Pada Tahun 1965 adalah masa kelam bagi Poltak, Nama yang diakuinya sejak pindah ke Medan. bermodalkan keping emas yang dibawanya, Poltak membeli sebidang tanah dan mendirikan penginapan.
Kejahatan, Premanisme dan pemerasan saat itu masih sangat kental. kehidupan masyarakatnya selalu penuh kewaspadaan, akan tetapi Poltak selalu menghindari kehidupan interaksi sosial untuk menutupi jati dirinya. karena pengalaman pahit yang dialaminya dibeberapa tempat tinggalnya.
"apa itu yang bergerak? apakah itu roh dari orang yang meninggal tadi?" Poltak bertanya kepada dirinya sendiri.
Beliau yang baru melayat, karena salah satu pegawainya mengalami kemalangan.
Pertengahan jalan, tepatnya di tempat tumpukan sampah. ada sesuatu yang bergerak, lalu Poltak melangkah melihat yang bergerak itu
"manusia rupanya."
Ucap Poltak yang terkejut, melihat sesosok perempuan tergeletak lemah dan langsung mengangkat tubuh perempuan itu dari tumpukan sampah.
Poltak membawanya pulang ke rumah lalu diobati olehnya.
Kebanyakan dari karyawan di penginapannya, adalah manusia yang malang akan kejahatan dan kekerasan sesama manusia.
Setelah beberapa hari merawatnya, sudah jelas terlihat wajahnya, dia adalah gadis belia yang telah mengalami kekerasan fisik dan hal itu sudah biasa dilihat oleh Poltak.
"Nama kau siapa?"
Tanyanya ke gadis belia itu ketika sudah terbangun dari tidurnya.
"namaku Tiur bang, tolong jangan kembalikan Tiur ke tempat itu lagi, Tiur mohon, biarkan Tiur disini. apapun akan aku kerjakan asal jangan seperti ditempat itu?"
Dengan menangis gadis belia itu memohon kepada Poltak.
"baik, bukan hanya kamu yang mengalami kekerasan seperti itu, semua pegawai yang ada disini adalah orang-orang yang tidak beruntung seperti kamu."
ujarnya kepada Tiur, dan tatapannya yang penuh rasa iba.
"pegawai? bang tolong pekerjaan Tiur disini, memasak, beres-beres adalah keahlian yang ku punya."
Seketika gadis belia itu memohon kepada Poltak untuk tempat tinggal dan juga pekerjaan.
Poltak hanya mengangguk setuju, dan berlalu meninggalkannya yang masih terbaring di tempat tidurnya. lalu bersantai di tempat biasanya yaitu kursi malas yang terbuat dari rotan.
"apa yang membuat tuan melamun di pagi hari ini?" tanya seorang Pria paruh baya sembari menyajikan teh kepadanya.
"uak Santo, buat kaget saja......
tapi setelah sekian lama roh itu kembali lagi uak."
Sahutnya kepada uak Santo dan masih seperti berpikir.
"kemungkinan ada kaitannya dengan gadis belia itu tuan."
Uak Santo menanggapinya sembari berlalu meninggalkan Poltak di kursi rotan.
Uak Santo dengan fisik yang tidak sempurna sebagaimana orang pada umumnya, warna kulitnya sangat putih seperti susu, sewaktu kecil dibuang oleh keluarganya Karena dianggap kutukan. kemudian ditemukan oleh Poltak dan mengadopsinya.
Teh yang tersaji itu akhirnya habis akan tetapi Poltak masih melamun di kursinya itu, dalam benaknya akan roh leluhur yang mendatangi tadi malam.
"bang, makanan sudah tersaji dan Tiur yang masak, sekiranya mohon di cicipi."
Ujar Tiur, gadis belia yang ditolongnya dan hal itu mengakhiri lamunan Poltak.
Poltak hanya mengangguk setuju, lalu mengikuti Tiur menuju ruang makan, terlihat diatas sudah tersaji berbagai jenis makanan. dan Poltak langsung makan dari piring yang telah disajikan oleh Tiur.
Melihat Poltak yang makan dengan lahap, Tiur tersenyum lega karena merasa berhasil memasak makanan dengan enak.
Deg..dug..deg..dug...
Lirikan Tiur membuat irama jantung Poltak berbeda.
Jantungnya berdetak kencang karena tatapan Tiur dan juga kecantikan Tiur, dan semakin kencang dan terasa sangat menyakitkan.
"ah..... "
Erang Poltak karena merasa kesakitan dari jantungnya.
"kenapa bang?"
Tanya Tiur yang terlihat kwatir, dan tanpa disadarinya tangannya telah memegang tangan kanan Poltak serta pundaknya untuk menahan Poltak agar tidak jatuh terkapar.
Perlahan detak jantungnya kembali normal, dan rasa sakit itu sudah hilang. kemudian menoleh ke arah Tiur.
"tatapan dan senyuman mu membuat jantung sakit, tapi setelah tanganmu memegang tangan dan pundak ku, rasa sakit itu hilang." kata Poltak kepada Tiur.
