"Tuan Jean sepertinya sudah tidak menginginkan istri cantik yang berada di rumah. Sampai-sampai seorang gadis lugu pun mampu di beli dengan harga yang mahal!" sindir pria tersebut.
Naila yang melihat pria tersebut sedikit terkejut sekaligus lega.
'Angkasa? apa itu benar Angkasa? pakaiannya rapi sekali,' batin Naila terpesona dengan penampilan Angkasa.
"Ma-maksud Tuan Yuda apa? saya mana mungkin tidak menginginkan istri saya kembali," ucap pria tua yang bernama Jean.
"Lalu? kenapa masih menyewa gadis lain? bahkan suara teriakan gadis ini sampai terdengar loh ribuan kilometer saking tidak ingin berhubungan dengan Anda!" pria yang bernama Yuda itu kembali menyindir Jean.
"Ti-tidak Tuan Yuda! Anda hanya salah paham. Sekarang juga saya lepaskan wanita ini, tapi kerjasama kontrak kita saya harap dapat di perpanjang kembali," ucap Jean dengan wajah panik.
"Jangan harap! saat ini juga kontrak kerjasama kita selesai. Saya akan membayar denda ke rekening Anda," ucap Yuda.
Yuda menghampiri Naila yang duduk di ranjang lalu menggendongnya keluar di ikuti oleh para pengawalnya.
'Pria ini wajahnya mirip seperti Angkasa meskipun memakai topeng, tetapi kenapa pria itu memanggilnya Yuda ya?' batin Naila sambil memandang wajah pria yang menggendongnya itu.
"Kamu kenapa menatap saya? apa tidak pernah melihat pria tampan?" tanya Yuda yang membuat Naila malu.
Naila minta agar di turunkan oleh Yuda setelah sadar dari lamunannya. Tak lupa juga dia mengucapkan terimakasih kepada Yuda atas bantuannya.
"Dasar wanita! langsung pergi saja tanpa memberi kompensasi, apa aku se-menakutkan itu?" gumam Yuda sendirian.
Di sisi lain, Erni sudah menginformasikan kepada Peter atas menghilangnya Naila. Erni menemukan handphone Naila di depan pintu toilet, dia mencurigai bahwa Naila telah di culik oleh seseorang.
Saat itu juga, Peter datang menemui Erni ke mall-nya. Sampai di sana Peter menuju ke petugas toko untuk membiarkan dia melihat cctv.
"Maaf Pak, CCTV-nya sedang rusak! belum di perbaiki jadi tidak bisa di tayangkan!" ucap Peter.
Seketika Peter menjadi sangat marah, bagaimana mungkin mereka lalai dalam hal keamanan. Terlebih lagi mall yang di milikinya cukup terkenal.
Peter tidak tahu harus mencari putri semata wayangnya kemana, air matanya sudah bercucuran. Erni berusaha menenangkan Peter dan berharap Naila baik-baik saja.
"Siapkan para pengawal dan suruh mereka menyebar mencari informasi tentang putri saya. Jika ada orang yang mencurigakan segera lapor!" ucap Peter di telepon kepada anak buahnya.
Sementara Peter duduk di mobil, dia memiliki penyakit jantung sehingga jika di picu dengan hal-hal yang sangat mengejutkan dia akan merasa sakit pada dadanya. Erni yang berada di samping Peter menyuruh sopirnya Peter mencarikan air minum sesegera mungkin.
Erni membantu Peter minum seteguk demi seteguk agar rasa sakit yang di rasakan Peter lebih mendingan.
"Terimakasih Erni!" ucap Peter.
Peter merogoh saku celananya, mengambil handphone dan mengecek beberapa kali pesan yang masuk. Namun anak buahnya belum memiliki informasi yang di kirimkan. Peter kembali risau dan dadanya menjadi semakin sakit, Erni dengan sigap memberikan air minum kepada Peter.
"Tuan jangan terlalu di pikirkan! Naila pasti tidak ada masalah, kita berdoa bersama-sama ya!" ucap Erni menenangkan Peter.
Beberapa jam menunggu sambil meneguk air putih, Peter akhirnya menerima kabar kalau Naila telah di temukan dengan keadaan selamat. Peter kembali lega dan langsung meluncur ke rumah bersama Erni.
"Syukurlah Naila tidak kenapa-kenapa Tuan," ucap Erni kepada Peter.
"Kamu benar Erni! jika terjadi apa-apa dengan putri saya satu-satunya, saya tidak tahu harus berbuat apa!" kata Peter.
