Episode 9

Demi menyenangkan keponakannya. Juna rela tak berangkat ke kantor. Dia dan Shella mengajak Tasya ke kebun binatang. Mereka menuruti apa mau Tasya agar ia merasa senang.

Tasya berjalan dengan riang kesana kemari sembari menarik tangan Shella. Sementara Juna di dorong oleh Roy yang setia menemani bos-nya. Melihat senyuman dan canda tawa Tasya membuat Juna merasa sangat bahagia.

"Tante, ayo lihat buaya!" Tasya terus menarik tangan Shella. Ia sama sekali tak merasa lelah. Dan senyuman terus ia tebarkan. Sesekali, Tasya akan memeluk Shella dengan senang. Ia merasa Shella seperti ibunya sendiri.

Dan Shella juga begitu sabar menuruti kemauan-kemauan Tasya. Kemana pun Tasya menariknya. Ia akan ikut. Chemistry mulai terjalin antara kedua wanita beda generasi tersebut. Shella yang sangat menyukai anak-anak merasa begitu senang juga. Bahkan, mereka sama sekali tidak mempedulikan Juna.

"Tante, kenapa om harus di dorong?" tanya Tasya setelah melihat Juna yang duduk di kursi roda dan di dorong oleh Roy.

"Karena kaki om sakit." jawab Shella dengan lembut.

Namun, Tasya terus memperhatikan om-nya dengan seksama. Mungkin, dia berpikir jika kemari ia melihat om-nya bisa jalan, tapi kenapa sekarang pakai kursi roda.

Akan tetapi, Tasya tidak berani berkata apapun. Dia masih canggung dan agak takut dengan om-nya. Mungkin masih trauma dengan orang asing.

"Aku laper tante.." keluh Tasya. Hampir seharian mereka bersenang-senang di kebun binatang. Tasya pun mulai merasa lapar.

"Mau makan apa?" tanya Shella berjongkok di depan Tasya.

"Em.. Apa ya?" Tasya mulai berpikir makanan apa yang ingin dia makan.

"Gimana kalau paha ayam sama es krim?" tanya Tasya memberi masukan.

"Em.. Oke, yuk kita makan! Ajak om Juna juga!" pinta Shella ingin Tasya dekat juga dengan om-nya.

Tasya menoleh, dia menatap Juna yang tersenyum sembari menatapnya. Ia masih merasa takut. Tapi karena desakan Shella, ia pun mulai berani berbicara. "Om, aku laper." kata Tasya sembari mendekati Juna.

"Lapar? Mau makan apa?" tanya Juna dengan begitu lembut.

"Paha ayam sama es krim." jawab Tasya dengan cepat.

"Boleh. Yuk!" Juna merasa sangat senang karena Tasya mulai tidak takut dengannya.

"Yuk!" Tasya tersenyum bahagia. Ia kembali meraih tangan Shella kemudian menggandengnya dengan gembira.

Hari yang cerah. Tidak sia-sia Juna libur demi keponakannya. Karena pada akhirnya dia bisa melihat tawa keponakannya lagi.

Namun tiba-tiba wajah Tasya kembali muram. Ia memeluk Shella sembari menangis. Tentu saja Shella menjadi kaget sekaligus khawatir. "Kenapa?" tanya Shella.

Tetapi, Tasya hanya menggelengkan kepalanya dan masih terus memeluk Shella. Membuat Shella dan Juna saling berpandangan. Mereka bingung dengan Tasya. Apa yang membuat Tasya tiba-tiba menangis.

"Nggak tahu." ucap Shella tanpa suara hanya gerakan bibir saja.

"Tasya kenapa? Tasya sakit?" Tasya kembali menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa? Bilang sama tante! Biar tante nggak sedih." Shella terus membujuk supaya Tasya mau bicara.

Perlahan Tasya mengangkat kepalanya. Wajahnya penuh dengan air mata. "Tasya kenapa?" Shella kembali bertanya. Dia menangkup kedua pipi Tasya dan menatapnya lembut.

"Aku mau mama.." kata Tasya sembari menangis.

"Mama kemana?" tanyanya lagi.

Rengekan Tasya tersebut membuat Shella dan Juna menjadi sedih. Terutama Juna, ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya.

"Mama pergi sama paman.. Tasya ditinggal." gumam Tasya masih menangis. Mungkin saja dia teringat saat mamanya meninggalkan dia di panti asuhan.

Shella tak kuat menahan kesedihan. Ia segera memeluk Tasya dengan erat. Di panti asuhan, Shella sering banget mendapati anak-anak seperti Tasya ini. Jadi kurang lebih, Shella bisa menenangkan Tasya hanya dengan pelukan. Karena itu yang Tasya butuhkan saat ini.

"Tasya nggak boleh sedih lagi! Kan ada tante sama om. Tasya harus semangat ya! Oh iya, ada papa juga. Besok papa pulang, Tasya mau ketemu papa nggak?" anak berusia empat tahun itu hanya menganggukan kepalanya.

Dia belum tahu tentang apa yang terjadi antara papa dan mamanya. Dia hanya merasa ditinggalkan oleh mamanya. Dan sakit itu pastinya akan membekas dalam hatinya.

"Kalau gitu jangan sedih lagi!" kata Shella kembali memeluk Tasya.

"Iya tante.."

"Makan yuk! Tuh ayamnya udah mau nangis karena dianggurin." ucap Shella yang mampu membuat Tasya kembali tersenyum.

"Makan aku! Makan aku!" ucap Shella lagi. Kini, ia Shella bisa kembali tertawa.

Ia kemudian melanjutkan makannya dengan lahap. "Anak pinter." puji Shella sembari menyentuh kepala Tasya dengan lembut.

Disisi lain, Juna terus menatap Shella yang mampu menenangkan Tasya dengan mudah. "Sepertinya kamu siap punya anak." kata Juna.

"Bruppp.. Uhuk..." mendengar perkataan Juna, seketika Shella tersedak. Ia bahkan menyemburkan minumannya. Tapi buru-buru ia lap.

Dia teringat jika dia belum melayani Juna secara batin. Karena dia memang masih belum siap. Tapi, siap atau nggak, pada akhirnya dia harus melakukannya juga.

Juna terus menatap Shella membuat Shella menjadi canggung. Shella mengalihkan fokusnya kepada Tasya yang sudah kembali ceria.

****

Malam hari.

Juna dan Shella bersiap ke rumah pamannya Shella. Mereka kembali memenuhi undangan makan malam dari Baron. Sudah pasti rencananya tetap sama, yaitu merayu Juna supaya mau membantu perusahaannya yang hampir bangkrut.

"Tasya di rumah dulu! Tante mau ke rumah paman tante. Kamu di rumah sama Bi Ani sama pak Donny dulu ya!" pamit Shella.

"Iya tante.." Tasya sudah mulai nyaman berada di rumah itu. Dia merasa tenang dan nyaman karena semua orang menyayanginya.

"Ah pinter. Nggak boleh nakal." Shelle menarik pelan pipi chubby Tasya.

Juna dan Shella kemudian berangkat. Seperti biasa, Shella mendorong kursi roda suaminya. "Kamu bisa nyetir?" tanya Juna saat mereka sudah ada di dalam mobil.

"Nggak. Kenapa?"

"Besok belajar! Nanti aku beliin mobil, supaya kamu kemana-mana nggak harus naik taksi kalau Donny atau Roy sibuk." jawab Juna.

"Nggak ah.. Aku lebih suka naik angkot atau taksi."

"Kenapa?"

"Nggak tahu, lebih enak aja. Mungkin karena udah terbiasa."

"Apa kata orang? Istri Juna kemana-mana naik angkot?" Juna agak kesal karena istrinya tak seperti wanita pada umumnya. Biasanya wanita akan sangat senang diberi hadiah mobil. Tapi wanita kecil itu menolak.

Shella memutar bola matanya. "Lagian nggak ada yang tahu kalau aku istri kamu. Orang kamu juga misterius." ucap Shella.

Lagi, lagi Juna menjadi kesal. "Roy, minggu depan siapin pernikahan aku dengan sangat mewah! Aku ingin muncul di depan banyak orang dan mengumumkan pernikahanku!" kata Juna kepada Roy.

"Eh, nggak usah. Jangan!" Shella melarang rencana Juna tersebut.

"Kenapa? Malu punya suami cacat?" tanya Juna dengan kesal.

"Bukan itu. Demi keamanan aku dan juga kamu. Mending jangan umumkan tentang pernikahan kita. Lagian kamu juga belum menangkap dalang di balik kecelakaan kamu dan kakak kamu kan?" Juna seketika terdiam.

Alasan dia tidak muncul ke publik dan mengumumkan pernikahannya selama ini juga karena hal tersebut. Dia masih mencari dalang dibalik kecelakaan yang ia yakin disengaja itu.

Terpopuler

Comments

Tri Handayani

Tri Handayani

semangat up'nya thorrr lanjut...

2023-04-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!