"Abang ini ada-ada saja." ujar Tiur yang menganggap Poltak menggoda dirinya.
Poltak kemudian beranjak dari kursinya dan menuju kamarnya. kemudian berbaring di ranjangnya.
Baru saja berbaring jantungnya kembali berdetak kencang dan membuat Poltak merasa kesakitan.
"ah....ah....ah...." gerangan Poltak yang kuat itu didengar oleh uak Santo.
Dengan segera uak Santo memanggil Tiur dan membawanya ke kamar Poltak untuk melihat keadaan pemilik Suara yang mengerang itu.
Benar saja, Poltak menggeliat kesakitan akan jantungnya yang berdetak kencang. dengan sigap Tiur meraih tangannya dan memegang lehernya.
Erangannya dan wajahnya yang pucat secara perlahan normal kembali. dan uak Santo berlalu dari kamar itu.
Hanya berselang beberapa saat, uak Santo sudah kembali dengan membawa air minum hangat dalam cangkir serta memberikan kepada Poltak.
Setelah agak tenang dan Poltak akhirnya tertidur, uak Santo mengajak Tiur untuk bicara di ruang tamu.
"uak, apa yang sebenarnya terjadi dengan bang Poltak?" tanya Tiur kepada uak Santo.
"Tuan bukan orang biasa, beliau sudah berumur banyak. sejak uak kecil sampai sekarang Tuan tetap sama dan tidak ada berubah, semua itu karena dikutuk oleh leluhurnya. hanya gadis yang berhati mulia yang mampu mengakhiri kehidupannya."
Tiur masih bingung akan penjelasan uak Santo, karena Tiur pernah bertemu dengan Pria yang seperti diucapkan oleh uak Santo.
"jadi kenapa bang Poltak merasa kesakitan seperti itu?"
kembali Tiur bertanya karena masih bingung.
"itu pertanda kalau kamu adalah gadis yang direstui oleh leluhurnya untuk menjadi pendampingnya untuk mengakhiri keabadiannya."
jelas uak Santo kepada Tiur, tapi penjelasannya itu tidak dimengerti oleh Tiur.
"sekarang terserah kamu Tiur, apakah kamu mau menjadi pendampingnya untuk mengakhiri hidupnya yang abadi."
ujar uak Santo kepada Tiur, hal itu di ucapkan karena Tiur yang kelihatan bingung dan nyaris tidak mempercayai ucapan uak Santo.
Tiur terbengong mendengar penjelasan dari uak Santo, dan pria paruh baya meninggal Tiur yang masih bengong.
Pikiran yang belum bisa menerima semua kejadian ini tapi hatinya tetap ke Poltak yang masih tertidur.
Tiur melangkahkan kakinya ke kamar Poltak, dan duduk disampingnya. seraya memandangi wajah Poltak yang tertidur.
"bang Poltak, dari sekian gadis lainnya kenapa Tiur yang terpilih? apa ini semua ada kaitannya dengan mimpiku yang selalu terulang?"
Tiur bicara dengan pelan sambil menatap wajah Poltak.
"apakah mimpi mu bertemu dengan seorang pria Tua dan berkata jodohmu ada disekitar kamu?"
Poltak bertanya kepada Tiur dan hal itu mengagetkannya.
"bang Poltak sudah bangun ya"
Tanya Tiur kepadanya dan Poltak hanya mengedipkan matanya.
"benar bang, saat itu bapak membawa Tiur ke rumah holong itu, dan hanya beberapa saat ada seorang pria yang sangat besar memaksaku untuk masuk kamar, hingga akhirnya pria itu Ku pukul dengan benda keras dan bisa kabur dari kamar.
Para preman itu sempat menghajar Tiur, hingga akhirnya Tiur bersembunyi di tumpukan sampah itu karena tidak sanggup lagi berlari.
Terkadang pria tua itu menghampiri ku dan mengatakan demikian, dan itu selalu berulang-ulang."
Jelas Tiur kepada Poltak dan hal membuatnya bangkit dari tidurnya.
"yang kamu lihat itu adalah leluhurku dan karena sudah tiga kali bertemu dengannya, dan itu artinya kita jodoh."
ujar Poltak kepadanya tapi Tiur masih belum mempercayai semua ucapan Poltak.
"Aku yakin kamu adalah gadis yang direstui oleh leluhurku untuk mengakhiri hidup ku yang abadi.
Abang ingin kamu menjadi Istriku, bukan hanya karena restu dari leluhur, tapi memang abang suka padamu sejak pandangan pertama."
Katanya kepada Tiur dan hal itu membuat Tiur tersipu malu.
"semasa hidupku baru kali ini bertemu dengan pria sebaik kamu bang, bukan hanya tampan tapi sangat berhati mulia. kebodohan bagiku menolak Abang."
Tiur mengatakannya dengan penuh percaya diri, dan menatap Poltak dengan tatapan yang menggoda.
Poltak hanya memeluknya dan mereka berdua hanyut dalam cinta yang terbentuk seketika setelah mengalami dramatisnya hidup di dunia yang Pana ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments