Berada disebuah gedung perkantoran, terlihat para pegawai yang baru selesai makan siang dan istrihat mulai memenuhi kursinya masing-masing.
Desi yang merupakan tenaga design pakaian di perusahaan manufaktur itu, perusahaan yang bergerak di bidang fashion dalam produksi massal.
"every body one, saatnya kita meeting dan tunjukkan desain terbaik teman-teman karena hari ini, sang CEO akan melihat desain siapa yang paling luar biasa."
Ucap seorang laki-laki yang bertingkah seperti perempuan dan tangan nya yang lentik yang mengisyaratkan untuk segera memasuki ruang rapat.
"Desi....
Awas kalau kamu mengecewakan aku, harapan ku sudah tinggi terhadap mu."
Desi hanya mengangguk akan tetapi dari sorot matanya terlihat kecemasan.
Tibalah akhirnya meeting dan CEO yang sangat tampan telah hadir di sana bersama asisten yang tidak kalah tampan nya.
"disini desainer kebanggaan saya adalah Desi, tunjukkan desain terbaru Desi."
Perintah pria lentik itu, dan dengan gugupnya Desi membuka laptopnya dan langsung terpancar ke layar proyektor hasil desain nya.
"waouuuuu.........."
Ucap peserta rapat dan Desi kaget mendengar ekspresi itu dan kemudian menatap satu persatu dari para peserta rapat.
"maaf banget.....
ini bukan desain Desi, desain Desi berada di slide selanjutnya dan hanya ada satu desain."
"kalau bukan desain mu, lalu desain siapa?"
Pertanyaan dari CEO yang tampan itu yang membuat Desi semakin gugup.
"pu.....pu.... punya anak kos mama."
"lalu kenapa ada sama mu?"
Pertanyaan yang langsung dari CEO, yang membuat Desi tetap gugup dan berusaha menguasai dirinya sendiri agar bisa tenang.
"saya sudah izin ke orang nya pak, rencananya mau Desi ajukan ke kak Farel. jika diterima maka untuk fee nya nantinya kami akan bagi dua."
"fee?....
Kenapa ngak kamu calonkan aja jadi desainer di sini aja?"
"ngak bisa pak, karena anaknya masih kelas tiga SMP."
Tiba-tiba saja Desi menekan tombol panah di keyboard laptopnya, dan seketika terlihat sketsa pakaian berikutnya, dimana Lusi sebagai modelnya.
"tunggu.....
perempuan itu yang mendesainnya?"
"iya benar pak."
"panggil sekarang."
Desi semakin gugup dan terlihat kecemasan yang semakin menjadi-jadi.
"sekarang, atau kamu saya pecat."
Mendengar ancaman dari sang CEO, Desi langsung meraih handphonenya dan menghubungi seseorang, lalu Desi mengaktifkan loud speaker handphone nya.
'halo ma......
apa Lusi sama mama sekarang ya?'
'iya, mangnya kenape?'
'Desi mintak tolong ma, tolong antar Lusi sekarang juga ke kantor Desi ya, penting bangetttttt......
jika Desi tidak bisa membawa Lusi ke kantor ini sekarang, maka Desi akan dipecat.'
'loh kok gitu? Lusi lagi masak loh.'
'ma.... tolong Desi, mama mau kalau Desi jadi pengangguran?'
'ngaklah, tapi Lusi ngak bawa pakaian ganti. masa Lusi memakai pakaian yang baru masak di dapur? ntar bau asap dan Lusi malu nantinya.'
'di lemari ganti karyawan ada dress Desi, kemarin ketinggalan disana, suruh Lusi pakai itu aja.
Sepertinya muat itu ma, karena tubuh kami hampir seukuran.
Tolong ya ma, sekarang....'
'iya bawel.'
Sambungan telepon terputus, lalu Desi menatap sang CEO itu.
"sudah saya panggil ya pak, mama Ku akan membawa orang yang desainer kemari dengan menggunakan motor pak, dan mudah-mudahan cepat sampai kemari dan mama ku.
CEO itu menatap Desi dan kemudian menghela napasnya.
"kita tunda meeting ini sampai gadis itu datang, silahkan makan cemilan yang tersedia."
Ujar sang CEO, suasana yang canggung dan para peserta meeting mulai melahap cemilan yang tersedia.
Hanya berselang dua menit kemudian, handphone Desi berdering lagi, dan begitu selesai menerima telepon tersebut, Desi langsung menoleh CEO itu.
"Desi mau turun kebawah ya, karena Lusi sudah tiba di sini."
"jemput sana."
Ucap CEO itu, dan Desi langsung keluar ruang meeting dengan langkah nya yang cepat.
Desi turun kelantai dasar dengan menggunakan lift, dan sesampainya di lantai dasar dan langsung berlari ke arah Lusi yang datang bersama mama nya.
"Mama pulang aja ya, nanti Desi yang antar Lusi pulang."
"enak aja, Lusi itu koki mama. pokoknya mama tunggu disini."
"ngak bisa ma, kalau mama ngak bersedia meminjamkan Lusi, maka Desi akan menarik semua saham Desi di usaha mama.
ayo pilih mana?"
"Desi kok gitu sama mama, iya deh kamu pinjam lah.
Lusi.....
tolong bantu kak Desi ya, kasihan nantinya, bisa-bisa kak Desi jadi pengangguran."
"beres mpok, tapi mpok tetap menggaji Lusi kan? kalau ngak Lusi pulang ke restoran ni."
"okey....
jika mama ngak menggaji Lusi, biar kakak aja ya."
"okey kalau begitu, lets go....."
"dasar cewek matre....."
Ujar mpok Alfa, lalu pergi meninggalkan mereka berdua dan Lusi langsung merangkul tangan kanannya Desi kemudian mereka berdua langsung naik lift.
"dress kakak ini sudah cantik, tapi dikit aja di poles bisa spektakuler lah."
"terserah kamu ya Lusi, yang penting bantu kakak hari ini ya. ini semua karena desain kami Lusi."
Ucap Desi yang masih terlihat gugup dan cemas, hingga akhirnya mereka tiba di ruang meeting dan semua tertuju kepada mereka berdua terutama kepada Lusi.
Kecuali sang CEO itu, yang memilih berbalik badan dengan beserta kursinya yang mewah itu.
"selamat sore kakak-kakak, ada apa ya? kenapa memanggil Lusi kemari? mau pesan makanan dari restoran kami kah?"
Pertanyaan Lusi tidak ada menjawab dan semuanya masih terdiam dan kaku.
"apa benar itu desain mu?"
Pertanyaan berasal dari mulut CEO yang masih membelakangi peserta rapat.
"yang ini ya? iya benar pak. tapi sudah Lusi berikan ke sama kak Desi, kali aja laku disini pak dan nantinya kak Desi akan membagi fee nya ke Lusi.
Gitu kan kesepakatan kita kak Des?"
"iiii ya....."
Jawab Desi dengan terbata-bata dan Lusi yang melihatnya merasa aneh.
"Lusi kan sudah ada disini pak, apalah yang bisa Lusi bantu agar kak Desi tidak pecat?"
Pertanyaan Lusi yang pelan dan CEO itu hanya memanggil Lusi dengan isyarat tangan.
Lalu Lusi menarik tangan Desi dan mereka berdua maju ke depan untuk menghadap ke CEO itu.
"haaaaa....."
Lusi begitu kaget karena melihat wajah dari CEO itu dan seketika mengambil paper laporan yang ada di hadapannya lalu....
plak.....plak......
"dasar pria mesum..... kurang ajar....."
Ucap Lusi dan masih terus-menerus memukul CEO itu dengan paper itu hingga semuanya berantakan.
"udah dong Lusi...."
Pinta Desi dan kemudian menarik Lusi agar berhenti memukul CEO itu.
Lusi sudah berada di belakang tubuh Desi dengan napas nya yang tidak teratur.
Seisi ruangan hanya bisa terdiam dan kaget akan aksinya Lusi yang berani memukul dan memaki CEO nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Riaaimutt
walah ini lusi kocak abis 😅😅
2023-04-12
1