Sesampainya di rumah, Peter melihat Naila duduk di sofa dengan raut wajah yang sedikit ketakutan. Naila masih belum melupakan kejadian tadi yang mengerikan itu.
"Kamu tidak apa-apa kan Naila?" tanya Peter yang langsung berlari ke arah Naila dan memeluknya.
"Ayah aku takut sekali!" ucap Naila kepada Peter.
Naila memeluk Ayahnya dengan erat, seperti waktu kecil saat merasa ketakutan dia langsung memeluk Ayahnya.
"Jangan takut Ayah ada di sini. Maaf Ayah tidak bisa menjaga kamu dengan baik Naila," kata Peter yang merasa bersalah.
Melihat suasana haru itu, Erni hanya bisa berdiri dengan jarak yang sedikit jauh dari Peter dan Naila.
"Sebenarnya apa yang terjadi Naila?" tanya Peter setelah Naila melepas pelukannya.
"Aku tadi keluar dari toilet Ayah, tiba-tiba seseorang memberikan aku obat bius dan akhirnya tak sadarkan diri!" ucap Naila.
"Dan setelah itu, Naila tiba-tiba sudah berada di kamar hotel bersama pria tua. Naila hampir di perk0sa oleh pria itu, dan syukurnya seorang pria datang menyelamatkan Naila!" jelas Naila.
Erni langsung menghampiri sahabatnya dan bertanya ,"Apa kamu tahu siapa pria tua itu?".
"Dari percakapan mereka sepertinya pria tua itu bernama Tuan Jean. Dan pria muda yang menyelamatkan aku Tuan Yuda!" sahut Naila.
Erni tercengang mendengar kedua nama tersebut, nama tersebut seperti tak asing untuk dia dengar. Erni mencoba mengingat-ingat kedua nama itu.
"Tuan Yuda? bukankah itu pria muda yang masih kuliah? dia sukses menjalankan bisnisnya dan menjadi pria terkaya saat berusia 16 tahun. Dia sangat hebat, tetapi jarang sekali orang dapat mengetahui wajahnya karena dia menggunakan topeng yang selalu menutupi wajahnya!" kata Peter.
"Tapi wajahnya mirip sekali dengan temanku. Erni kamu tahu Angkasa kan? pria itu sama persis dengan Angkasa namun pria itu lebih rapi dan juga lebih dingin di bandingkan dengan Angkasa!"
"Erni kenapa diam saja? apa kamu memikirkan sesuatu?" tanya Peter yang melihat Erni tak menanggapi jawaban putrinya.
"Maaf Tuan, saya sepertinya tahu Tuan jean itu. Kalau tidak salah dia salah satu klien kita yang masih memiliki kerjasama kontrak 2 bulan!" kata Erni.
Peter yang mendengar hal itu sangat terkejut. Bagaimana mungkin dia lupa dengan orangnya sendiri. Bahkan orangnya sendiri berani menyakiti putrinya, kali ini Peter tidak akan memberikan ampun kepada pria tua itu.
"Apa kamu tahu nomor telepon pria itu?" tanya Peter kepada Erni.
"Kebetulan saya selalu save nomor client Pak!"
Erni dengan segera memberikan nomor telepon Jean kepada Peter. Sedangkan Naila hanya tersenyum menatap keduanya, dia merasa Erni lebih pantas menjadi asisten ayahnya daripada seorang admin.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Peter yang menyadari tingkah putrinya.
"Kalian berdua sangat serius," sahut Naila.
Erni menjadi malu karena omongan Naila, dia merasa sok sibuk di depan sahabatnya itu.
"Ini semua karena kamu bikin orang panik, dada Ayah sampai sakit. Untung saja Erni bantu Ayah menenangkan diri!" kata Peter.
"Sepertinya Erni lebih cocok menjadi asisten Ayah deh," kata Naila mengejek ayahnya yang tak bisa menjaga dirinya sendiri.
"Mana ada, aku sama sekali tidak pantas menjadi asisten!" sahut Erni.
"Kalau soal pantas sih pantas saja kamu menjadi asisten saya. Tapi menjadi asisten memerlukan waktu 24 jam sedangkan kamu masih kuliah. Rencananya kalau kamu mau, lulus kuliah kamu menjadi asisten saya saja!" undang Peter.
Peter merasa Erni cukup kompeten untuk melakukan tugas-tugasnya. Dia sangat teliti saat bekerja hal sekecil apapun sangat di perhatikan oleh Erni. Itu yang membuat Erni lebih unggul daripada karyawan lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
IndraAsya
lanjut 💪😘
2023-04-14
2