Episode 13

Shella mendapat telepon dari Dewi. Ia kembali mengundang Shella dan Juna untuk makan malam bersama. Awalnya Shella menolak. Tapi Dewi memaksanya. Dewi mengatakan permintaan maafnya atas insiden beberapa waktu yang lalu. Akhirnya karena paksaan itu, Shella mengiyakan permintaan Dewi.

"Aku tanya Juna dulu, dia sibuk atau nggak." jawab Shella kemudian mematikan teleponnya.

Ia menghela nafas panjang. Namun, Shella bukan orang yang bodoh. Dia tahu pasti ada sesuatu sampai Dewi mengundangnya untuk makan malam lagi. Padahal apa yang dia mau sudah di kasih oleh Juna.

Karena ingin tahu apa yang tantenya rencanakan. Shella memutuskan untuk mengikuti rencana Dewi. Dia juga penasaran apa maksud dan tujuan Dewi.

Shella menghubungi Juna. Lalu Juna memintanya untuk menemuinya di kantor. "Kamu belum pernah main ke kantorku kan? Kamu kesini aja!" pinta Juna.

"Ya. Sekalian aku bawain makan siang ya?" kata Shella.

"Hmm.. Aku tunggu." pungkas Juna.

Shella kemudian pamit ke bunda panti dan juga teman-temannya. Dengan alasan dia diminta pulang segera oleh tantenya. Shella masih menyembunyikan pernikahannya dari teman-temannya.

"Tante kamu nindas kamu lagi?" tanya Dona saat Shella berpamitan.

"Kenapa nggak kamu lawan aja sih?" Dona geram karena Shella selalu aja diam saat ditindas oleh istri dari pamannya.

"Tunggu tanggal mainnya." jawab Shella dengan tersenyum kecil.

"Aku pamit dulu!" katanya kemudian meninggalkan tempat tersebut.

Shella pergi mencari makan siang untuk suaminya terlebih dahulu. Kemudian dia segera pergi ke kantor suaminya untuk pertama kalinya.

Ternyata, di kantor itu juga masih heboh mengenai Juna yang tiba-tiba sembuh. Semua orang tahu jika Juna menjadi cacat karena kecelakaan itu. Tapi ternyata, sekarang dia bisa berjalan normal. Tentu saja berita itu membuat gempar para karyawan Juna.

Shella mendengar beberapa karyawan yang membicarakan tentang suaminya. Mereka terkejut juga merasa senang atas kesembuhan bos mereka. Ada pula yang bermimpi ingin menikahi bos mereka tersebut.

"Andai dia jadi suamiku. Ah aku pasti seneng banget. Kalian tahu kan kalau bos itu ganteng parah.."

Mendengar itu mata Shella membulat. Dia seperti tidak terima dengan perkataan karyawan tersebut. "Huh, enak aja mau nikahi suami orang. Langkahi dulu mayat aku." gumam Shella pelan.

Namun, sesaat kemudian Shella tersadar. "Ngomong apa sih aku? Masa iya aku cemburu? Nggak, nggak, nggak.." gumam Shella lagi.

Shella sampai di resepsionis perusahaan itu. Namun, resepsionis mengira jika Shella adalah pengantar makanan. "Ini makanan untuk pak Juna?" tanya resepsionis.

"Iya." jawab Shella sembari tersenyum.

"Taruh saja disini, nanti biar pak satpam yang anter ke ruangan pak Juna." kata sang resepsionis.

"Tapi kata pak Juna, aku disuruh anter ke ruangannya langsung." Shella tahu jika resepsionis tersebut menganggapnya sebagai pengantar makanan. Namun, Shella tidak mau mempermasalahkan hal tersebut. Karena faktanya memang pernikahannya tersembunyi.

"Oh, kalau gitu, lewat tangga saja! Lift-nya rusak."

"Oh, baik." jawab Shella yang sebenarnya kesal. Tetapi, ia menahannya karena tidak mau ada keributan.

Shella segera berjalan menuju tangga darurat sesuai perintah sang resepsionis. Akan tetapi, tiba-tiba ia dipanggil oleh Roy. "Bu Shella.."

Seketika Shella menoleh. "Roy.." ia tersenyum kecil.

"Mau ke ruangan pak Juna?" tanya Roy.

"Iya."

"Lewat sini!" Roy mengajak Shella masuk ke lift khusus Presiden Direktur.

"Katanya lift-nya rusak?" tanya Shella sembari melirik sang resepsionis. Tentu saja resepsionis itu kaget dan seketika gelagapan.

