Malam hari di rumah Naila...
"Yah, aku boleh minta waktunya sebentar gak?" tanya Naila kepada pria yang sedang duduk di meja kerjanya.
Pria tersebut menoleh ke arah Naila dengan wajah yang di ukir dengan senyum ikhlas.
"Ada apa sayang?" tanyanya menghampiri Naila.
"Yah, aku ingin bahas pekerjaan sama Ayah!" ucap Naila.
"Ya sudah kita duduk dulu agar enak bicaranya!" kata Peter.
Setelah mereka duduk, Naila yang masih gugup menenangkan dirinya untuk kembali berbicara dengan ayahnya.
"Ayah, kira-kira ada tidak pekerjaan di perusahaan Ayah yang menerima mahasiswa yang sedang kuliah?" tanya Naila setelah memberanikan dirinya untuk berbicara kepada Peter.
Peter mengingat sejenak apakah dia membutuhkan karyawan atau tidaknya.
"Ada sih satu, kamu mau bekerja di perusahaan Ayah?" tanya Peter.
"Tidak ayah, aku punya teman yang kepepet dengan uang untuk biaya sekolah adiknya. Perekonomian keluarganya juga sedang sulit, dia bahkan sudah bekerja part time namun mengandalkan gajinya tidak cukup untuk membiayai itu semua!" ujar Naila.
Peter terkejut mendengar perkataan Naila. Putri semata wayangnya yang biasanya tidak pernah peduli dengan orang lain sekarang justru sangat peduli.
"Kalau begitu suruh saja datang ke tempat ayah bekerja tanpa lamaran langsung datang bekerja!" kata Peter sambil tersenyum.
"Benarkah? tapi Ayah dia mungkin bisa datang ke perusahaan satu minggu 4 kali, bisa tidak?" tanya Naila lagi.
Peter mengernyitkan keningnya, karena dia merekrut Karyawan untuk datang setiap harinya.
"Kenapa bisa seperti itu?" tanya Peter.
"Aku juga berencana untuk menjadikan dia guru les aku, lagipula dia pintar di kelas mungkin kecerdasannya bisa menghasilkan uang dari aku!" kata Naila menjawab jujur.
"Kalau niat kamu membantu keuangannya kenapa kamu tidak langsung beri saja uangnya? kenapa memberinya pekerjaan?"
Naila menghembuskan nafasnya secara kasar, lalu menjawab "Aku niatnya seperti itu tapi itu mungkin akan berakhir dalam jangka pendek lagipula temanku tidak ingin merepotkan orang lain!"
"Lagipula untuk memperdalam pengetahuannya juga dan pengalaman kerja sebelum lulus kuliah Yah siapa tahu setelah bekerja di perusahaan Ayah dia mendapat pengalaman yang sangat baik!" lanjutnya kemudian.
"Kalau seperti itu lebih baik temanmu itu bekerja setiap hari di perusahaan Ayah, diam-diam Ayah memberikan gaji yang lebih tinggi sedikit. Daripada dia menjadi guru les mungkin dia akan memiliki banyak beban," kata Peter memberikan solusi kepada anak gadisnya itu.
Naila berfikir sejenak, dia merasa apa yang di katakan oleh Ayahnya ada benarnya.
"Tapi Ayah dia membutuhkan uangnya secepat mungkin, jika menunggu gajian itu akan lama!" ucap Naila yang menemukan masalah baru lagi.
"Kan kamu bisa pinjamkan dia uang terlebih dahulu, kamu beri waktu berapa bulan untuk mengembalikan uang yang dia pinjam kepada kamu!"
Lagi-lagi Naila merasa solusi yang di berikan oleh Peter cukup baik. Naila pun setuju untuk melakukan hal tersebut.
"Masalah teman mu sudah selesai, lalu kapan kamu akan memulai kehidupan yang mandiri seperti yang kamu bilang tempo lalu?" tanya Peter.
"Aku belum tahu Ayah, apa aku bekerja di perusahaan Ayah saja ya?" Naila meminta pendapat Peter kembali.
Bagaimanapun juga Naila hanya bisa bercerita dengan Ayahnya dan orang yang akan dia susahi adalah Ayahnya sendiri.
"Kamu masih labil, sedikit-sedikit berkata penuh tekad lalu esoknya hari kamu merubah perkataanmu. Naila ini memang sulit untuk kamu yang selalu di manjakan oleh Ayah tapi kamu harus bisa mengambil keputusan sendiri. Jangan semuanya Ayah yang putuskan karena kedepannya kamu yang akan menjalani hidupmu sendiri!" kata Peter menasehati putrinya yang belum berani mengambil keputusan.
Naila terdiam, dia bingung apa yang harus dia lakukan.
'Benar kata Ayah, untuk menjadi lebih kuat aku harus bisa melakukan semuanya sendiri. Di kehidupan ini aku tidak boleh terlalu manja dengan Ayah lagi apalagi ketergantungan dengan orang lain. Aku harus bergerak secepatnya,' batin Naila.
"Kamu putuskan sendiri kalau mau bekerja di perusahaan Ayah silahkan tapi kamu harus kebal telinga untuk mendengar gosip di perusahaan Ayah. Ayah tidak akan membantu kamu menyelesaikan masalah kecil itu, kamu selesaikanlah sendiri dengan kemampuanmu!" ucap Peter.
Peter kembali ke meja kerjanya, dia melanjutkan pekerjaan dan membiarkan putrinya untuk berfikir tindakan yang akan di ambil selanjutnya.
"Ayah aku tidur dulu ya, nanti aku kabari kalau aku sudah mendapat keputusan!" ucap Naila.
Naila pergi meninggalkan Peter di ruang kerjanya. Sesampainya di kamar, Naila membaringkan badannya di kasur yang empuk itu.
Pikirannya jauh di luar sana, memikirkan bagaimana caranya agar dia terlatih untuk menjadi wanita yang kuat seperti Erni.
"Apa aku cari saja ya di sosmed lowongan pekerjaan?" tanya Naila pada dirinya sendiri.
Baru saja mengambil handphonenya, Naila sudah mengurungkan niatnya. Naila tidak mau bekerja di luaran sana, dia ingin lebih fokus untuk pantas masuk ke perusahaan Ayahnya.
"Benar kata Ayah, aku masih labil. Beberapa detik yang lalu adalah buktinya," ucap Naila menyadari sifatnya sendiri.
Naila menggosok beberapa kali wajahnya ek atas dan ke bawah. Dia sangat bingung, apakah dia sudah yakin untuk datang ke perusahaan Ayahnya atau tidak?.
"Besok saja di pikirin lagi. Mungkin pikiranku sudah lelah setelah seharian berfikir," ucap Naila pada dirinya sendiri.
Di sisi lain, Erni memberikan informasi kepada Ayah dan Ibunya. Dia meminta pendapat dengan pekerjaan yang di berikan oleh Naila.
"Ibu sih setuju saja, asal jangan memberatkan mereka. Maksud Ibu jangan mentang-mentang kamu temenan sama anak Bos kamu menjadi lupa tanggung jawab," kata Ibunya Erni memberikan nasehat kepada anaknya.
"Bagaimana dengan Bapak? apa Bapak setuju kalau aku resign saja dari pekerjaan lama dan mengambil pekerjaan yang di tawarkan oleh temanku?" Erni kembali meminta pendapat ayahnya.
"Bapak setuju saja, tapi kamu lebih baik mengambil satu pekerjaan saja agar tidak pusing. Kamu sudah membantu kami saja sudah bagus, dan itu cukup membebani hati kami karena kami ikut serta untuk mencari biaya sekolah adik kamu!"
Erni seketika menjadi terharu dengan ucapan Ayahnya. Setidaknya dia masih bisa bersemangat karena usahanya sangat di hargai oleh keluarganya.
"Tidak apa Pak, selama itu bisa membantu aku pasti bantu. Dan aku janji aku bisa mengatur jadwal!" ucap Erni penuh semangat.
"Kakak, Ibu, Bapak! Reno minta maaf ya karena Reno kalian menjadi susah mencari uang di luaran sana!" ucap adiknya Erni yang merasa bersalah.
"Tidak Reno, kamu tidak bersalah! seharusnya kami yang meminta maaf jika saja kami mampu membayarnya dengan cepat kamu tidak akan mendapat malu karena sering di panggil ke ruang guru untuk melunasi pakaianmu!" ucap ayahnya.
Dalam percakapan yang serius, Erni menerima sebuah pesan dari Naila. Dengan senang Erni membalas pesan tersebut dengan ucapan terimakasih.
"Ada apa Erni, kenapa wajahmu terlihat senang seperti itu?" tanya ibunya yang ikut memancarkan wajah senang melihat putrinya.
"Bu, Pak! Erni bisa bekerja di perusahaan ayahnya Naila mulai besok. Dan juga Erni tidak perlu menjadi guru les untuk Naila, gajinya juga lumayan besar Pak!" ucap Erni dengan perasaan senangnya.
Mendengar hal itu orang tuanya Erni dan adiknya mengucap syukur. Mereka sangat berterimakasih kepada Tuhan karena masih memberikan jalan keluarnya.
"Kalau begitu kamu semangat kerja ya besok, dan sekarang istirahatlah kalian berdua!" ucap Ibunya.
"Iya Bu! Doain Erni supaya bisa bekerja dengan baik di sana ya!" kata Erni dengan semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Sartini Dimitri Mah
naila tidak belajar dari kejadian sama safira, Masih aja terlalu baik sama temen, untung saja erni Dan keluarga buka orang yang tamak kaya bapaknya safira
2023-04-27
1