Episode 10

Baron merasa senang karena Juna mau datang ke rumahnya. Itu artinya Juna akan segera membantu perusahaannya. Ia meminta istri dan anaknya supaya tidak membuat ulah. Dan meminta agar mereka melayani Juna dan juga Shella. Karena, hanya mereka harapan terakhir Baron. Ia tak mau perusahaannya bangkrut dan ia jatuh miskin.

"Selamat malam pak Arjuna. Terima kasih karena mau datang makan malam dengan kami." kata Baron dengan tersenyum senang. Senang karena perusahaannya akan segera terselamatkan. Asalkan dia tidak membuat Juna kesal atau marah.

"Ya. Aku lakukan juga demi istriku." jawab Juna masih begitu dingin. Ia tahu maksud dan tujuan Baron.

"Terima kasih, Shell." kata Baron kepada Shella.

"Nggak masalah paman. Aku kesini juga karena paman mau balikin saham papaku kan?" perkataan Shella kembali membuat Dewi dan anak-anaknya geram. Mereka juga memuji keberanian Shella sekarang ini. Ya, itu karena Shella memiliki pendukung di belakangnya.

"Iya Shell, itu kan hak kamu. Kamu udah dewasa sekarang, sudah waktunya saham itu kamu yang kelola." ucap Baron dengan legowo. Meskipun sebenarnya dia juga merasa sangat geram. Namun, Baron berusaha menenangkan dirinya.

Shella tersenyum sinis mendengar jawaban pamannya. Bukankah seharusnya dari dulu pamannya berpikiran seperti itu. Waktu umurnya menginjak tujuh belas tahun. Harusnya hak itu sudah menjadi milik Shella.

"Coba aku lihat!" Juna mengulurkan tangannya. Ia ingin melihat dokumen kepemilikan saham milik istrinya tersebut.

Dengan segera Baron menyerahkan kepada Juna. Ia membaca dokumen tersebut sembari menganggukan kepalanya pelan. "Baiklah. Aku bawa dokumen ini. Besok, datang ke kantor aku untuk membahas mengenai kontrak pinjaman!" ucap Juna.

"Baik, pak Arjuna. Terima kasih." kata Baron merasa sangat senang.

"Silahkan! Silahkan! Makan yang banyak Shella! Pak Arjuna!" ucap Baron. Dia merasa sangat senang perusahaannya akan segera terselamatkan.

"Ambilkan wine untuk pak Arjuna!" Baron memerintah anaknya untuk mengambil minuman sebagai perayaan kebahagiaannya.

Ayu dan Ana berdiri untuk mengambilkan minuman tersebut.

"Shell, bantuin aku ambil camilan yuk!" ajak Dea. Diantara ketiga anak pamannya, hanya Dea yang masih sedikit bersikap baik kepada Shella.

Shella pun bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan bersama dengan Dea ke dapur untuk mengambil camilan.

Namun, entah bagaimana, lampu gantung di rumah Baron tiba-tiba terlepas. Juna terkejut saat melihat itu, apalagi saat Shella berjalan dibawahnya. "Awas!" seru Juna tiba-tiba.

Tentu saja teriakan Juna itu mengagetkan Shella yang tak tahu apa-apa. Namun, lebih terkejut saat Juna berlari dan mendorongnya ke samping. Mereka berguling bersama.

"Akh.." secara tak sengaja kepala Shella terbentur di kaki meja.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Juna dengan posisi di atas Shella.

Shella menggelengkan kepalanya. Tapi dahinya lebam karena benturan yang cukup keras. Juna segera mengajak Shella bangun, ia kemudian mendudukan Shella di kursi. "Ambilkan p3k!" pintanya.

Baron dengan segera meminta istrinya untuk mengambil kotak obat untuk mengobati Shella. Sementara Juna yang panik tidak lagi memikirkan yang lainnya. Dia duduk di samping Shella dengan panik.

Juna mengobati luka Shella dengan penuh kelembutan. Sementara Baron beserta anak dan istrinya masih terkejut dengan apa yang mereka lihat. Ternyata, Juna tidak lumpuh.

"Kamu?" begitu juga Shella yang juga terkejut mengetahui fakta jika ternyata suaminya tidaklah cacat.

"Nanti aku jelasin." kata Juna. Ia masih mengobati kening Shella yang bengkak.

Begitu selesai, mereka melanjutkan kembali acara mereka. "Aku akan jujur, selama ini aku tidak cacat. Aku lakuin semua ini hanya karena merasa bersalah dengan kakakku yang menjadi korban kecelakaan waktu itu." ucap Juna. Dia mulai jujur mengenai kondisi dirinya.

