Pagi-pagi sekali Lusi sudah selesai memasak dan telah selesai sarapan, mandi dan bersiap-siap ke sekolah karena hari ini adalah ujian Nasional.
Prom....prom.....
Suara klakson mobil mewah yang terdengar dari halaman rumah mpok Alfa, karena kos yang di sewa oleh Lusi bersebelahan dengan rumah mpok Alfa.
"Lusi......."
Desi berteriak memanggil nama Lusi, untuk memintanya segera keluar dari kamar kos nya yang baru itu.
"apa sih? kakak beli mobil baru ya?"
"ngak....
kakak kakak mana bisa bawa mobil, itu mobil untuk menjemput mu dan atas perintah dari calon suami mu. buruan sana, ntar telat lagi, kan ini ujian pertama Lusi."
"kakak ngak sekalian? biar samaan kita."
Lusi langsung menarik tangan Desi dan mereka berdua langsung masuk ke dalam mobil mewah itu.
"setelah mengantar Lusi, nanti tolong bapak antar kak Desi ke kantor ya.
Satu kantor kok sama mas Yogi, lagipula ngak terlalu jauh lagi dari sekolah nya Lusi."
"baik non."
Ucap supir pribadi mobil mewah itu dan terlihat kedua gadis itu sangat mengagumi mobil mewah yang mereka tumpangi.
"maaf pak mau nanya lagi, kenapa mas Yogi meminta bapak untuk menjemput Lusi?"
"maaf non, kalau itu bapak kurang mengetahui nya, tapi yang jelas den Yogi memerintahkan bapak untuk mengantar jemput non Lusi kemanapun pun."
Lusi hanya berdecak kagum akan ketiadaan jawaban yang dia inginkan.
"kakak paham ngak akan maksud semua ini? terus kenapa ya mas Yogi memilih Lusi untuk jadi istrinya."
"manalah kakak tahu, kakak pun jarang melihat pak Yogi dan segala informasi tentang bos kakak itu sangat-sangat minum.
Pak Yogi itu adalah sosok yang misterius, dan sangat perfeksionis, teliti dan seolah-olah punya radar."
"radar gimana kak?"
"gini.....
jika ada karyawan yang korupsi atau berbuat curang demi kepentingan nya sendiri, dan pak Yogi langsung mengetahuinya dan tidak segan-segan mengirimkan orang itu ke penjara dan menyita semua harta kekayaannya.
Karena memang seperti itu perjanjiannya, barang siapa yang korupsi atau berbuat curang, maka akan di denda seratus kali lipat dari yang di ambil nya dari perusahaan."
"oh.....
Terus kak, apakah karyawan mas Yogi bisa dikatakan sejahtera?"
"sesuai kemampuan lah dek, dan semua karyawan di naungan Binsar Batara group mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri dan itu sangat-sangat di hargai.
misalnya kakak nih, kakak bisa berhasil membeli tanah pertapakan dan membangun kos-kosan di sana.
Serta membuat kafe untuk mama, itu semua dari kerajaan kakak.
satu adek kakak sekolah kedokteran dan kakak yang membiayainya.
Pokoknya Binsar Batara group, sangat mensejahterakan karyawan yang berprestasi. untuk bekerja di Binsar Batara group, melalui seleksi yang ketat dan tidak di pungut biaya apapun.
Sesuai dengan kemampuan dan juga keahlian yang dimiliki, tidak mesti berpendidikan tinggi, yang terpenting adalah keahlian yang kita tawarkan.
Sekarang coba Lusi tebak, pendidikan terakhir kakak apa?"
"kuliah desain dari universitas ternama di luar negeri."
"salah sayang Ku, kakak hanya lulusan Sekolah menengah kejuruan tata busana.
Dulu waktu kakak ikut seleksi, kakak membawa hasil dari karya kakak waktu ujian kompetensi dan beberapa gambar desain.
Lalu peserta nya di suruh menjahit dua karya, dan kakak dinyatakan lulus.
Terakhir kita diberikan kisi-kisi soal ujian dan semuanya tentang kebudayaan Indonesia dan juga tatanan pemerintahan republik Indonesia.
Kemudian ujian tertulis dan kakak berada di urutan pertama.
Setelah kerja, lalu mendapatkan pelatihan intensif dan sudah di gaji.
Sesama karyawan saling menghargai dan kental persaudaraan, yang terpenting adalah keahlian, inovasi dan kreativitas."
"benar itu non, bapak juga langsung diterima setelah tes drive dan telah memiliki SIM.
Keahlian dan kemauan untuk belajar, itulah terpenting."
Ujar pak supir yang menjadi supir mobil mewah itu yang menyambung ucapan Desi.
Tanpa terasa Lusi sudah tiba di sekolah nya dan segenap teman-temannya Lusi begitu terkejut melihat Lusi yang turun dari mobil mewah.
"om-om mana yang memboking mu? kok bisa diantar mobil mewah gitu?"
"bukan urusan Santi, yang jelas bukan Papa mu yang memboking Ku."
Jawab Lusi kepada temannya yang bernama Santi itu, lalu berjalan cepat untuk menghindari kerumunan teman-temannya.
Para siswa kelas tiga telah berbaris rapi di halaman dan kepala sekolah memberikan arahan kepada siswa-siswi.
Terdengar jelas bisikan dari teman-temannya yang kurang enak di dengar.
Akhirnya pengarahan itu selesai juga dan para siswa sudah masuk kelas yang sudah di tentukan.
Berselang beberapa satu jam, ujian pertama sudah selesai dan lanjut ujian kedua, butuh waktu enam puluh menit untuk menyelesaikan ujian ke dua dan akhirnya selesai juga.
Lalu ujian terakhir untuk hari ini, karena memang hanya mata pelajaran yang di uji.
Yaitu mata pelajaran matematika, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Selebihnya sudah di uji sebelumnya dan bel berbunyi pertanda berakhir nya ujian nasional.
Kertas jawaban para siswa sudah di kumpulkan oleh pengawas, begitu juga dengan lembar soal secara terpisah.
"Lusi.....L...u....s.....i...."
Lusi terlihat gelisah ketika mendengar namanya di panggil, seolah-olah Lusi akrab dengan suara itu.
"mas Yogi, tolong Lusi. Mak lampir itu akan segera membunuh ku."
Ucap Lusi dengan pelan dan tidak berapa lama seorang guru hadir di ruangan tersebut dan memintak Lusi untuk menghadap ke ruang BK (bimbingan konseling).
Seketika Lusi mengambil tas ranselnya dan mengikuti guru yang memanggilnya itu.
"buru-buru amat Lusi, ada boking lagi ya?"
"iya Santi, hari ini bapak mu yang boking."
Jawaban dari Lusi membuat Santi terlihat geram, akan tetapi Lusi yang mempercepat langkahnya untuk meninggalkan ruangan tersebut sehingga perdebatan itu tidak berlanjut.
Tidak berapa lama Lusi sudah tiba di ruang BK dan hatinya yang penuh keraguan dan kekwatiran membuka pintu ruang BK itu.
"dari mana aja kau Lusi? ngak perduli lagi kau sama adek-adek mu?"
Lusi tidak bergumam dan terus menundukkan kepalanya.
"kamu kemana Lusi? kenapa kamu pergi ninggalin Papa?"
Lalu Lusi mengangkat kepalanya dan menatap pria yang berbicara kepadanya.
"Kenapa Papa menanyakan? apa karena tidak ada babu di rumah?"
"Babu?....
apa maksudmu Lusi?"
"apa pernah Papa peduli kepada Lusi? Papa hanya perduli dengan anak tiri papa itu dan juga si janda ini."
"mana sopan santun mu kurang aja."
plak......
Lusi di tampar oleh perempuan itu dihadapan guru BK dan juga pria yang mengaku sebagai Papa nya.
Air mata Lusi semakin deras mengalir, bukan tamparannya yang terasa sakit tapi perlakuan ibu tirinya dan juga kasih sayang Papa nya yang sudah tiada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Riaaimutt
dari awal ni q mikir nya ini ni. orang belum lulus pas kabur nya, pasti di cari ke sekolah deh..
2023-04-14
1