Roy paham apa yang terjadi. Karena melihat wajah sang resepsionis yang kaget. "Iya memang rusak. Tapi lift khusus Presiden ini masih bagus kok, Bu." jawab Roy.

"Oh ya, nanti lift karyawan ini tolong di kasih tulisan 'sedang diperbaiki'. Dan minta semua karyawan untuk lewat tangga darurat!" perintah Roy ke resepsionis.

Mata sang resepsionis terbelalak. "Ba..baik pak." namun dia tidak berani membantah perintah assisten Presiden.

Shella tersenyum kecil melihat pembalasan yang Roy lakukan untuknya. Pembalasan yang begitu elegan tanpa harus mengeluarkan emosi.

"Silahkan, Bu." ucap Roy.

Shella segera masuk bersama dengan Roy. Ia terus tersenyum melihat wajah ketakutan dan kaget sang resepsionis tersebut.

Di lantai 12.

"Silahkan tunggu pak Juna di dalam ruangan! Pak Juna sedang rapat." kata Roy.

Shella menganggukan kepalanya. Dia berjalan mengelilingi ruangan yang cukup luas itu. Ia melihat foto Juna dengan Andhika yang terpajang di meja kerja Juna. Ia meyakini jika hubungan kedua saudara tersebut sangatlah baik. Dia juga telah melihat dengan mata kepala sendiri betapa mereka berdua saling menyayangi.

Cukup lama Shella menunggu Juna. Sampai ia tertidur di sofa ketika menunggu Juna.

Saat Juna masuk ke ruangannya. Dia melihat istrinya yang tertidur di sofa. Juna tidak membangunkannya. Tapi dia terus menatap istrinya yang tertidur pulas. Harus diakui jika Shella memang wanita yang cukup cantik. Wajahnya yang polos membuat dia terlihat begitu menarik.

Juna menopang dagu sembari terus menatap Shella. Wajah tampan penuh senyuman. Tak lama, Shella terbangun dan kaget melihat Juna sudah ada di depannya. "Astaga... Kaget aku.." katanya sembari agak tersentak karena kaget.

"Kamu udah lama disitu?" Juna menganggukan kepalanya.

"Kenapa nggak bangunin aku?" tanya Shella.

"Aku masih ingin melihat keindahan dunia." jawab Juna yang membuat hati Shella berdebar.

"Anj*r, cuma gitu aja kenapa jantungku berdegup kencang?" gumam Shella pada dirinya sendiri.

"Makan aja yuk!" kata Shella mencoba mengalihkan pembicaraan.

Shella menyiapkan makan untuk suaminya. "Mas, tante Dewi ngajak kita makan malam di rumahnya lagi, gimana?" tanya Shella sembari menyiapkan makan untuk suaminya.

"Maksudnya, mas ada waktu nggak?"

"Kapan?"

"Malam ini."

"Aku yakin mereka merencanakan sesuatu lagi. Aku penasaran apa yang mereka rencanakan." kata Shella lagi.

"Kalau penasaran, kita penuhi permintaan mereka, sekalian kita lihat apa yang ingin mereka lakukan." jawab Juna sembari memasukan makanan ke dalam mulutnya.

"Haaa.." ia juga menyuapi istrinya.

"Mungkin mereka pengen tahu kenapa aku tiba-tiba sembuh. Dan pasti mereka menyesal memaksa kamu menikahi aku." imbuh Juna.

"Kalau kamu nyesel nggak nikahin aku?" entah kenapa pertanyaan itu keluar dari mulut Shella.

"Nggak. Aku seneng, karena tanpa kamu, Tasya pasti tidak akan seceria sekarang." jawab Juna sembari menatap Shella lekat.

Tatapan seperti itu yang membuat Shella tidak nyaman. Dia merasa gugup dan berusaha menenangkan dirinya.

"Habis dari sini mau kemana?" tanya Juna.

"Jemput Tasya."

"Pulang jam berapa?"

"Empat."

"Kalau gitu tunggu aku! Aku ikut jemput." kata Juna. Ia ingin sekali menjemput keponakannya di sekolah agar dia bisa lebih dekat dengan keponakannya itu.

Akhirnya, Shella menunggu di ruangan itu selama tiga jam. Supaya tidak bosan, Juna memintanya untuk membantu mengecek ulang dokumen yang harus di tanda tangani oleh Juna. Itung-itung belajar bekerja di perusahaan dan bantu suami.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!