Shella pulang ke rumah sebelum Juna pulang dari kantor. Kemudian dia membantu Bi Ani menyiapkan makan malam. Bi Ani merasa senang dengan kehadiran Shella. Selain cantik, Shella juga sangat baik. Ia juga sangat ceria. Terlebih Shella sangat pintar. Jadi Bi Ani tak perlu banyak bicara, Shella akan mudah memahami.
"Andai tuan Andhika ada disini, dia pasti akan senang dengan kehadiran nyonya, dan rumah ini akan kembali ramai." kata Bi Ani dengan sedih setiap kali teringat tuan muda pertama rumah itu.
"Tuan Juna dulunya juga orang yang sangat ceria. Tapi setelah kecelakaan itu, dia mulai bersikap dingin dan sensitif." Bi Ani kembali mengenang.
"Kita doakan aja ya Bi, supaya kak Andhika bisa segera sembuh dan bisa berkumpul dengan kita." ucap Shella menenangkan Bi Ani.
"Iya nyonya." mereka kembali melanjutkan aktifitas memasaknya.
"Nyonya pinter masak juga ya?" tanya Bi Ani, dia ingin akrab dengan majikannya tersebut.
"Nggak pinter banget sih, Bi. Dulu waktu masih ikut paman, aku sering nggak dikasih jatah makan, jadi mau nggak mau aku harus masak sendiri." Shella bercerita mengenai kehidupan pahitnya. Wajahnya nampak sedih jika teringat hal tersebut.
"Itu sebabnya aku kuliah ngambil jurusan tata boga." imbuh Shella.
"Yang sabar nyonya. Mulai sekarang, nyonya akan lebih bahagia, mau makan apa aja bilang ke bibi! Nanti bibi masakin buat nyonya." kata Bi Ani.
Shella tersenyum mendengar perkataan Bi Ani. Hatinya merasa damai seperti ada seseorang yang melindunginya. "Makasih ya Bi Ani.." Shella tak ragu memeluk pembantunya tersebut.
"Sama-sama nyonya." Bi Ani juga membalas pelukan Shella. Entah kenapa, dia merasa sayang sekali dengan istri majikannya tersebut.
Tak lama terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Shella segera berlari menyambut kepulangan suaminya. Ia segera berlari dan menggantikan Roy mendorong kursi roda Juna.
"Kamu mau mandi dulu atau mau langsung makan?" tanya Shella dengan wajah riang.
"Kamu bersikap begitu baik ke aku pasti ada maunya?" Juna tetap berpikiran negatif meskipun Shella berbuat baik sekalipun.
"Itu kan wajar sebagai seorang istri untuk melayani suaminya. Mau makan dulu atau mandi dulu?" Shella mengulangi pertanyaannya. Ia bertekad untuk tidak mempedulikan perkataan Juna yang menyakitkan.
"Kamu mau bantu aku mandi?" tanya Juna.
Seketika Shella terdiam. ".... Hmm.." jawabnya.
"Ngarep. Roy!" Juna memanggil Roy. Dengan segera Roy mendekat.
"Bantu aku siapin baju!" kata Juna.
Seketika Roy menatap Shella. Kemarin sebelum Juna menikah, mungkin dia yang menyiapkan semua. Tapi sekarang Juna sudah memiliki istri. Roy merasa tidak enak dengan Shella jika melakukan itu.
"Anu bos,, bukannya itu tugas nyonya Shella?" tanya Roy dengan takut-takut.
"Kamu berani membantah?" tanya Juna dengan nada datar. Tapi justru nada itu terdengar menakutkan bagi Roy.
"Udah biar aku yang bantu! Roy kan capek, dia juga harus pulang." saat Roy merasa bingung. Shella pun menyahut dan terus mendorong kursi roda Juna ke kamar.
"Roy!!" seru Juna.
"Pulang aja Roy! Tenang kan ada aku." Shella masih ngeyel, dia bahkan mengedipkan matanya ke arah Roy. Mengisyaratkan agar Roy segera pulang.
"Baik nyonya. Selamat malam bos!" Roy segera pergi dengan cepat.
"Ish..." Juna melihat Roy lari tunggang langgang pun mulai berdesis.
Sementara Shella terus mendorong kursi roda Juna sampai ke kamar. "Kamu tunggu diluar aja!" kata Juna dengan kesal.
"Kamu yakin bisa sendiri?" Shella masih khawatir.
