Di kantin kampus, Naila sedang makan bersama Erni. Erni yang iseng membuka handphone dan menemukan postingan dari pria misterius.
"Eh, eh Nai. Kamu coba deh lihat postingan si pria misterius!" ucap Erni dengan ekspresi terkejut.
"Siapa itu?" tanya Naila yang memang tidak pernah mengikuti hal-hal yang viral di kehidupan yang lalu.
"Masa kamu gak tahu sih? itu loh pria misterius yang viral di kampus karena karya lukisannya yang sangat bagus. Katanya dia dari kelas Seni tapi sampai saat ini masih belum di ketahui orangnya," jelas Erni.
"Ah itu tidak penting lagi, coba kamu lihat berita ini deh!" kata Erni sambil memberikan handphonenya.
Setelah membaca Naila juga merasa kaget dan penasaran siapa pria misterius yang di katakan itu.
"Kenapa dia seperti membela ku ya?" gumam Naila bingung.
"Aku juga mikir gitu. Apa dia suka ya sama kamu?" tanya Erni balik.
"Gak mungkin lah, mana mungkin orang sehebat itu suka sama aku. Kamu ada-ada saja!" ucap Naila malu.
"Siapa tahu saja kan. Lagipula dia lebih baik daripada si Angkasa. Seharusnya dia yang klarifikasi tapi ini justru orang lain membantunya klarifikasi, dasar pria tidak tahu malu!" Erni menggerutu hingga membuat Naila tertawa kecil di depannya.
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Erni dengan ekspresi bingung menatap ke arah Naila.
"Gak ada apa-apa. Udah lanjut makan," ucap Naila.
Naila masih kepikiran dengan pembicaraan yang di bicarakan dengan ayahnya kemarin saat makan siang. Naila berharap ayahnya dengan segera memiliki bukti untuk memecat seseorang yang baginya berbahaya untuk perusahaan ayahnya.
"Naila, kita bisa ngobrol sebentar gak?"
Tiba-tiba seorang pria yang tak asing datang ke meja makan Naila. Tentu saja Naila menolak ajakan pria tersebut karena dia adalah mantan kekasih yang sangat kejam di kehidupannya yang lalu.
"Sebentar saja Naila," pinta pria tersebut.
Naila melirik ke arah Erni, dia tidak enak hati untuk meninggalkannya sendirian. Erni yang mengerti tatapan Naila membiarkan mereka untuk pergi berbicara.
"Kamu langsung ke kelas saja nanti ya!" ucap Naila sebelum pergi dengan Fernando.
Setelah mengatakan hal tersebut Naila pergi di ikuti oleh Fernando. Naila mencari tempat yang sepi agar tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.
"Mau ngomong apa, langsung saja!" ucap Naila dengan nada cuek.
"Naila, kita balikan ya! Aku gak bisa lupain kamu!" ucap Fernando.
"Gak bisa lupain aku atau karena dokumen yang kamu minta belum aku kasih?" tanya Naila dengan serangan yang bisa secara langsung mematikan musuh.
Namun Fernando memiliki banyak alasan untuk berbohong dan berkata-kata manis terhadap Naila. Dia tidak ingin Safira marah terhadapnya.
"Bukan Naila, aku beneran sayang sama kamu!" ucap Fernando.
"Basi. Kalau gak ada hal lain aku pergi!" kata Naila langsung melangkahkan kakinya.
Baru saja melangkahkan kakinya Fernando sudah menangkap tangannya Naila yang membuat Naila berhenti dan membalikkan badannya ke arah Fernando.
"Lepasin!" ucap Naila dengan tatapan yang tajam.
Namun Fernando tak melepaskannya justru dia menarik tangannya hingga badannya Naila mendekat dengan dirinya.
Naila hendak mendorong namun Fernando lebih cepat untuk mendorongnya ke dinding dan menekan tangannya ke atas.
"Apa yang kamu lakukan Fernando?" ucap Naila ketakutan.
Di kehidupan yang lalu semasa mereka pacaran Fernando tidak berani bertindak seperti ini. Hal ini juga membuat Naila bingung karena alur ceritanya semakin tidak sesuai dengan kehidupannya yang lalu.
"Seorang pria dengan seorang wanita berdekatan seperti ini apa lagi yang ingin aku lakukan?" ucap Fernando dengan senyuman yang menakutkan.
