Episode 5

Shella disambut oleh sahabatnya Dona. Mereka berdua kemudian berjalan bersama menuju kelas. Keduanya nampak bahagia dan saling bercanda satu sama lain. Namun, di tengah jalan, tanpa sengaja Dona menabrak seseorang.

"Punya mata nggak sih?" orang itu marah dan memaki Dona.

"Oh kamu? Ih badanku jadi gatal-gatal." ucap teman sekelas Dona dan Shella.

Dia seorang anak dari keluarga kaya raya. Dia juga suka sekali menghina Dona dan Shella karena mereka berdua berasal dari panti asuhan dan tak selevel dengan dia. Seorang wanita bernama Lusi itu sangat suka dipuji. Ia memiliki dua orang teman yang menjadi penjilat demi mendapat apa-apa dari Lusi.

"Ih, kamu harus mandi dan berendam selama lima jam, takutnya gatal di tubuh kamu nggak hilang.." kata Nur, salah satu teman Lusi.

"Iya sih Lus, hiii, kalau aku pasti akan langsung ke dokter kulit." sahut Hana, teman Lusi yang lain. Mereka suka sekali menghina Dona dan Shella.

"Jaga ya bicara kamu!" Shella mulai marah. Dia selalu ingin melawan, tapi Dona selalu menghentikannya.

Dona menahan tangan Shella. "Bukan sekarang!" lirih Dona.

Dona kemudian menarik tangan Shella dari tempat itu. Dia sama sekali tidak mau mempedulikan Lusi dan kedua temannya. Semakin di ladeni, semakin menjadi. Dona akan membalas perbuatan itu saat waktunya tiba.

Pasalnya, lelaki yang Lusi sukai sedang pedekate dengan Dona. Mungkin itu juga salah satu alasan kenapa Lusi sering menghina Dona dan Shella, terutama Dona.

"Aku mulai nggak sabar dengan mereka." ucap Shella dengan kesal.

"Udah, biarin aja. Aku akan balas mereka dengan cara elegan tanpa menyentuhnya." kata Dona.

Shella menatap sahabatnya itu. Dia tak tahu kalau ternyata Dona adalah seorang pembunuh berdarah dingin. Ia mampu tenang dipermukaan, tapi sebenarnya dia memikirkan banyak cara untuk membalas mereka semua.

Tapi memang seperti itulah Dona. Seseorang yang tak bisa di tebak. "Kamu jadian sama Gio?" tanya Shella.

"Belum. Tapi segera." jawab Dona dengan yakin.

Gio adalah lelaki yang disukai oleh Lusi. Sayangnya, Gio lebih menyukai Dona karena mereka berasal dari panti asuhan yang sama.

Sebenarnya Dona tidak memiliki perasaan untuk Gio. Namun, demi membalas perbuatan Lusi. Dona terpaksa harus memberi harapan untuk Gio.

"Tapi, bukannya kamu nggak suka sama Gio?" tanya Shella yang juga mengenal Gio karena berada di panti asuhan yang sama.

"Witing tresno jalaran soko kulino." jawab Dona.

"Oh, oke. Kalau jadian jangan lupa traktir!" ucap Shella sembari tersenyum.

"Beres."

Mereka kemudian tertawa bersama. Kedekatan itu terjalin sangat lama. Dan Shella mungkin satu-satunya sahabat Dona. Begitu juga sebaliknya. Dona satu-satunya sahabat bagi Shella.

****

Setelah makan malam. Shella menemani suaminya duduk di balkon depan kamar mereka. "Mas lagi apa?" tanya Shella.

"Nggak ngapa-ngapain, cuma menikmati udara malam aja." jawab Juna. Kini, dia mulai lembut dan ramah kepada istrinya. Tidak seperti awal pertama Shella tiba di rumah tersebut.

"Kamu nggak masalah kalau aku ngerokok?" tanya Juna.

Shella melihat asbak penuh dengan putung rokok. Dia menggelengkan kepalanya. Shella berusaha memahami sifat lelaki. Dia tak mempermasalahkan suaminya yang merokok.

Karena, bagi sebagian lelaki. Merokok adalah cara mereka menghancurkan kebuntuan di dalam pikiran mereka.

"Minggu depan aku mau jenguk kak Dhika, kebetulan ada pekerjaan disana juga." kata Juna berpamitan kepada Shella.

