Shella terbangun di hari berikutnya. Dia masih merasakan pusing. Namun, saat dia hendak bergerak. Dia merasa tangannya dipegang oleh seseorang. Dan ternyata itu adalah suaminya. Senyuman mengembang di wajah cantik tapi terlihat pucat. Perlahan ia menyentuh kepala Juna. Membuat Juna seketika terbangun. "Heh, ada apa? Kenapa?" tanya Juna dengan terkejut.
Ia melihat Shella telah membuka matanya. Tentu saja ia merasa sangat senang. "Kamu udah bangun? Masih sakit? Masih pusing?" tanya Juna masih khawatir.
Shella menggelengkan kepala sembari tersenyum. Ternyata begini rasanya ketika sakit dikhawatirin seseorang. Dulu, saat dia sakit. Dia harus tetap berusaha untuk sehat. Paman, tante dan sepupunya tidak ada yang peduli apakah dia sakit atau tidak. "Cuma pusing dikit." jawabnya.
"Mau makan apa biar Roy beliin?" tanya Juna lagi.
"Nggak, nanti aja. Aku mau ke kamar mandi." jawab Shella. Ia berusaha bangun tapi dipapah oleh Juna. Karena Juna tidak tega membiarkan Shella sendirian. Ia takut Shella jatuh.
"Kamu nunggu disini aja! Aku bisa sendiri." kata Shella. Ia meminta Juna menunggu di depan kamar mandi.
"Tapi,, tapi nanti kalau kamu jatuh gimana? Aku masuk aja ya! Aku nanti hadap belakang biar kamu nggak malu." Juna ingin menemani istrinya di dalam kamar mandi.
"Nggak. Kamu tetap diluar!" seru Shella. Dia malu kalau Juna sampai ikut dia pup.
Juna menghela nafasnya. Dia membiarkan Shella masuk ke kamar mandi sendiri. Sementara dia menunggu di depan pintu kamar mandi.
Di depan pintu kamar mandi, Juna mondar mandir tak tenang. "Shell, kamu baik-baik saja kan?" serunya dari luar.
"Iya.." jawab Shella sembari menepuk jidatnya. Tak menyangka jika suami dinginnya akan begitu sangat peduli kepadanya.
"Kemarin aja dinginnya minta ampun, sekarang kayak gitu." gumam Shella. Namun, entah mengapa dia merasa senang dengan perlakuan Juna yang seperti itu. Ia merasa special.
Tak lama kemudian, Shella keluar dari kamar mandi. Dia langsung disambut oleh Juna yang terus menunggunya di depan kamar mandi. Juna menuntun Shella kembali ke ranjang. "Pelan-pelan!" katanya.
"Kamu mau sarapan apa?" tanya Juna lagi.
"Apa aja."
Juna langsung meminta Roy untuk mencari sarapan untuk mereka semua. Juna tetap berada di samping Shella.
Shella menatap Juna dengan lembut. Ia ingin bertanya sesuatu tapi takut. Ya, ia ingin bertanya kenapa Juna berpura-pura cacat. Apakah itu untuk mengujinya atau demi keselamatannya.
"Kenapa? Kamu mau tanya kenapa aku pura-pura cacat?" Juna dengan mudah menebak pikiran Shella.
Dengan cepat Shella menganggukan kepalanya. "Kenapa? Kamu mau menguji aku?" tanyanya.
"Awalnya demi keselamatan aku. Terus untuk menguji calon yang akan aku nikahi. Ternyata, kamu orang yang sangat tulus." jawab Juna.
"Kalau demi keselamatan kamu. Kenapa nggak kamu terusin aja?" tanya Shella lagi.
Juna tersenyum kecil. "Aku ingin memancing mereka keluar. Aku yakin setelah mereka tahu aku baik-baik saja. Mereka akan datang dan mencoba mencelakai aku lagi. Saat waktu itu tiba, aku akan menangkap mereka dengan tanganku sendiri." Juna menjelaskan rencananya kepada istrinya.
"Tapi kamu janji harus selamat! Kalau nggak, aku pasti akan cari suami baru." kata Shella yang membuat Juna tersenyum geli.
"Iya, aku janji." Juna menyentuh kepala Shella dengan lembut.
"Hari ini aku boleh pulang kan?"
"Belum tahu, nanti tanya dokter dulu."
