Episode 2

"Tuan Juna emang seperti itu setelah kejadian kecelakaan yang menimpa dia dan kakaknya. Nyonya harap maklum ya!" kata Bi Ani ketika Shella sedang membantunya mencuci piring.

"Jadi Juna punya saudara? Mereka kecelakaan bersama?" tanya Shella.

"Iya." Bi Ani nampak sedih saat menjawab pertanyaan Shella. Sepertinya kecelakaan yang menimpa kedua tuan muda keluarga itu menyisakan duka yang begitu mendalam.

"Kakaknya Juna dimana?" tanya Shella karena dia tidak melihat kakaknya Juna sejak ia datang di rumah tersebut.

"Tuan muda pertama sedang melakukan perawatan di luar negeri." jawab Bi Ani semakin bertambah sedih.

Melihat kesedihan Bi Ani. Shella kembali melanjutkan pekerjaannya. "Nyonya jangan bicarain apapun dengan tuan Juna mengenai kakaknya. Dia akan menjadi sensitif karenanya." Bi Ani memberitahu aturan di rumah itu.

"Iya. Itu juga bukan urusan aku."

Selesai mencuci piring. Shella kembali ke kamar. Hari ini ia masih belum berangkat ke kampus. Mungkin besok dia baru mulai pergi ke kampus. Untuk mengisi waktu senggangnyan, Shella memilih untuk membaca majalah.

Shella membolak-balikan majalah fashion tersebut. Sudah dua jam lamanya ia membaca majalah. Dan Shella mulai jenuh. "Ah, ke panti asuhan aja ketemu anak-anak." Shella segera menutup majalah yang ada ditangannya tersebut.

Ia segera berganti pakaian kemudian pergi ke panti asuhan. Dulu, sebelum ia bawa pamannya. Shella sempat tinggal di panti asuhan. Sampai sekarang pun ketika dia merasa jenuh atau kesal. Ia akan menghabiskan banyak waktu di panti asuhan tersebut.

Baginya, melihat anak-anak tertawa riang, mampu membuat hatinya merasa sejuk dan tenang.

"Nyonya mau kemana?" tanya Donny kepala pengurus rumah tangga.

"Aku jenuh di rumah. Aku mau ke panti asuhan ketemu anak-anak." jawab Shella.

"Ta..tapi, nyonya harus pulang sebelum tuan dua pulang!" pesan Donny.

"Beres.." jawab Shella dengan santai.

"Biar diantar Lukman!" seru Donny.

Mau tak mau Shella diantar oleh sopir. Ia hanya tak mau membuat orang-orang rumah khawatir. Pasti itu juga pesan dari tuan muda mereka.

"Pak Lukman, aku ditinggal aja! Nanti aku pulang sendiri." kata Shella. Ia tidak terbiasa mendapat pelayanan seperti itu.

"Tenang, sebelum tuan Juan pulang, aku pasti udah pulang kok." ucap Shella lagi. Dia melihat wajah Lukman yang ketakutan antara mengizinkan atau tidak.

Namun setelah mendengar perkataan Shella. Raut wajah Lukman berubah tenang. "Kalau ada apa-apa hubungi saya, nyonya!" Shella menganggukan kepalanya.

Ia segera keluar dari mobil mewah yang mengantarnya. Kemudian berjalan dengan riang memasuki panti asuhan tempat dulu dia pernah tinggal. Shella merasa bahagia melihat anak-anak panti asuhan yang langsung menghampirinya.

"Kak Shella, aku kangen sama kakak."

"Aku juga."

"Aku juga."

Beberapa anak saling berebut perhatian Shella. "Kak Shella juga kangen kalian semua. Kakak punya permen, siapa yang mau?"

"Aku kak.."

"Aku mau kak.." Mereka saling berebut.

"Iya, kalian semua dapet kok. Nih, dibagi yang adil ya!" Shella memberikan beberapa bungkus permen untuk anak-anak panti.

Mereka pun melompat kegirangan. Kemudian berlari kembali masuk ke dalam panti. Wajah bahagia mereka yang membuat Shella ingin selalu melihatnya.

"Shell?" sapa seorang wanita paruh baya.

"Bun, gimana kabarnya?" tanya Shella. Ternyata wanita itu adalah pengurus panti tersebut.

"Baik. Yuk masuk!" Shella segera mengikuti wanita pengurus panti asuhan tersebut.