"Ya. Salam buat kak Dhika." meskipun belum bertemu dengan kakak iparnya. Tapi Shella yakin jika kakak iparnya tersebut orang yang begitu baik.

"Oh ya mas, paman ngajak kita makan malam bareng. Mas mau datang nggak?" tanya Shella menyampaikan apa yang pamannya katakan. Tadi, tumben-tumbenan pamannya menelepon dan mengajaknya makan malam bersama dengan suaminya.

"Kapan?"

"Besok malam!" jawab Shella.

"Kalau mas nggak mau, nanti aku bilang ke paman." imbuh Shella.

"Ya, besok kita kesana." kata Juna menyetujui permintaan pamannya Shella.

Juna juga ingin tahu apa yang direncanakan oleh pamannya Shella. Karena dia tiba-tiba mengajaknya makan malam. Juga ingin ketemu dengan ketiga anak Baron yang menolak lamarannya.

"Katanya kamu pernah tinggal di panti asuhan?" Shella menganggukan kepalanya dengan cepat.

"Kenapa nggak ikut paman kamu?"

"Setelah orang tuaku meninggal. Aku juga langsung ikut paman. Tapi, pamanku yang takut dengan istrinya terpaksa memperlakukan aku secara tidak adil. Aku nggak betah, kemudian memilih tinggal di panti asuhan. Akhirnya betah deh." jawab Shella yang masih tetap tersenyum.

"Kamu dipaksa paman kamu untuk menikahi aku?" Shella terdiam beberapa saat. Kemudian ia menganggukan kepalanya dengan pelan. Shella takut menyakiti perasaan Juna.

"Jika aku kasih kamu kesempatan untuk pergi, apakah kamu mau?" Shella menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Karena bagiku menikah itu hanya sekali seumur hidup. Meskipun aku terpaksa, tapi kamu tetap suami aku yang harus aku layani." jawab Shella.

"Kamu nggak akan nyesel? Kamu hanya akan merawat aku, karena aku nggak bisa lagi jalan." Juna semakin ingin mendengar jawaban Shella.

Shella menggelengkan kepalanya. Ia juga tersenyum begitu tulus. "Mungkin kita memang ditakdirkan seperti ini. Memang butuh waktu. Tapi aku janji akan merawat kamu sampai tua. Kita akan menua bersama." jawaban Shella yang membuat jantung Juna berdetak tak karuan.

Setelah sekian lama. Ini pertama kalinya hatinya tergerak oleh seorang wanita. Hati yang telah lama terkunci, mungkin pada akhirnya terbuka kembali.

"Tapi, aku bukan orang baik. Aku hanya berusaha untuk berbuat baik." tukas Shella.

Juna terdiam. Dia tak tahu lagi harus berkata apa. Dia merasakan setiap ketulusan dari jawaban-jawaban Shella. Dan hatinya merasa senang karenanya.

"Mas belum ngantuk?" tanya Shella yang mulai menguap.

"Kalau mau tidur duluan silahkan!" kata Juna. Dia masih ingin menikmati udara malam di balkon depan kamarnya.

"Aku habisin rokok aku dulu!" imbuh Juna yang masih menikmati rokok yang ia jepit diantara jari telunjuk dan jari tengahnya.

Shella kemudian berjalan ke ranjang. Ia akan tidur lebih dulu. Karena dia sudah sangat mengantuk. Berulang kali dia menguap. Tak butuh waktu lama. Shella sudah mulai tertidur pulas. Suara dengkurannya cukup kencang.

Sementara Juna masih menikmati setiap hisap demi hisap rokoknya. Dengan perlahan ia menghembuskan nafasnya. Wajahnya pun bermandikan asap yang membumbung.

Mendengar Shella sudah mendengkur. Juna segera mematikan rokoknya. Ia kemudian masuk dan mendekati istrinya yang tertidur sangat pulas.

Juna tersenyum menatap wajah cantik istrinya yang masih natural tanpa polesan make up. Tanpa sadar tangannya terangkat dan dengan lembut menyentuh wajah Shella.

Juna teringat akan jawaban-jawaban Shella yang membuatnya bahagia. "Mungkin kamu memang ditakdirkan untuk aku." gumamnya dengan lembut. Juna juga masih terus mengelus wajah Shella.

Terpopuler

Comments

🖤잘리나💎

🖤잘리나💎

lanjutt lagi thor semangat

2023-04-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!