"Iya, bawel." Juna masuk ke kamar mandi dengan cara merambat di dinding.
"Biar aku bantu ya?"
"Nggak." sahut Juna dengan cepat. Shella pun hanya menunggu di depan kamar mandi.
Suara gemericik air terdengar di dalam kamar mandi. Shella menunggu di depan kamar mandi dengan khawatir. Dia takut suaminya akan jatuh atau terpeleset.
Juna sudah terbiasa mandi sendiri. "Ish.." ia kembali berdesis karena tidak menemukan handuk di tempatnya.
"Sial.." gumamnya.
Ia pun membuka pintu kamar mandi. Tapi hanya mengulurkan tangannya. "Ambilin handuk!" perintahnya.
Dengan segera Shella mengambil handuk di dalam lemari. Kemudian memberikannya kepada Juna. "Aku bantuin?" tanyanya lagi.
"Nggak usah!" jawab Juna dengan cepat. Juna mengambil handuk itu dengan kasar.
"Baju aku!" Juna kembali mengulurkan tangannya. Dan Shella melayaninya dengan rasa khawatir.
Tak lama, Juna keluar dari kamar mandi. Shella pun segera membantu Juna ke kursi rodanya lagi. Kali ini Juna tidak menolak.
"Mau makan sekarang?" tanya Shella.
"Hmm.." Juna menjawab dengan singkat dan dingin.
Shella kembali mendorong kursi roda Juna ke meja makan. "Kamu seharian kemana? Donny bilang kamu nggak dirumah." tanya Juna.
"Aku ke panti asuhan, aku jenuh di rumah. Maafin aku ya karena nggak pamit." kata Shella.
"Dulu sebelum aku ikut paman Baron, aku sempat tinggal di panti asuhan. Waktu tinggal di rumah paman Baron pun aku juga sering ke panti asuhan." cerita Shella. Tanpa ditanya Shella sendiri menceritakan tentang dirinya dan panti asuhan.
Juna terdiam. Ia teringat perkataan Roy jika Shella memang pernah tinggal di panti asuhan. "Kapan mulai masuk kuliah?" tanya Juna berganti topik.
"Besok. Kenapa? Mau anterin aku?" tanya Shella sembari tersenyum kecil.
"Nggak cuma tanya. Kuliah yang bener, biar mudah dapat pekerjaan!" pesan Juna untuk istrinya.
"Asiiiap bos.." jawab Shella.
Juna geli dengan perkataan Shella. Tapi, tanpa sadar senyuman mengembang diwajahnya yang tampan namun dingin.
Ketika makan malam pun Juna dibuat terkejut dengan pelayanan yang Shella lalukan. Wanita itu sangat fasih ketika melayaninya. Dia juga sangat pengertian dan lembut. Identik dengan istri yang baik.
"Kamu kuliah di jurusan apa?" tanya Juna.
"Tata boga."
"Pantes pinter masak." kata Juna sekaligus memuji rasa masakan istrinya yang enak.
Shella dan Juna makan malam dengan sedikit bercerita. Selesai makan, Juna meminta Shella untuk membuatkan dia kue strawberri seperti tadi pagi. "Bikinin kue strawberri seperti tadi pagi! Anter ke ruang kerja aku!" perintahnya.
"Kue bikinan kamu enak. Aku suka, cocok dengan lidahku." imbuh Juna.
"Ya, siap." dipuji suaminya, Shella pun menjadi sangat senang. Dia membuat kue untuk suaminya dengan penuh semangat.
****
Di ruang kerja.
Shella masuk dengan membawa kue kesukaan suaminya ditangannya. Ia melihat suaminya yang fokus melakukan video bisnis. Perlahan-lahan ia meletakan kue tersebut di meja.
Tanpa sengaja ia melihat sebuah foto dengan bingkai. Foto itu ada dua orang pemuda yang sedang tertawa bersama. Shella menebak jika itu foto Juna dengan kakak lelakinya yang kini sedang melakukan perawatan di luar negeri.
Benar apa kata Bi Ani. Dulu, Juna orang yang sangat ceria. Terlihat dari foto tersebut. Wajah Juna terlihat bahagia bersama dengan kakaknya.
Shella berpikir semengerikan apa kecelakaan yang menimpa kedua saudara itu sehingga merenggut keceriaan Juna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
🖤잘리나💎
lanjutt lagi thor semangat
2023-04-04
0
Tri Handayani
lanjut thorrr
2023-04-04
0