Sera tak percaya dengan apa yang Juna katakan. Dia mengira Juna hanya berpura-pura. Juna hanya ingin membuatnya cemburu. "Nggak.. Nggak.. Itu nggak bener. Kamu pasti bohong. Kamu hanya ingin buat aku kesal kan?" tanya Sera masih tak percaya.
"Ser, kita udah selesai. Sekarang aku hanya ingin menjalani hidup dengan anak dan istriku dengan nyaman." kata Juna tak melepaskan tangan Shella.
Sementara Shella hanya diam menyaksikan semua itu. Dia tidak tahu menahu mengenai cerita Juna dengan Sera. Jadi, lebih baik dia diam.
"Nggak. Kamu pasti bohong. Aku pulang karena ingin menepati janjiku menikah dengan kamu." ucap Sera marah. Dia bahkan hampir tak terkendali.
"Aku sudah bahagia dengan istriku." kata Juna.
Sera membulatkan matanya. Dia menatap Juna dengan tatapan nanar. Kemudian menatap Shella dengan tatapan tajam. Tak percaya jika gadis kecil itu telah merebut kekasihnya. Sera yang mulai kalap mendekati Shella dan menarik tangannya.
"Sini kamu! Kamu berani rebut Juna dari aku!" kata Sera dengan marah.
"Sera!!" seru Juna dengan marah. Tentu saja dia segera melindungi Shella dari kegilaan Sera.
"Sini kamu!" Sera terus menggila. Dia berusaha menarik Shella. Namun Juna dengan sigap melindungi istrinya.
Juna menahan tangan Sera. Menatapnya dengan iba. Tapi, dia tidak membiarkan Sera menyakiti istrinya. Apalagi membahayakan kandungan istrinya. "Terima kenyataan Ser! Kita udah selesai." kata Juna lagi.
"Aku nggak bisa Juna. Aku nggak mau pisah dari kamu." ucap Sera sembari menangis. Dia tak kuat menahan rasa sakit dan kecewa di hatinya.
"Kenapa kamu ninggalin aku? Kenapa kamu tega?" Sera semakin tersedu.
"Kamu tahu alasannya. Jadi, aku harap kamu juga bahagia dengan pilihan kamu." ucap Juna.
Perkataan Juna itu membuat Sera semakin terisak. Membuat Shella yang melihatnya merasa iba. Ia tak tega melihat Sera yang menyedihkan.
Apalagi Juna segera meminta Roy untuk membawa Sera keluar dari kantornya. Juna tidak ingin membuat istrinya semakin kepikiran mengenai masalalu dia dengan Sera.
Begitu Shella pergi. Juna meraih tangan Shella. Dia mengajak Shella untuk duduk di sofa. "Tadi cuma mantan pacar aku. Dia pergi demi karier-nya. Dia pikir aku akan nungguin dia?" ucap Juna sembari tersenyum sinis.
"Kenapa? Nyesel? Kenapa nggak dikejar?" tanya Shella. Dia cemburu.
Seketika Juna menatap istrinya. Dia segera memeluknya. "Nggak. Dia hanya masalalu. Sekarang, aku cuma cinta sama kamu, sama adik." ucap Juna sembari mengelus perut Shella. Di dalam sanalah, kehidupan barunya tumbuh.
"Kamu masak apa? Aku lapar." Juna mencoba mengalihkan pembicaraan. Melihat wajah cemberut istrinya.
Shella segera membuka rantang makanan yang ia bawa. Meskipun tetap dengan wajah cemberut. Namun, dia tetap meladeni suaminya. Menyiapkan makanan untuk suaminya.
Juna segera menyantap makanan yang Shella bawa tersebut. "Kamu nggak makan?" tanya Juna kepada Shella.
"Nggak." jawab Shella singkat.
Juna menyodorkan makanan ke mulut Shella. Namun Shella menolak. Ia menjauhkan kepalanya. Juna menghela nafas, menahan sabar karena istrinya sedang ngambek.
"Kamu harus makan! Kasihan adik, juga lapar kan. Makan ya!" Juna tetap menyodorkan makanan ke mulut Shella.
Barulah Shella mau membuka mulutnya. Namun, dia masih saja cemberut. Juna terus menyuapi Shella walaupun Shella masih saja ngambek.
Selesai makan, Shella segera membereskan peralatan makan tersebut. Kemudian dia bangkit dan hendak pergi. Namun, segera Juna menahannya.
Dia mendekap Shella dengan sangat erat. "Mau kemana? Aku masih kangen." kata Juna pelan.
Shella masih terus diam. Entah apa yang membuatnya cemburu. Padahal jelas-jelas Juna telah menolak mantan pacarnya bahkan di depan Shella juga.
"Kenapa sih ngambek terus? Jangan diemin aku dong!" mohon Juna. Ia memohon agar Shella tidak lagi marah atau ngediemin dia.
"Pasti dulu kamu cinta banget sama mantan kamu itu? Katanya kamu akan nikahin dia." Shella masih saja cemburu. Dia bertanya dengan sinis.
"Jujur saja iya. Dia cinta pertamaku. Tapi itu dulu, sekarang aku cuma cinta sama kamu." Juna tidak mau membuat istrinya semakin marah. Tapi, dia juga tidak mau membohongi Shella.
Dulu, dia memang sangat mencintai wanita bernama Sera tersebut. Bahkan dia kepikiran untuk menikahi wanita itu. Akan tetapi, Sera menolak karena dia ingin melanjutkan kariernya sebagai model internasional.
"Aku mau pulang." Shella semakin marah. Dia mendorong Juna. Namun, Juna mempererat pelukannya.
"Itu kan dulu. Sekarang cintaku cuma untuk kamu." kata Juna tidak mau melepaskan pelukannya.
"Percaya dong! Kamu tahu aku takut banget kehilangan kamu." imbuh Juna.
"Karena dia juga kamu menolak menikah dengan aku? Kamu dingin ke aku?" pertanyaan yang sulit dijawab bagi kaum lelaki.
"Nggak, bukan."
"Bohong."
"Iya.."
"Aku mau pulang." Shella meronta namun Juna tak melepaskan pelukannya.
Juna berulang kali menghela nafasnya. Dia menjadi serba salah. Namun, Juna cukup kuat menahan amarahnya.
....
Seharian Shella ngambek. Meskipun dia tetap di kantor Juna. Tapi, Shella tidak mau bicara dengan suaminya. Juna yang bingung harus bagaimana, memilih untuk membiarkan istrinya. Tapi, dia tetap memperhatikan dan bersikap lembut ke Shella.
Sesampainya di rumah pun Shella tetap tidak mau bicara dengan Juna. Dia juga tidak mau turun untuk makan malam bersama. "Shella mana?" tanya Andhika.
"Di kamar. Dia capek katanya. Nanti, aku bawain dia makan." jawab Juna tidak mau membuat kakaknya khawatir.
"Bi, siapin makanan untuk Shella. Nanti biar aku yang bawa ke kamar." perintah Juna kepada kepala pelayan di rumahnya.
"Baik tuan."
"Hamil muda emang seperti itu. Kadang juga ada yang sama sekali nggak mau makan. Yang penting kamu jaga perasaan dia. Karena wanita hamil muda itu lebih sensitif. Itu juga berpengaruh keadaan janinnya." Andhika memberitahu adiknya sesuai dengan pengalaman yang pernah ia alami.
"Iya kak."
"Om, aku kangen sama tante. Aku boleh kan ke kamar tante?" Juna tersenyum sembari menganggukan kepalanya.
Sudah berhari-hari Shella tidak mengantar Tasya ke sekolah. Dia pasti sangat merindukan tantenya tersebut. Karena dibanding yang lain. Tasya lebih dekat dengan Shella.
Tasya kemudian turun dari kursinya. Segera ia berlari ke kamar Juna dan Shella. Tasya mengetuk pelan pintu kamar tersebut. "Tante, ini aku. Aku boleh masuk?" katanya dari luar pintu kamar.
Shella mengerutkan kening. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Ia melihat seorang anak kecil berlari ke arahnya. "Tante... Aku kangen..." seru Tasya sembari memeluk Shella.
"Tante juga kangen.." Shella memeluk anak kecil tersebut.
"Besok tante anter ke sekolah mau?"
"Mau.. Mau tante.." Tasya melompat kegirangan.
"Tapi.. Tapi nanti om Juna marah nggak?" tiba-tiba Tasya ragu, mengingat om-nya akan marah jika tantenya nekad mengantarnya ke sekolah.
"Tenang aja. Om Juna nggak akan marah kok." jawab Shella. Shella yang marah mulai mengabaikan peringatan Juna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Tri Handayani
lanjut thorrrr
2023-04-25
0
🖤잘리나💎
up up up
2023-04-24
0