"Juga untuk melihat siapa saja orang yang bersimpati ke aku." imbuh Juna.

Melihat kenyataan itu, tentu saja anak-anak Baron menjadi menyesal. Karena menolak lamaran Juna waktu itu. Jika diperhatikan, Juna memang sangat tampan. Apalagi dia seorang pengusaha muda dan sukses.

"Baiklah, mari kita lanjut minum!" Juna mengangkat segelas wine kemudian menengguknya.

Baron tidak mempedulikan apakah Juna berbohong mengenai kelumpuhannya atau tidak. Yang pasti dia senang karena perusahaannya akan terselamatkan.

Karena Shella mengeluh pusing. Juna pun akhirnya memutuskan untuk segera pulang. Dia juga menggendong Shella karena Shella merasakan pusing yang begitu hebat.

Melihat itu, anak-anak Baron menjadi iri. Terutama Dea yang sejak awal ketemu Juna, dia sudah merasa suka. Tapi, apalah daya. Dea hanya bisa mengagumi Juna dalam diam.

"Anj*r, beruntung banget si Shella." sahut Ayu. Dia juga menyesal kenapa dulu tak mau menikahi Juna.

"Iya banget, anj*rlah." sahut Ana juga tak kalah menyesal.

"Harusnya waktu itu aku mau sama dia. Hidupku pasti akan terjamin, juga bisa bangga karena dia ganteng banget." imbuh Ana meluapkan penyesalannya.

"Nah, daripada sama pacar kamu yang nggak modal itu." kata Ayu.

"Hmm.." Ana menyetujui perkataan adiknya. Pasalnya, baru beberapa hari yang lalu. Ana putus dengan pacarnya karena diselingkuhi. Padahal selama pacaran, Ana yang membiayai hidupnya.

Sedangkan Dea hanya terdiam tanpa berkata apapun. Sepertinya penyesalan di hatinya sangatlah dalam. Dea teringat akan ketampanan Juna. Ia pun menjadi sedih.

****

Juna membawa Shella ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Dia khawatir dengan keadaan istrinya. "Roy, cari tahu apakah jatuhnya lampu itu disengaja atau tidak!" Juna masih curiga jika semua itu memang kesengajaan.

"Baik." jawab Roy.

Roy menambah kecepataan karena pada saat itu Shella sudah tak sadarkan diri. Tentu saja itu membuat Juna semakin panik.

Sesampainya di rumah sakit, Juna menggendong Shella sembari berlari. "Dokter! Suster!" serunya memanggil seseorang agar segera menolong istrinya.

Juna benar-benar sangat panik. Bahkan ada rasa takut di dalam hatinya saat Shella sedang ditangani dokter. Ia mondar mandir kesana kemari. "Bos yang tenang, nyonya pasti baik-baik saja." kata Roy berusaha menenangkan Juna. Namun Juna tetap tidak bisa tenang.

"Bos, apakah nggak apa-apa jika orang-orang tahu kalau ternyata bos nggak lumpuh?" tanya Roy.

"Nggak. Aku ingin memancing mereka keluar dengan sendirinya. Jika mereka tahu aku baik-baik saja, mereka pasti akan menyusun rencana untuk mencelakai aku lagi." jawab Juna. Selain itu, dia juga terpaksa tadi. Kalau dia tidak berlari, dia tidak akan bisa menyelamatkan istrinya.

"Tapi, jangan ekspos mengenai pernikahanku! Aku nggak mau Shella dalam bahaya!" kata Juna.

"Baik bos."

Tak lama kemudian dokter mengatakan jika Shella baik-baik saja. Dia akan bangun besok pagi. Tentu saja kabar itu membuat Juna merasa lega.

Juna mendekati Shella yang masih berbaring dengan lemah. Menatap istrinya dengan seksama. Dan menyentuh tangan Shella dengan lembut. "Nggak tahu kenapa aku merasa sangat takut jika terjadi apa-apa dengan kamu." gumamnya sembari mengecup tangan Shella dengan sangat lembut.

"Aku nggak pernah merasa setakut ini kehilangan seseorang selain kamu, bahkan melebihi ketakutanku terhadap kak Dhika." ucapnya lagi.

Juna mulai menyadari sesuatu yang tak biasa di dalam hatinya. Mungkinkah dia mulai jatuh cinta kepada Shella?

Terpopuler

Comments

Tri Handayani

Tri Handayani

double up dong thorrr'semangat....

2023-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!