Wajah CEO itu terlihat biasa dengan perawakan nya yang tetap dingin dan menatap arah Lusi.
"ahhhhhh......"
CEO itu seperti kesakitan dan memegang dadanya dan seketika Lusi mendekati sang CEO dan memegang dadanya.
Perlahan CEO itu berhenti merintih kesakitan dan wajahnya yang pucat kini kembali normal, dan kemudian......
"kurang ajar..... berani-beraninya kamu memegang tangan ku.....
Saya memang miskin dan anak yatim-piatu, tapi saya tidak akan menjual diri demi apapun itu, jangan mentang-mentang kamu itu kaya raya lalu sesuka hati Mu...."
"tenang..... tenang ya..... tenang....."
Ujar CEO itu dan Lusi kembali berdiri di belakang tubuh Desi.
"kamu mintak berapa untuk desain mu ini?"
"maksudnya gimana om?"
"iya .....
saya akan membeli semua desain mu, kamu tinggal menyebutkan angka nya aja."
"ntar ya om, Lusi diskusi dulu sama kak Desi."
Seketika Lusi berbisik kepada Desi dan demikian sebaliknya.
"okey.....
Kami berdua sudah sepakat, setiap desain Lusi harganya dua puluh juta rupiah, dan itu ada sekitar lima belas desain berarti semuanya jadi ....."
"Lusi.....
kok jadi tamak gitu, tolong ya jangan tiru mama."
hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha
Lusi malah tertawa menanggapi ucapan Desi dan sang CEO itu fokus menatap Lusi yang tertawa lepas sendirian.
"saya setuju...."
'haaaaaaaa.......'
Lusi malah berteriak sekencang-kencangnya dan itu membuat seisi ruangan menutup kupingnya kecuali CEO itu yang masih terus menatap Lusi.
"ngak mau om, karena om pasti punya niat busuk kan?
masa mau membeli desain anak ingusan semahal itu?
Lusi curiga....."
"menurut mu, apa yang harus lakukan agar kamu tidak curiga?"
uhmmm.......
Dengan polos nya Lusi bergumam seolah-olah berpikir keras untuk mendapatkan mengatakan sesuatu sesuai dengan keinginan nya.
"jika memang om berniat membeli desain Lusi, izinkan Lusi melihat sampai desain jadi maha karya yang nyata.
Om cukup memberikan DP nya aja, agar Lusi punya uang untuk mendaftar sekolah.
Tapi pakai perjanjian kerja ya om.
tapi ntar dulu deh, Lusi kan sudah buat perjanjian kerja sama mpok, lagi pula Lusi juga harus sekolah."
Ucap Lusi dengan entengnya dan terlihat bimbang dengan ide nya.
"Desi....
Tolong kamu urus pekerjaan Lusi ya, dan pastikan Lusi di berhentikan dari pekerjaannya itu?"
Ucap CEO itu, dan itu adalah perintah dan seketika itu juga Desi meraih handphonenya dan menghubungi mama Nya.
"bisa pak, Lusi sudah dibebaskan dari pekerjaannya."
Jawab Desi ke CEO itu, dengan wajahnya yang sedikit tertekan.
"berapa mpok mintak ganti ruginya?"
"dua puluh juta Lusi....."
Dengan bertolak pinggang Lusi menatap sang CEO dan ekspresi wajahnya yang terlihat tidak senang.
"sekarang om transfer ke rekening kak Desi sebagai ganti rugi atas...."
CEO itu mengarah tangannya ke Lusi dan setuju untuk mentransfer uang ke rekening Desi.
"aduh.... kok jadi ini...."
"kakak tenang aja ya, biar Lusi yang urus."
Ujar Lusi dengan begitu percaya diri dan tetap bertolak pinggang.
"om ngak bisa memecat kak Desi dan panjar kontrak kerja harus segera diberikan kepada Lusi.
Sekarang apa maunya om?"
Sang CEO itu tersenyum saat menatap Lusi dengan ekspresi nya yang nyeleneh.
"kamu harus jadi istriku?"
"idih.....
uhmmmm......
ngak apa-apa sih, berhubung om sangat ganteng dan tipe nya Lusi.
