Episode 11

Di depan gerbang kampus, terlihat seorang pria yang tak asing bagi Naila berdiri di sana.

Ketika Naila melihat wajah pria tersebut, pria yang ada di depan gerbang itu juga melihat ke arahnya.

"Naila!" teriak pria tersebut melambaikan tangannya ke arah Naila.

"Siapa itu Nai? kenapa dia bisa kenal sama kamu?" tanya Erni.

"Aku juga tidak tahu Nai, tapi rasanya aku pernah bertemu dengan dia!" sahut Naila.

Naila dan Erni menghampiri pria yang melambaikan tangannya ke arah Naila.

"Naila, kamu masih ingat sama aku gak?" tanya pria tersebut.

"Maaf, Kamu siapa ya?" tanya Naila.

"Aku kakaknya Safira Naila, namaku Hendra!" ucap pria tersebut.

Naila baru ingat setelah Hendra memperkenalkan dirinya kembali. Naila pernah melihat Hendra di handphone Safira. Naila tahu kalau Safira sangat menyayangi pria yang ada di depannya saat ini.

"Ada apa Kak Hendra mencari ku?" tanya Naila tanpa basa-basi kembali.

"Kamu lihat Safira datang ke kampus gak tadi? soalnya dia kabur dari rumah. Handphonenya tidak bisa di hubungi," tanya Hendra dengan perasaan yang penuh harap.

Hendra berharap Naila tahu keberadaan adiknya karena dia sangat mengkhawatirkannya.

"Maaf Kak, aku kurang tahu dan aku tidak melihatnya tadi. Mungkin dia bersama dengan Fernando karena kebetulan sekarang Fernando tidak hadir!" ucap Naila.

"Fernando? setahu Kakak itu pacar kamu, kenapa Safira bisa ada sama dia?" tanya Hendra bingung.

Hendra tidak tahu masalah persahabatan Naila dan Safira telah hancur. Dan penyebabnya adalah sahabat dan pacarnya ternyata memiliki hubungan yang romantis di belakangnya, bahkan merencanakan niat jahat.

"Kakak gak tahu kalau adik Kakak telah merebut Fernando dari Naila?" celetuk Erni.

Naila dengan segera menutup mulut Erni yang berbicara tanpa rem.

"Udah sih Nai, biarin aja. Biar Kakaknya tahu kelakuan adiknya di kampus," ucap Erni setelah berhasil membuka tangan Naila yang menutup mulutnya.

"Safira tidak mungkin seperti itu. Safira anaknya baik, dia bahkan tidak pernah marah kepada ayah meskipun dia di pukuli berkali-kali," ucap Hendra yang tak percaya dengan apa yang di katakan oleh Erni.

"Kakak coba cek saja keberadaan adik Kakak, aku kirim alamat tempat tinggalnya Fernando di WA Kakak saja!" ucap Naila.

Hendra memberikan nomor WA nya kepada Naila, setelah Naila mencatatnya Naila mengirim pesan berupa sebuah alamat yang jaraknya tidak jauh dari kampus sekolah.

"Kalau tidak ada hal lain lagi kami pergi dulu ya Kak!" ucap Naila.

Naila pergi meninggalkan Hendra di depan gerbang.

"Nai, apa benar Safira menjadi anak polos di rumahnya? sampai-sampai kakaknya sendiri tidak tahu perilaku adiknya," tanya Erni setelah jaraknya sudah jauh dari Hendra.

"Ayahnya sangat pemarah, dia bekerja di perusahaan ayahku tetapi melakukan korupsi. Alhasil di pecat oleh ayahku kemarin, dan mungkin dia melampiaskan kepada Safira," sahut Naila dengan santai.

"Kenapa bisa sekejam itu? apa Safira bukan anak kandungnya?" tanya Erni.

"Husstt! jangan bicara seperti itu. Safira mungkin anak kandungnya tetapi di mata ayah yang gila kekayaan dan kekuasaan Safira hanyalah anak yang tidak berguna!"

"Itu sebabnya Safira di perlakukan seperti itu?" tanya Erni kembali.

Naila menganggukkan kepalanya, dia justru merasa miris melihat kondisi Safira saat ini. Jika Naila masih menjadi orang lugu seperti kehidupan sebelumnya mungkin saat ini Safira telah menjadi ratu karena berhasil mendapat dokumen.

Namun Naila tidak akan membiarkan hal itu terjadi kembali, mengingat ayahnya bangkrut dan di jadikan budak oleh musuh-musuhnya membuat hati Naila sakit.

'Safira kamu sudah berusaha keras namun ayahmu tidak pernah melihat usahamu. dia hanya melihat hasil saja, aku harap kamu segera sadar!' batin Naila.

Sedangkan di tempat lain, terlihat Safira dan Fernando yang sedang berdiam diri tanpa berbicara sepatah katapun. Mereka masih merasa canggung untuk memulai topik pembicaraan.

"Sampai kapan kita berdiam seperti ini?" tanya Fernando yang sudah tidak tahan dengan suasana sepi seperti itu.

"Fernando, kamu pernah gak di pukuli sama ayah kamu?" tanya Safira secara tiba-tiba.

"Selama ini kedua orang tua ku sangat sayang kepadaku. Satu pukulan belum aku terima dari tangan mereka," sahut Fernando.

Safira tersenyum masam setelah mendengar jawaban Fernando yang membuat pria yang duduk di sampingnya itu menjadi bingung.

"Kapan aku memiliki orang tua yang seperti itu? kenapa aku tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ayah ataupun Ibu? kapan aku bisa hidup seperti Naila di kelilingi kekayaan dan kebahagiaan meskipun tanpa seorang Ibu?" racau Safira.

Tanpa di sadarinya pipinya telah di basahi oleh air matanya. Di usap secata perlahan oleh Fernando menggunakan tangannya.

Fernando menyandarkan kepalanya Safira di bahunya, dia tidak pernah tahu kehidupan keluarga Safira sebelumnya.

"Apa kamu ada masalah dengan keluargamu? kenapa kamu pergi dari rumah tanpa sepengetahuan mereka?" tanya Fernando sambil mengelus kepala Safira.

"Aku sudah tidak tahan dengan rumah itu. Rumah itu seperti neraka bagiku, tempat yang di katakan membawa kenyamanan bagi semua orang tapi tidak untukku. Aku menerima penyiksaan saat tinggal di rumah itu dan tidak pernah ada rasa bahagia sama sekali," ucap Safira di iringi dengan tangisan yang kencang.

"Aku yang merupakan anak kandung namun di perlakukan seperti anak tiri. Orang bilang anak terakhir akan menjadi kesayangan kedua orang tuanya namun ternyata itu semua bohong. Justru aku selalu mendapat perbandingan dari kedua kakakku, aku yang anak terakhir ini tidak pernah menjadi anak yang berguna," lanjut Safira yang masih di iringi tangisan.

Fernando diam tak berkata apapun, dia membiarkan Safira untuk mengeluarkan seluruh amarahnya hingga dia merasa tenang.

Setelah mendengar perkataan-perkataan Safira, Fernando menjadi merasa Iba dengan kehidupan mantan kekasihnya. Bagaimana mungkin Safira tidak pernah menceritakan semua masalahnya kepadanya. Fernando menyesali ketidaktahuannya selama ini dan membiarkan Safira menanggung bebannya sendirian.

"Fernando, kenapa tidak ada orang yang sayang denganku? kenapa hanya aku yang mendapat penderitaan ini?" tanya Safira kepada Fernando.

"Safira kamu salah besar.Aku sangat menyayangimu, di dunia ini masih ada orang lain yang sayang terhadapmu," ucap Fernando.

Safira mendongakkan kepalanya ,"benarkah?" tanya Safira.

Fernando mengangguk sebagai jawaban untuk Safira.

"Kenapa kamu sangat sayang terhadapku? padahal aku sudah menyakiti hatimu berulangkali bahkan memanfaatkan cintamu demi sebuah dokumen,"

"Aku baru tahu kalau kamu memanfaatkan ku tapi salahkan aku yang terlalu mencintaimu!" ucap Fernando.

Safira terdiam, tangisannya telah berhenti. Fernando dan Safira saling menatap satu sama lain, Fernando secara tiba-tiba menci*m bibir Safira.

Namun tak di sangka Safira tak menolak justru Safira membalas ci*man tersebut. Mereka pun tidak melanjutkan aktivitas yang tidak bisa di ceritakan.

Menikmati percintaan tersebut dengan senang hingga rasa lelah muncul dan membuatnya mengantuk ketiduran.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!