Episode 16

Juna berangkat pagi-pagi sekali. Shella ikut mengantar sampai ke bandara. "Jangan nakal!" gumam Juna sembari memeluk Shella.

Sejak menikah, Juna selalu berat ketika harus pergi ke luar kota atau ke luar negeri tanpa istrinya. Dia seperti tak rela meninggalkan istrinya.

"Nggak lah. Aku kan punya suami ganteng dan kaya, masa iya masih cari yang lain." jawab Shella.

"Hoam.." Shella menguap karena masih sangat ngantuk. Semalaman dia harus melayani Juna. Dan pagi-pagi buta sudah berangkat ke bandara untuk mengantar suaminya.

Juna merasa senang. Dia tersenyum sembari mempererat pelukannya. "Nanti kalau udah sampai, aku langsung kabari." ucap Juna.

Shella hanya menganggukan kepalanya. Dia benar-benar sangat ngantuk. Namun harus berusaha kuat demi suaminya. Kalau saja dia tak ujian. Shella pasti akan ikut suaminya pergi juga.

Tiba saat Juna harus segera naik ke pesawat. Dia seperti tidak rela melepaskan pelukannya. "Buruan berangkat! Hati-hati ya, mas!" ucap Shella. Sebenarnya dia juga sedih. Tapi dia harus kuat karena suaminya juga harus bekerja.

Ah, cuma dua hari aja.

Berulang kali Juna mengecup kening dan pipi Shella. "Cuma dua hari." ucapnya.

"Iya." Shella melambaikan tangannya melepas kepergian Juna.

Sebenarnya, itu bukan pertama kali Juna tugas ke luar. Waktu awal mereka menikah, Juna juga pergi untuk urusan pekerjaan. Hanya saja waktu itu di dalam hati mereka belum tumbuh benih-benih cinta seperti saat ini.

Baik Shella maupun Juna sangat berat melepaskan tangan satu sama lain. "Lain kali kamu harus ikut!" ucap Juna.

"Iya. Kalau aja nggak ujian aku pasti ikut. Takutnya suamiku tergoda wanita lain di sana." ucap Shella sembari tersenyum.

"Tidak ada yang bisa goyahkan cintaku ke kamu." jawab Juna yang membuat wajah Shella seketika tersipu.

"Ah, aku pasti rindu momen semalam." bisik Juna yang membuat wajah Shella memerah.

Dia mencubit lengan Juna. "Dasar.."

....

Shella kembali ke rumah untuk bersiap ke kampus. Namun, saat Shella, Tasya dan Andhika sedang sarapan. Tiba-tiba masuk seorang wanita yang memaksa Tasya untuk ikut dengannya.

"Ikut mama!" katanya menarik tangan Tasya dengan kasar.

Tentu saja perlakuan itu membuat Tasya menjadi histeris dan ketakutan. Tasya berterika dan meronta. Dia tidak mau ikut dengan wanita yang ternyata adalah mamanya Tasya.

Shella terbelalak, kenapa orang asing bisa masuk ke rumah tersebut. Dia menatap Donny dengan tajam. "Nyonya pertama memaksa masuk, saya nggak berani membantah." kata Donny menjelaskan.

Shella pun tahu posisi Donny yang serba salah.

"Aku nggak mau. Tante, tolong aku!" seru Tasya meminta bantuan Shella.

Shella pun segera menahan tangan Reni, mamanya Tasya, dia meminta agar Reni tidal kasar terhadap anak kecil. "Jangan kasar dengan anak kecil!" kata Shella.

Namun, merasa dibantah. Reni pun marah. Dia mendorong Shella dengan kasar. "Siapa kamu berani atur aku? Jangan ikut campur!" kata Reni dengan marah.

"Aku harus kalau itu menyangkut tentang Tasya. Aku yang merawat dia saat ibu kandungnya dengan tega membuang dia ke panti asuhan." ucap Shella yang pastinya membuat Reni semakin marah.

"Kalau kamu nggak tahu apa-apa! Jangan sembarangan bicara!" Reni semakin marah. Ia justru semakin erat menggenggam tangan Tasya. Dan membuat Tasya semakin menjerit.

"Lepasin Ren!" seru Andhika. Dia marah ketika melihat anaknya menangis.

"Oh, jadi kamu istri barunya Dhika?" tanya Reni tak tahu menahu tapi asal tebak.

"Aku istri siapa itu nggak penting. Yang terpenting, aku nggak akan biarin kamu membawa pergi Tasya!" Shella mendekat dan menarik Tasya. Kemudian dia melindungi Tasya di belakangnya.

"Kembaliin anak aku!" seru Reni berusaha meraih Tasya, namun Shella tidak membiarkannya.

"Untuk apa kamu cari di sampai kesini kalau akhirnya kamu akan buang dia ke panti asuhan lagi? Mending dia hidup dengan papanya yang jelas-jelas menyayangi dia." tutur Shella.

"DIAM! Kamu nggak tahu apa-apa. Jadi jangan ikut campur!!" Reni semakin marah.

"Aku nggak akan biarin kamu bawa Tasya!" ucap Andika.

"Diam! Dasar kamu orang cacat! Nggak berguna."

Plakkk.

Shella menampar Reni dengan cukup keras. "Siapa kamu berani menghina papanya Tasya? Apa kamu lupa siapa dia? Apa hebatnya wanita seperti kamu yang meninggalkan suami dan anak demi lelaki kaya?" seru Shella. Dia marah saat Andhika dihina oleh Reni.

Reni membulatkan matanya. Dia tak menyangka jika Shella akan menamparnya. "Apa kamu pikir kamu masih seorang ibu saat kamu meninggalkan Tasya di panti asuhan? Kamu bukan ibu, tapi iblis." kata-kata Shella sungguh sangat menohok. Bahkan sampai Reni tak bisa berkata apapun.

"Lebih baik kamu pergi! Tasya tidak ingin ikut kamu." imbuh Shella.

Reni menatap anaknya yang ketakutan. Dia bersembunyi di belakang Shella dengan takut. "Nak, maafin mama! Maafin mama!" Reni mendekat dan hendak memeluk Tasya. Namun, Tasya seketika mundur.

Entah apa yang Tasya rasakan. Sepertinya dia benar-benar kecewa dengan mamanya. Dia bahkan tidak mau menatap mamanya.

"Don, bawa nyonya Reni keluar!" perintah Andhika. Dia juga tidak mau lagi berurusan dengan Reni. Luka dihatinya begitu dalam. Apalagi saat tahu Tasya ditinggal di panti asuhan oleh Reni yang merupakan ibu kandungnya.

"Mari nyonya!" Donny menarik Reni supaya keluar dari rumah tersebut.

"Lepasin Don! Tasya, maafin mama, nak! Ikut mama ya!" seru Reni meronta. Namun Donny tak mempedulikannya. Dia lebih patuh dengan perintah Andhika, yang menggajinya.

Tasya kemudian memeluk Shella dengan sangat erat. Tasya benar-benar ketakutan sampai tubuhnya bergetar. Dia juga menangis.

Andhika mendekati anaknya. Dipeluknya lah anak perempuannya dengan sangat erat. "Nggak apa-apa. Ada papa." lirihnya dengan lembut.

Namun, Tasya tak menjawab. Dia hanya memeluk papanya dengan erat sembari masih menangis. Andhika mengangkat anaknya ke pangkuannya. "Hari ini nggak usah sekolah ya! Kita ke kamar yuk!" ucap Andhika.

Seketika Bi Ani dengan cepat mendorong kursi roda Andhika menuju kamar Tasya.

Shella menghela nafasnya. Namun, sesaat kemudian dia mulai terburu-buru. Karena dia harus ujian dan ternyata jam sudah siang.

"Kita berangkat sekarang pak Donny! Aku udah hampir telat." pinta Shella sembari berlari menuju mobil.

Lalu kemudian Donny mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia tak mau Shella terlambat ujian. Untung saja jalanan tidak terlalu macet. Jadi Shella tiba sebelum jam masuk.

Shella segera berlari menuju ruang ujian. Dia menghela nafas lega karena tidak terlambat. "Huh, untung saja." gumamnya merasa lega.

"Suttt.. Tumben hampir telat?" tanya Dona yanh duduk di sebelahnya.

"Hmm.. Tadi ada sesuatu yang tak terduga." jawab Shella ambigu.

Sementara Dona hanya mengerutkan kening. Dia merasa akhir-akhir ini, Shella seperti menyembunyikan sesuatu darinya.

Terpopuler

Comments

🖤잘리나💎

🖤잘리나💎

lanjutt lagi thor semangat

2023-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!