Episode 17

Beberapa minggu kemudian, Naila telah memposting beberapa produk yang akan di promosikan di media sosialnya. Banyak orang yang tertarik dengan produknya, dan memang produknya bukan produk yang abal-abal melainkan memiliki kualitas yang tinggi namun harga masih bisa bersaing.

"Gimana Nai? tinggal berapa produk lagi yang kamu review?" tanya Erni.

"Dikit sih paling juga tinggal 5-6 produk yang belum aku review. Mungkin nanti pulang dari kampus aku langsung review," ucap Naila.

"Akhir-akhir ini kamu sudah berusaha keras, kenapa kamu tidak memilih untuk istirahat saja dulu?" kata Erni memberikan saran kepada sahabatnya.

"Kasihan nanti kalau lama di ambil ada yang komplain. Lagipula aku kerjain ini semua tanpa beban kok!" ucap Naila penuh semangat.

"Oh ya, kamu gimana kerja di perusahaan ayahku? nyaman gak?" tanya Naila.

"Aku nyaman kok, aku suka dengan manajemen perusahaan ayah kamu. Bagiku karyawan yang lain juga pasti merasa aman kerja di sana karena kan peraturannya ketat namun tidak bersifat membebani karyawan!" kata Erni dengan senang.

Erni telah bekerja selama dua minggu di perusahaan Peter yang merupakan ayah Naila. Selama masuk kerja memang ada beberapa seniornya yang tidak suka dengannya namun kebanyakan menyukainya. Dengan begitu Erni menjadi nyaman karena bergaul dengan orang-orang yang menyukainya.

Sedangkan teman-temannya yang merasa tidak suka terhadapnya tidak di hiraukan. Lagipula selama di perusahaan mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Erni.

"Syukurlah kalau begitu. Kalau merasa tidak nyaman bilang saja sama aku ya, nanti aku bantu bicarakan sama Ayah kalau kamu ada kendala!" ucap Naila.

"Selama aku bisa mengatasinya sendiri," sahut Erni.

Naila dan Erni menjadi semakin dekat, mereka saling membantu satu sama lain jika masing-masing dari mereka memiliki waktu senggang.

"Naila!" seru Angkasa yang melambaikan tangannya ke arah Naila.

Naila yang sedang duduk di sebuah taman kampus menolehkan wajahnya ke arah Angkasa.

"Ada apa?" tanya Naila dengan malas ketika pria yang memanggilnya sudah berdiri di depannya.

"Kita bisa bicara berdua gak?" tanya Angkasa.

"Enggak! Kalau mau bicara di sini saja," ucap Naila cuek.

Angkasa melirik ke arah Erni, dia enggan berbicara jika masih ada orang lain di sana.

"Kamu sama Angkasa bicara saja dulu Nai, aku mau ke toilet sebentar!" ucap Erni.

Erni tahu kalau Angkasa mungkin akan membicarakan hal penting, jadi dia memberikan kesempatan untuk Angkasa berbicara.

'Lagipula di sini ramai, mana mungkin Angkasa akan menyakiti Naila,' pikirnya kemudian.

"Ada apa?" tanya Naila sekali lagi setelah Erni pergi.

Angkasa kini telah duduk di samping Naila, dia menenangkan dirinya.

"Naila, isu kita sudah berakhir sejak Vania kehilangan para fans-nya, jadi apa kita bisa temenan sekarang?" tanya Angkasa dengan persiapan yang matang.

'Aku udah nyiapin kalimat ini dua minggu, Aku harap kamu jawab Iya,' batin Angkasa penuh harap.

"Kenapa kamu mau jadi temanku? apa tujuanmu sebenarnya?" tanya Naila yang mulai menaruh curiga terhadap Angkasa.

"Tidak ada, aku cuma ingin jadi teman kamu itu saja!" sahut Angkasa.

"Tidak ada maksud lain?" Naila memastikannya kembali.

Angkasa menjawabnya dengan gelengan kepala. Namun Naila masih tidak percaya terhadap Angkasa, dia takut Angkasa merencanakan niat jahat.

"Bukankah kamu bilang kita tidak boleh saling menyapa karena isu kita masih beredar? sekarang isu itu sudah hilang, dan aku ingin berteman denganmu. Kenapa kamu tidak percaya?" tanya Angkasa.

Naila baru teringat dengan pesan yang dia sampaikan di UKS itu.

"Baiklah aku percaya sama kamu. Kita bisa menjadi teman sekarang!" ucap Naila.

Namun, walaupun Naila menanggap Angkasa menjadi teman, dia tidak akan percaya sepenuhnya. Naila tetap menaruh rasa curiga karena dia tidak mau menjadi orang b0doh lagi.

Di sudut taman seorang perempuan bersembunyi di balik pohon. Pandangannya mengarah kepada Naila dan Angkasa dengan tatapan yang sangat tajam.

'Naila, akan ku buat perhitungan untukmu! Awas saja,' gumam wanita tersebut.

"Vania, ngapain lo sembunyi di sini?" tanya Tasya yang tiba-tiba menepuk bahu perempuan yang mengintip Naila dan Angkasa.

"Ishh, lo kagetin gue aja!" kata Vania kesal.

Vania menarik tangan Tasya menjauh dari lokasi tersebut.

"Ada apa sih Van?" tanya Tasya yang kesakitan karena tangannya di tarik secara kasar oleh Vania.

"Lo harus bantu gue Tasya!" kata Vania menggantung kalimatnya.

"Maksud lo?" tanya Tasya.

"Lo lihat kan tadi Naila dan Angkasa duduk berdua di sana. Angkasa sepertinya sudah mulai suka dengan Naila, gue gak rela itu terjadi. Lo harus buat Angkasa membenci Naila gimanapun caranya!" Ucap Vania dengan mata melotot ke arah Tasya.

Vania memberikan perintah yang sangat sulit di lakukan oleh Tasya.

"Lo g*la ya Van, gue gak bisa lakuin itu, gue gak mau!" tolak Tasya.

"Lo berani bilang gue G*la? ingat tanpa uang jajan gue lo gak bisa beli barang branded!" ancam Vania.

'Sial, gue temenan sama lo karena mau manfaatkan uang lo doang. Tapi kalau gue tolak perintah lo, gak ada pemasukan lagi di dompet gue. Mana dompet sudah tipis banget,' batin Tasya.

Tasya berfikir keras demi mendapat uang gratis, namun dia masih ragu untuk menjalankan tugas yang di berikan oleh Vania.

"Gini deh, kalau lo berhasil menyelesaikan tugas yang gue berikan, gue kasih uang 1 juta deh. Gimana? OK kan?" tanya Vania.

Vania memberikan tawaran yang menggiurkan untuk Tasya karena tidak ada lagi orang yang bisa dia andalkan selain Tasya.

"Tambahin lah lagi 500 ribu, ini kan lumayan susah!" ucap Tasya.

'Nih anak makin ngelunjak ya! Ya udah deh, dibandingkan dengan Angkasa uang segitu tidak seberapa!' batin Vania.

"Ok Deal! Tapi saat lo gagal jangan pernah lo sebut nama gue!" ucap Vania.

Tasya pun setuju dengan kesepakatan tersebut.

'Uang segitu lumayan banget buat gue shoping hari ini,' ucap Tasya dalam hati.

Tidak peduli seberapa sulit tugas yang di berikan asal bayarannya sesuai Tasya akan melakukannya.

Setelah memberikan uang cash kepada Tasya, Vania pergi meninggalkan Tasya. Dia kembali mengingatkan Tasya untuk tidak menyebut namanya di depan Angkasa dan Naila.

"Tentu saja!" sahut Tasya menyatukan jari telunjuk dengan Ibu jari membentuk huruf O.

Tasya berjalan ke arah Naila dan Angkasa. Dia memulai untuk melakukan tugas dari Vania.

"Hai Naila!" sapa Tasya setelah berada di depan Angkasa dan Naila.

"Eh ada Angkasa juga, aku kira siapa tadi!" kata Tasya berbasa-basi.

Naila yang tidak mengenal Tasya menjadi bingung kenapa dia bisa mengetahui namanya.

"Kamu siapa ya? apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Naila dengan sopan.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!