"Kami g*la Fernando! lepasin aku atau aku akan berteriak!" ancam Naila dengan ekspresi wajah ketakutan.
"Kalau kamu teriak aku bisa menutup mulutmu dengan mulutku. Apa kamu mau di permalukan olehku?"
"B*jingan kamu Fernando. seharusnya aku tidak pernah menjalin hubungan apapun denganmu!" kata Naila.
"Percuma kamu menyesal! ini semua salahmu, kemunculan mu membuat aku tidak bisa memiliki Safira tanpa syarat. Bahkan aku rela pacaran dan bermesraan denganmu selama berbulan-bulan!" kata Fernando yang tetap menahan tangan Naila di dinding.
"Sadar Fernando! kamu cuma di manfaatin sama dia! setelah kamu mendapat dokumennya kamu pasti akan di buang!" kata Naila mengingatkan Fernando yang semakin menjadi-jadi.
"Tidak! Safira tidak akan seperti itu. Dia sangat mencintaiku!" kata Fernando yang tidak percaya dengan apa yang Naila katakan.
"Kamu berikan dokumen itu kalau kamu tidak ingin ternoda!" kata Fernando.
Tangannya mulai menggerayangi tubuh Naila yang membuat Naila semakin ketakutan dan berujung tangisan kecil.
"Fernando lepasin aku. Kamu harus tahu Safira hanya manfaatin kamu!" kata Naila mencoba kembali mengingatkan Fernando.
Namun itu sama sekali tidak akan mempan, itu hanya membuat Fernando semakin marah karena dia sangat mencintai Safira.
Ketika Fernando ingin mendekati wajahnya ke Naila, tiba-tiba seorang pria menarik bahunya dari belakang dan langsung menghajar wajahnya.
"Aahhhhh!" Naila berteriak dengan keras saat melihat perkelahian itu.
Beberapa mahasiswa yang mendengar teriakan Naila langsung mendatangi lokasi tersebut. Erni juga datang saat dia mendengar teriakan yang tak jauh dari kelas mereka.
Erni menghampiri Naila yang telah merasa ketakutan sedari tadi.
"Apa yang terjadi Nai? kenapa Angkasa dan Fernando bertengkar?" tanya Erni.
Namun Naila tak menjawab dia hanya menggelengkan kepalanya. Mahasiswa lain melerai perkelahian tersebut dan menenangkan mereka.
"Angkasa kamu tidak apa-apa?" tanya Vania yang juga berada di sana.
Vania tampak khawatir setelah melihat sudut bibir Angkasa mengeluarkan darah. Vania ingin membawa Angkasa ke UKS namun Angkasa menolaknya. Angkasa justru menghampiri Naila yang masih ketakutan dengan apa yang baru saja di alaminya.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Angkasa.
"Ti-tidak apa-apa. Kamu sebaiknya pergi ke UKS dulu deh, mulutmu berdarah!" kata Naila dengan gugup.
"Aku ingin kamu yang antar!" kata Angkasa memanfaatkan kesempatannya.
Namun tiba-tiba Vania datang dan menampar wajah Naila.
"Ini pasti kamu kan penyebab perkelahian ini? Memang dasar kamu wanita gatal!" ucap Vania kepada Naila.
"Kamu jaga mulutmu ya! Naila bukan wanita yang seperti itu!" Erni membela Naila.
"Vania cukup, jangan membuat keributan dan kesalahpahaman lagi. Masih banyak orang di sini!" kata Angkasa sedikit berteriak kepada Vania.
"Naila antar aku ke UKS ya!" kata Angkasa kembali.
Naila menyetujuinya dan meninggalkan Vania, sedangkan Erni tetap tinggal di lokasi kejadian membubarkan mahasiswa yang menonton.
"Kamu kok jalannya jauh banget? dekat sedikit dong, kita bukan musuh!" ucap Angkasa yang melihat jarak mereka dari samping.
"Aku gak mau orang-orang salah paham lagi tentang kita," kata Naila gugup.
"Tidak akan!" kata Angkasa sambil menarik pinggang Naila dan menghentikan langkahnya.
Jantung Naila berdegup kencang, dia menatap wajah Angkasa yang sangat tampan.
'Ternyata Angkasa memang tampan, dia sangat tampan daripada yang di bicarakan oleh orang-orang!' batin Naila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments