Fated To Love You
"Kamu harus mau menikahi dia! Tolonglah, Shell! Paman mohon!" kata pamannya Shella membujuk supaya Shella mau menikahi lelaki yang melamar salah satu dari ketiga anak gadis pamannya.
"Cuma kamu harapan paman!" imbuh Baron, paman Shella yang merawatnya dari kecil setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan.
Pasalnya, pamannya memiliki hutang kepada perusahaan venture dan telah melewati masa pelunasan. Pemilik perusahaan tersebut mengajukan lamaran sebagai ganti hutang tersebut.
Rumor yang beredar, pemilik perusahaan venture tersebut adalah seorang yang cacat. Ia mengalami kecelakaan beberapa waktu yang lalu. Mengakibatkan kakinya lumpuh dan harus memakai kursi roda selama hidupnya.
Itu sebabnya ketiga anak Baron menolak menerima lamaran tuan muda cacat tersebut. Kemudian mereka melemparkan lamaran itu untuk Shella.
"Anggap aja sebagai balas budi kamu karena telah dibesarkan oleh paman kamu selama ini!" sahut Dewi, istri Baron.
Shella terdiam. Dia tidak memiliki pilihan lain selain menerima lamaran dari tuan muda cacat tersebut. "Ya." jawabnya terpaksa. Tapi apa yang bisa ia lakukan.
Baron dan Dewi merasa sangat bahagia karena akhirnya perusahaannya tidak jadi bangkrut. Mereka terselamatkan oleh keponakan mereka.
"Tidak sia-sia kami membesarkan kamu." ucap Dewi tanpa mempedulikan perasaan Shella sama sekali.
Tig hari kemudian. Shella dijemput oleh sopir suaminya ke rumahnya. Segala sesuatu mengenai pernikahan telah diurus oleh pihak suaminya.
"Selamat datang nyonya.." sambut pembantu rumah tangga yang telah bekerja puluhan tahun untuk keluarga tersebut.
"Iya.." jawab Shella dengan sopan.
"Silahkan nyonya, tuan Juna sudah menunggu anda!" Shella diajak ke sebuah kamar. Mereka bilang itu kamar pengantin untuk dia dengan suaminya.
Pengurus rumah tangga tersebut membiarkan Shella masuk ke kamar tersebut. Begitu Shella masuk, ia melihat seseorang dengan memakai kursi roda sedang menatap ke luar jendela.
Shella pun segera mendekati lelaki itu. Ia meyakini jika lelaki itulah suaminya. "Hai.." sapa Shella dengan gugup.
"Kamu senang menikah dengan lelaki cacat? Kamu butuh uang berapa?" tanya lelaki bernama Arjuna tapi lebih sering dipanggil Juna.
"Maksud kamu?" tanya Shella masih belum mengerti dengan apa yang Juna katakan.
"Heh.." Juna tersenyum sinis. Ia bahkan sama sekali tidak menatap Shella.
"Ketiga saudara kamu menolak menikahi aku karena aku cacat. Tapi kamu menerima lamaran itu. Apa tujuan kamu sebenarnya?" tanya Juna.
Shella tidak sakit hati dengan kedinginan dan pertanyaan kejam Juna. Ia justru merasa kasihan dengan lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Juna pasti masih kesal dengan takdir yang harus ia jalani. Bagaimana tidak, dia dulunya seorang yang normal. Tapi sekarang ia harus duduk di kursi roda untuk selamanya.
"Aku tidak memiliki tujuan terhadap kamu. Aku hanya ingin membalas budi paman aku." jawab Shella dengan santai.
Shella berjalan dan berjongkok di depan Juna. Ia menyentuh tangan Juna dengan lembut. "Aku tahu kamu belum terbiasa, tapi aku janji akan merawat kamu selama aku jadi istri kamu." ucap Shella.
Mata Shella nampak tulus. Ia menatap Juna dengan lembut. Sorot matanya terlihat begitu jernih dan lembut.
Juna juga menatap mata Shella. Ia melihat ada ketulusan disana. Namun, itu terlalu cepat untuk menilai seseorang. Juna segera mengalihkan pandangannya.
Sebenarnya pernikahan itu bukanlah keinginannya. Kakaknya memaksa dia untuk segera menikah. Karena kakaknya ingin ada seseorang yang merawat Juna yang cacat.
Karena Juna mendengar jika ketiga anak dari pilihan kakaknya menolak menikahinya. Dan hanya Shella yang mau. Jadi Juna tidak percaya kalau Shella tidak memiliki tujuan lain.
"Kamu tidak akan menyesal dengan keputusan kamu?" Shella menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.
Bagi Shella, ia tidak memiliki jalan mundur. Ia telah memutuskan untuk menikahi lelaki cacat itu. Jadi, dia akan setia dan merawat suaminya dengan baik.
"Kamu hanya perlu melayani aku!" kata Juna dengan dingin.
"Ya." Shella menjawab dengan lembut.
"Aku dengar kamu masih kuliah?"
"Iya. Masih semester lima."
"Mulai sekarang semua kebutuhan kamu, aku yang tanggung! Kalau kamu butuh apa-apa, bilang ke Roy, dia akan persiapkan semuanya!" Shella menganggukan kepalanya.
Roy adalah assisten pribadi Juna. Dia yang mengurus semua kebutuhan Juna termasuk membantu pekerjaan Juna di kantor.
Keesokan paginya.
Juna tercengang melihat berbagai masakan yang tersedia di atas meja makan. Juga ada kue rasa strawberry kesukaannya. "Bibi yang masak semua ini?" tanya Juna.
"Nyonya Shella tuan. Dari pagi nyonya udah sibuk di dapur, dia juga membuat kue untuk tuan." jawab Bi Ani, pengurus rumah tangga yang telah lama bekerja di rumah tersebut.
Juna terdiam. Dia tak menyangka jika wanita itu pandai memasak juga. Wanita itu sungguh-sungguh dengan ucapannya semalam. Ia ingin merawat Juna dengan baik. Bahkan dia mencari tahu makanan kesukaan Juna.
Juna mengincip kue buatan Shella. Ia benar-benar tak menduga jika rasanya akan seenak itu. "Pinter juga dia." gumam Juna.
Juna pun menghabiskan kue tersebut dengan lahap. "Kamu udah makan? Aku udah siapin bekal untuk kamu juga." Shella keluar dari dapur dengan membawa rantang untuk bekal suaminya.
Shella merasa senang saat melihat kue yang ia buat dimakan habis oleh suaminya. "Kamu suka kue-nya?" tanya Shella tersenyum senang.
"Hmm.." jawab Juna dengan dingin.
Juna masih belum percaya Shella sepenuhnya. Ia masih berpikiran jika Shella memiliki niat lain.
Shella menyerahkan rantang untuk bekal makan siangnya. Namun Juna tidak mengindahkannya. Justru Roy yang menerima rantang tersebut. "Terima kasih nyonya, tuan Juna pasti akan memakannya." kata Roy membuat senyuman Shella kembali melebar.
"Kamu juga makan aja! Aku bikin banyak kok." kata Shella dengan lembut kepada Roy.
Sedangkan Roy hanya menganggukan kepalanya pelan. Dia tidak berani macam-macam dengan istri bos-nya. Kemudian ia pamit. "Kami berangkat ke kantor dulu!" kata Roy.
"Iya." jawab Shella dengan senyuman khas-nya.
Roy mendorong kursi roda Juna. Namun seketika terhenti oleh teriakan Shella. "Tunggu!!"
Shella segera maju dan jongkok di depan Juna. Ia membenahi dasi Juna yang berantakan. "Selamat bekerja! Jangan lupa makan!" katanya dengan lembut. Namun Juna hanya diam tanpa membalas perkataan Shella.
Ia meminta Roy segera melanjutkan langkahnya. Tanpa berani membantah, Roy kembali mendorong kursi roda Juna menuju mobil.
Di dalam mobil. Juna meminta pendapat tentang wanita yang baru saja ia nikahi itu. "Menurut kamu, wanita itu gimana?" tanya Juna.
"Dia kayaknya baik dan tulus bos. Terlihat dari raut wajahnya." jawab Roy memberikan penilaian terhadap istri bos-nya.
"Tulus? Tapi aku rasa dia hanya pintar bersandiwara." gumam Juna.
Entah apa yang membuatnya selalu berpikiran negatif terhadap semua orang. Sejak kecelakaan itu, Juna sudah tidak lagi percaya kepada siapapun selain Roy dan keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Patrick Khan
.hehehehe lgsg cusss q kak..denger notif masuk🥰
2023-04-01
2