Sesuai rencana, Juna dan Shella pergi makan malam ke rumah paman Shella. Dengan penuh bahagia Shella mendorong kursi roda Juna memasuki rumah pamannya.
"Selamat malam tuan Arjuna." sapa Baron kepada Juna. Dia tahu jika Arjuna orang yang sangat berpengaruh. Meskipun ia belum pernah bertemu secara langsung.
Juna hanya menganggukan kepalanya pelan. Dia masih saja berwajah dingin seperti biasa. "Paman, terima kasih karena sudah membesarkan Shella dengan baik. Aku ada oleh-oleh untuk paman." Juna menjentikan jarinya.
Dengan segera Roy masuk membawa sebuah bingkisan ditangan. Ia menyerahkannya kepada Baron. Tentu saja Baron menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih tuan Arjuna. Tapi seharusnya nggak perlu repot-repot! Saya dengan tulus merawat Shella, karena dia kan anak dari adik saya satu-satunya." kata Baron masih dalam suasana hati senang karena mendapat hadiah sebuah jam tangan mewah dari Juna.
"Shella, yuk ikut tante!" sahut Dewi dengan bahagia pula.
Ia mengajak Shella pergi ke dapur untuk menyiapkan alat makan. Sementara Juna dan Baron segera ke meja makan.
"Kami nggak tahu apa makanan kesukaan tuan Arjuna, jadi kami memasak semuanya." kata Dewi basa basi.
Lagi, lagi, Juna hanya menanggapinya dengan ekspresi datar. "Kamu pembantu disini?" tanya Juna ketika Shella sibuk menyiapkan semuanya.
Perkataan Juna tersebut membuat Baron dan Dewi kaget. Seketika mereka segera meminta Shella untuk duduk saja. Kemudian memanggil tiga orang anak perempuannya untuk menggantikan Shella.
"Shell, kamu duduk aja! Biar Dea, Ana dan Ayu yang menggantikan kamu!" sahut Dewi tidak ingin membuat kesan buruk di mata Juna. Suaminya memberitahu jika perusahaan mereka akan selamat jika mendapat suntikan dana dari Juna. Salah satu kapitalis terkaya.
Dan untuk mendapat simpati itu, dia harus bersikap baik terhadap Shella. Andai saja ketiga anaknya mau menikahi Juna. Pasti mereka tidak perlu berpura-pura seperti itu.
Beberapa hari yang lalu.
"Seorang kapitalis terkaya mengajukan lamaran untuk kalian. Siapa yang mau menikahi dia? Mama yakin hidup kalian akan terjamin." kata Dewi kepada anak-anaknya ketika Roy datang untuk melamar.
"Aku udah pacar." jawab Ana, anak kedua dari ketiga bersaudara itu.
"Aku masih kecil." sahut Ayu, bungsu dari ketiga bersaudara itu.
"Aku nggak mau, ma. Aku nggak mau menghabiskan hidupku hanya untuk merawat orang cacat. Lagipula, kita belum pernah lihat seperti apa dia. Iya kalau ganteng, kalau nggak?" ucap Dea, si sulung.
Alasan mereka menolak lamaran itu karena rumor yang beredar jika tuan muda itu cacat setelah mengalami kecelakaan.
"Tapi dia kaya.." ucap Dewi menyayangkan keputusan anak-anaknya. Namun, dia juga tak rela jika anak-anak mereka harus menghabiskan hidupnya untuk merawat seorang yang cacat.
"Kenapa nggak Shella aja?" sahut Ana.
Akhirnya Dewi dan Baron membujuk Shella supaya mau menikah dengan tuan muda cacat itu. Mereka juga mengatakan semua itu untuk membalas budi mereka karena merawat Shella selama bertahun-tahun.
On.
"Dea! Ana! Ayu!" seru Dewi memanggil ketiga anak perempuannya.
Ketiga anak perempuan itu datang satu per satu ke meja makan. Mata mereka terbelalak saat melihat jika ternyata Juna adalah seorang tuan muda yang tampan. Sayangnya, dia duduk di kursi roda.
"Kenalin tuan, ini ketiga anak saya. Yang sulung namanya Dea. Yang tengah, Ana. Dan yang bungsu Ayu." Baron memperkenalkan anak-anaknya saru per satu.
"Oh, mereka yang menolak lamaran aku?" kata Juna sembari tersenyum sinis.
Seketika suasana menjadi canggung. Namun dengan segera Juna mencairkan suasana. "Nggak masalah, karena aku akhirnya dapat seorang istri yang selain cantik juga baik dan tulus." kata Juna sembari menatap Shella yang duduk disebelahnya.
"Dia nanti yang akan mewarisi semua bisnis aku." imbuh Juna yang membuat semua orang terbelalak.
"Apa sudah boleh di mulai makan malamnya?" tanya Juna kembali mencairkan suasana.
"Oh silahkan tuan!" sahut Baron.
"De, ambilkan makanan untuk tuan Arjuna!" kata mamanya.
Pada saat itu, Dea benar-benar terpukau dengan ketampanan Juna. Matanya bahkan tak mampu beralih darinya. ("Jika bukan karena kakinya yang lumpuh, dia pasti sosok yang sempurna.")
"Nggak perlu. Ada Shella yang akan melayani aku. Dia istri aku." kata Juna mencegah sesuatu yang tak pantas terjadi.
Mana ada seorang kakak ipar melayani adik iparnya. Juna menentang hal semacam itu terjadi.
"Oh iya, Shella, layani tuan Arjuna! Jadi seorang istri harus bisa melayani suaminya dengan baik, kalau nggak mau suaminya diambil wanita lain!" sahut Dewi menceramahi Shella.
"Ya." jawab Shella singkat. Dia yang sedari tadi hanya diam saja.
Shella mulai melayani Juna dengan cara mengambilkan makan untuk suaminya. Sementara itu Dea memperhatikan setiap detail pelayanan Shella terhadap suaminya.
Ya, dia masih begitu terpukau dengan ketampanan Juna. Ada rasa menyesal di dalam hatinya kenapa dia menolak lamaran Juna pada waktu itu. Tapi, nasi telah menjadi bubur. Kini, lelaki itu telah menikah dengan sepupunya.
"Tuan, gimana dengan janji tuan untuk melunasi hutang perusahaan kami?" tanya Baron. Dia tak sabar menunggu sampai Juna selesai makan.
Juna tersenyum kecil. Dia akhirnya tahu maksud dari pamannya Shella mengajaknya makan malam bersama. Juna mengelap mulutnya. Kemudian mengambil minum dan menyesapnya.
"Tentu saja aku akan tepati janjiku. Tapi itu tergantung istriku. Dia mau bantu atau tidak." jawab Juna.
Tentu saja mata mereka terbelalak. Tak pernah menyangka jika Shella akan diperlakukan begitu baik oleh Juna. Kemudian dengan wajah culas, Baron membujuk Shella supaya mau membantu perusahaannya.
"Shell, tolong ya! Ini kan satu-satunya peninggalan kakek kamu. Paman mohon ya!" kata Baron dengan lembut.
"Iya Shell, tolonglah!" sahut Dewi dengan wajah tak kalah culas.
Namun, Shella masih belum membuka suara. Dia lebih memilih untuk tetap diam.
"Kalau perusahaan itu peninggalan kakeknya Shella, berarti Shella juga punya saham dong?" sahut Juna yang membuat semua orang kembali terbelalak.
"... Punya.. Iya punya, tapi waktu itu papanya Shella meminta saya untuk mengelola saham itu." jawab Baron dengan gugup.
"Kalau gitu alihkan saham itu atas nama Shella, lalu aku akan bantu perusahaan kalian untuk bangkit. Jadi aku nggak serta merta melakukan kebaikan. Aku lakukan demi istriku." kata Juna lagi.
Dia seorang pebisnis. Ia tak mau negosiasinya berakhir dengan tangan hampa. Setidaknya, ia melakukan itu semua untuk istrinya. Agar istrinya mendapatkan hak-nya.
"Undang kami makan malam lagi kalau kamu sudah alihkan saham milik istriku!" kata Juna mengakhiri pertemuan.
Ia meraih tangan Shella dan mengajaknya untuk pulang. "Yuk kita pulang!" kata Juna tanpa menunggu jawaban dari Baron. Karena Baron memang tak memiliki pilihan lain. Itu satu-satunya syarat agar Juna tidak meminta bank untuk memblokir semua aset-nya. Karena hutang yang tak bisa dibayar.
"Aku pamit dulu paman, tante." kata Shella kemudian mendorong kursi roda suaminya dengan kepala tegak.
Hatinya merasa sangat senang karena baru pertama kalinya, ia mendapat sebuah perlindungan di rumah itu. Selama ini, dia harus rela disalahkan dan dicaci tanpa melawan. Kini, ada seseorang yang membela hak-nya. Tentu saja Shella merasa sangat bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
🖤잘리나💎
lanjutt semangat
2023-04-06
1
Tri Handayani
lanjut thorrrr
2023-04-06
0