 93 - Kedamaian
96 Chapter 94 - Ujian Tulis
97 Chapter 95 - Ujian Praktik
98 Chapter 96 - Quest
99 Chapter 97 - Ekspedisi
100 Chapter 98 - Tubrukan
101 Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102 Chapter 100 - Organisasi Misterius
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Chapter 1 - Kehidupan di Akademi
2
Chapter 2 - Sisi Gelap
3
Chapter 3 - Neraka
4
Chapter 4 - Permintaan
5
Chapter 5 - Awal Baru
6
Chapter 6 - Teriakan Hati
7
Chapter 7 - Kebenaran di balik Kabut
8
Chapter 8 - Pelatihan Iblis
9
Chapter 9 - Ujian
10
Chapter 10 - Pulang
11
Chapter 11 - Kembali ke Akademi
12
Chapter 12 - Pengajar
13
Chapter 13 - Masalah
14
Chapter 14 - Kekhawatiran
15
Chapter 15 - Arena
16
Chapter 16 - Realita
17
Chapter 17 - Dongeng
18
Chapter 18 - Kehangatan
19
Chapter 19 - Mana Flow
20
Chapter 20 - Pelajaran Tambahan
21
Ilustrasi Karakter + Trivia - Bagian 1
22
Chapter 21 - Guild
23
Chapter 22 - Perburuan
24
Chapter 23 - Lepasnya Belenggu
25
Chapter 24 - Kabar yang Tertinggal
26
Chapter 25 - Evaluasi
27
Chapter 26 - Alasan
28
Chapter 27 - Pertemuan tak Terduga
29
Chapter 28 - Besi dan Kayu
30
Chapter 29 - Rumor
31
Chapter 30 - Pekerjaan
32
Chapter 31 - Pertemuan
33
Chapter 32 - Jarak
34
Chapter 33 - Dunia Luar
35
Chapter 34 - Smithworks
36
Chapter 35 - Desain
37
Chapter 36 - Permintaan
38
Chapter 37 - Pekerjaan
39
Chapter 38 - Perpustakaan
40
Chapter 39 - Pelajaran
41
Chapter 40 - Sisi Lain
42
Chapter 41 - Kejanggalan
43
Chapter 42 - Quest
44
Chapter 43 - Jejak
45
Chapter 44 - Secercah Harapan
46
Chapter 45 - Bala Bantuan
47
Chapter 46 - Harapan
48
Chapter 47 - Kenyataan
49
Chapter 48 - Api Abadi
50
Chapter 48.5 - Dua Sisi
51
Chapter 49 - Penyesalan
52
Chapter 50 - Kembali ke Akademi
53
Chapter 51 - Clairvoyance
54
Chapter 52 - Latihan
55
Chapter 53 - Bandit
56
Chapter 54 - Tawaran
57
Chapter 55 - Konsekuensi
58
Chapter 56 - Batas
59
Chapter 57 - Kegelisahan
60
Chapter 58 - Dalang
61
Chapter 59 - Tantangan
62
Chapter 60 - Arcana
63
Chapter 61 - Taruhan
64
Chapter 62 - Hari H
65
Chapter 63 - Duel
66
Chapter 64 - Takdir
67
Chapter 65 - Tanah yang tak Dikenal
68
Chapter 66 - Perbedaan Kekuatan
69
Chapter 67 - Petunjuk
70
Chapter 68 - Harapan Kecil
71
Chapter 69 - Buah dari Kerja Keras
72
Chapter 70 - Waktu yang Berlalu
73
Chapter 71 - Iblis tak Sempurna
74
Chapter 72 - Bencana
75
Chapter 73 - Sisa
76
Chapter 74 - Pahlawan
77
Chapter 75 - Hasil Akhir
78
Chapter 76 - Reruntuhan
79
Chapter 77 - Perbatasan
80
Chapter 78 - Kebangkitan
81
Chapter 79 - Reuni
82
Chapter 80 - Latih Tanding
83
Chapter 81 - Awakening
84
Chapter 82 - Kekuatan Baru
85
Chapter 83 - Kembali ke Akademi
86
Chapter 84 - Tuduhan
87
Chapter 85 - Tekanan
88
Chapter 86 - Rumor
89
Chapter 87 - Tentara Bayaran
90
Chapter 88 - Kesempatan
91
Chapter 89 - Pertandingan
92
Chapter 90 - Dinding
93
Chapter 91 - Ramalan
94
Chapter 92 - Permintaan
95
Chapter 93 - Kedamaian
96
Chapter 94 - Ujian Tulis
97
Chapter 95 - Ujian Praktik
98
Chapter 96 - Quest
99
Chapter 97 - Ekspedisi
100
Chapter 98 - Tubrukan
101
Chapter 99 - Keseimbangan Dunia
102
Chapter 100 - Organisasi Misterius

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!