"Dona dan Elang kesini tadi." kata bunda pengurus panti.

"Sekarang mereka dimana?" Dona dan Elang adalah teman-teman Shella di panti asuhan tersebut. Tapi kini mereka menjadi relawan panti.

"Cari donasi di depan sana." Shella segera berpamitan untuk membantu teman-temannya.

Ia segera menuju jalan raya yang tak jauh dari panti asuhan tersebut. Ia melihat teman-temannya sedang mencari donasi dengan cara menjual barang-barang seperti buku, alat tulis, dan juga beberapa makanan ringan.

"Mari.. Mari.. Silahkan dibeli! Hasil dari penjualan ini akan diberikan ke panti asuhan disana." kata seorang lelaki bernama Elang.

Ada beberapa pengendara yang berhenti untuk membeli barang dagangan tersebut. Senyuman mengembang diwajah Dona dan Elang. Pasalnya penjualan hari ini termasuk laku keras.

Melihat wajah gembira teman-temannya. Shella juga ikut gembira. Ia segera mendekat dan membantu teman-temannya. "Hallo semua.." sapanya dengan wajah riang gembira.

"Shella? Hallo, ah aku kangen.." ucap Dona yang sudah beberapa hari tidak bertemu dengan Shella karena Shella tidak berangkat kuliah.

Kedua sahabat itu kemudian saling berpelukan. "Aku bantu ya!" kata Shella.

Ia segera mengambil beberapa dagangan yang tersisa kemudian menawarkan kepada para pengendara yang lewat. "Mari dibeli! Mari dibeli!" katanya menawarkan dagangannya.

Shella senang karena masih banyak orang yang berminat membeli dagangan tersebut. Bahkan ada beberapa yang membeli dengan harga lebih karena ingin membantu anak-anak di panti asuhan.

"Ah, ternyata masih banyak orang baik." gumam Shella dengan senang.

"Gimana Shell?" seru Dona.

"Laris manis.." jawab Shella dengan senang.

Ketiga anak muda tersebut terlihat sangat bahagia karena dagangan mereka sangat laris. Mereka berpelukan dan melompat kegirangan. "Yeayy..."

"Gimana kalau kita makan dulu? Udah lama kan nggak nongkrong bareng?" kata Elang.

"Itu mah kamu, kalau aku sama Shella tiap hari nongkrong." ucap Dona kembali memeluk Shella.

"Iya makanya, yuk!" ajak Elang.

"Tapi traktir?"

"Iya cerewet.." kata Elang sembari menarik tangan Dona dan Shella segera bersamaan.

Ketiganya tertawa bersama. Kedekatan itu sudah terjalin sejak mereka sama-sama di panti asuhan. Sampai mereka dewasa, kedekatan itu masih terjalin begitu baik.

Dari kejauhan, sebuah mobil berhenti di seberang jalan. Penumpang mobil tersebut terus memperhatikan ketiga anak muda tersebut. Dengan wajah dingin seperti biasanya.

Sebenarnya, dia hanya lewat. Tapi tidak sengaja melihat seseorang yang dia kenal. Lalu ia meminta sopir untuk berhenti.

"Mungkin itu teman-teman nyonya di panti asuhan bos. Setahu aku, nyonya menjadi relawan di panti asuhan." kata Roy. Sebelumnya, ia sudah menyelidiki tentang Shella.

Juna tidak menjawab. Ia menutup kembali kaca mobilnya. "Jalan!" perintahnya.

Roy pun segera melajukan mobilnya kembali.

"Gimana perkembangan operasi kak Dhika?" tanya Juna.

"Menurut dokter kondisi pak Andhika mulai membaik setelah operasi. Kita masih harus nunggu perkembangan selanjutnya." jawab Roy.

Wajah Juna berubah menjadi sedih. "Andai dia nggak selametin aku, pasti dia masih sehat.." gumam Juna dengan sedih.

"Bos jangan gitu! Jangan buat pengorbanan pak Andhika sia-sia. Bos harus tetap semangat dan kembali ceria." kata Roy dengan bijak.

Dulu, sebelum kecelakaan itu. Juna adalah sosok yang ceria dan penuh semangat. Belakangan dia menjadi dingin, karena kecelakaan yang membuat kakaknya hampir tak tertolong. Dia juga masih selalu menyalahkan dirinya sendiri atas peristiwa tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!