"Kakak kamu jadi pulang?" Juna menganggukan kepalanya.
"Jadi, jam 9 nanti pesawatnya tiba." jawab Juna.
"Kamu nggak jemput kakak kamu?" Juna menggeleng.
"Aku temani kamu aja. Udah ada Roy dan Donny nanti yang jemput." jawab Juna lagi. Dia masih tidak tega meninggalkan Shella sendirian.
"Nggak ke kantor?"
"Nggak. Pokoknya aku mau temenin kamu aja. Takut kamu kenapa-napa." Juna memeluk Shella dengan erat. Namun buru-buru di dorong oleh Shella karena Roy masuk ke ruang perawatan itu.
Akan tetapi, ternyata Roy tidak sendirian. Dia masuk bersama dengan Tasya dan juga Bi Ani. "Tante..." seru Tasya sembari berlari masuk ke ruangan rawat tersebut.
"Hai.." Shella merasa sangat senang saat melihat Tasya menjenguknya.
"Tante sakit apa?" tanya Tasya.
"Nggak sakit apa-apa kok. Kemarin tante nggak sengaja jatuh terus kebentur. Ini udah sembuh kok." Shella memeluk Tasya yang naik ke pangkuannya.
"Kamu kok udan cantik mau kemana?" tanya Shella mencium Tasya dengan lembut.
"Mau jemput papa. Katanya papa mau pulang. Iya kan om?" tanya Tasya kepada Juna.
Juna menganggukan kepalanya. Dia sangat senang melihat wajah ceria Tasya. "Nanti kamu ditemenin om Roy sama pak Donny dan Bi Ani ya? Om mau nemenin tante di rumah sakit. Tante kepalanya masih pusing." kata Juna.
"Oke om. Jagain tante ya om." ucap Tasya.
"Siap tuan putri.." jawab Juna sembari tersenyum.
"Aku pergi dulu ya tante! Tante cepat sembuh!" kata Tasya sembari mencium pipi Shella dengan sangat bahagia.
Shella menatap kepergian Tasya dengan senyuman. Namun, sesaat kemduian dia merasa sedih. "Anak selucu dan sepinter itu, kok ibunya tega meninggalkan dia di panti asuhan?" gumam Shella merasa iba dengan Tasya.
"Aku juga kesal banget. Kenapa nggak anter dia kesini aja. Setidaknya masa depan Tasya kan terjamin. Papanya juga punya perusahaan, aku juga punya." kata Juna menyayangkan keputusan mamanya Tasya.
"Tapi kakak kamu sama mamanya Tasya menikah? Maaf kalau tersinggung." Shella merasa tak enak dengan pertanyaan itu. Tapi dia penasaran.
"Nikah. Tapi nggak ada yang tahu."
"Sebenarnya, mereka pisah karena aku." Shella mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti apa maksud perkataan Juna.
"Maksud kamu?"
"Mamanya Tasya nggak mau aku dapat saham papa. Dia mau menguasai semu karena kak Dhika anak pertama. Tapi kak Dhika selalu membela aku. Dia mengatakan kalau dia adalah pengganti orang tua kami. Mereka kemudian sering cekcok. Sampai akhirnya mereka berpisah. Tasya dibawa pergi." Juna menjelaskan duduk perkara kepada Shella.
Luka itu ia pendam selama bertahun-tahun. Sampai akhirnya Juna memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri. Agar supaya hal semacam itu tidak terulang lagi.
Shella meraih tangan Juna dengan lembut. Dia menenangkan kesedihan Juna. "Bukan salah kamu. Itu semua karena kakak ipar kamu yang tak bersyukur. Kak Dhika bener, dia mempertahankan kamu karena hanya kamu keluarga yang ia miliki. Sedangkan istrinya? Dia akan jadi orang lain jika mereka berpisah. Tapi kamu? Kamu akan tetap menjadi adiknya." Shella kemudian memeluk Juna.
Shella baru tahu jika ternyata masalah orang kaya lebih rumit dari orang biasa. "Tanyain dokter kapan aku boleh pulang! Aku ingin ketemu kakak kamu. Ingin menyapa kakak ipar aku." pinta Shella. Sebenarnya, dia hanya tidak betah aja tinggal di rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Tri Handayani
lanjut thorrrr'semangat
2023-04-13
1