Tapikan Lusi masih anak SMP om, Lusi ingin tamat SMA lalu kuliah dan kerja, minimal setahun kerja gitu."
"saya setuju."
"kok main setuju aja?"
"terus haru gimana?"
"buat perjanjian."
"okey....."
Jawab CEO itu dengan cepat, dan Lusi kemudian mendekati Desi.
"kak Des.....
apakah Lusi akan menjadi pacar bos kakak ini? lalu gimana kalau bos kakak ini macam-macam ke Lusi kak?"
"kamu tenang aja, kita buat perjanjian yang isinya tentang semua keinginan mu dan apapun yang inginkan."
plak....plak....
Lusi menampar kedua pipinya dan kemudian mencubit tangannya lalu.....
"auhhh.....
sakit loh dek."
"maaf kak, Lusi kirain lagi mimpi...
hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha
Mimpi apa Lusi semalam, dapat pacar yang tampan dan kaya raya.
baiklah kalau begitu, sebagai awal perkenalan. om harus mentraktir Lusi dan kak Desi makan sore atau ngopi-ngopi gitu."
"ayo...."
"kak Des.....
bos kakak ini kenapa sih, kok mau-mau aja ya."
"kan Lusi yang ngajak."
haaaaa......
"perempuan tangguh nan cantik harus menepati janjinya, yuk kak Des....
ayo kita ngopi bareng....."
Seketika Lusi langsung menarik tangan CEO itu dan juga tangan Desi.
"kak Farel....."
Ujar Desi ke atasannya itu, akan tetapi atasnya itu malah menyuruh Desi untuk pergi dengan CEO itu dengan melambaikan tangannya yang lentik itu.
Lusi terus memegang tangan mereka berdua, hingga menuju lift.
"om.... kita mau makan di mana?"
"kemana pun jadi, tapi satu hal, jangan panggil aku om.
panggil mas aja ya, mas Yogi."
"oke mas Yogi ganteng...
kita makan sambil ngopi di kafe di depan kantor ini aja, sepertinya enak nongkrong disana."
Desi hanya terdiam sementara CEO yang bernama Yogi itu hanya menatap Lusi yang masih memegang tangannya.
"om yakin mau menikah dengan Lusi? keluarga Lusi itu sangat ribet dan rakus."
"mas sudah memilih mu dan tidak peduli apapun yang terjadi dan akan selalu melindungi Mu."
"so sweet banget.....
baru dua kali ketemu, kok mas Yogi sudah memilih Lusi, kenapa?
jika karena cantik ngak mungkin, karena begitu banyaknya cewek-cewek cantik di ruang meeting tadi.
aduh.... aduh.... sakit perut kak Des....."
"kamu kenapa dek?"
"ngak tahu kak, tiba-tiba perut mules. ah......ah......"
Desi yang panik dan begitu juga dengan Yogi, lalu Desi langsung merogoh tasnya dan mencari minyak telon miliknya.
"berdarah....
apa kamu menstruasi dek?"
"apa itu menstruasi kak?"
Desi terlihat kebingungan mencari sesuatu untuk menutupi bokong Lusi yang berdarah dan akhirnya Yogi membuka jas nya dan memberikan jas itu ke Desi.
"jas ini merek yang mahal pak, gimana terkena darah?"
"ngak masalah yang terpenting adalah Lusi."
Ujar Yogi lalu Desi menutupi area bokong Lusi dengan jas Yogi yang mahal itu.
"kamu itu sedang menstruasi, dan itu pertanda nya kamu sudah dewasa secara perempuan.
Kebetulan kakak sedang menstruasi dan dalam tahap penyelesaian, nanti kakak ajari cara memakai pembalut ya."
"terimakasih kak, lalu gimana dengan pakaian Lusi ya? apa Lusi pulang aja ya?"
"ngak perlu Lusi, di depan gedung ini ada butik juga, nanti beli pakaian baru disana aja dan setelah itu kita nongkrong."
"oke mas Yogi ganteng."
Jawab Lusi dengan entengnya dan terlihat Lusi tidak kesakitan lagi.
Akhirnya mereka bertiga tiba di lantai dasar dan langsung keluar gedung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments