Shella mengucapkan terima kasih karena Juna sudah mencari keadilan untuknya. Di dalam mobil, Shella terus memeluk Juna. "Makasih karena udah cari memperjuangkan hak aku." kata Shella dengan lembut.
"Selama ini kamu hanya diam dengan perlakuan mereka?" tanya Juna.
"Percuma melawan, itu tidak akan merubah apapun." lirih Shella dengan sedih. Dia tak memiliki kekuatan sama sekali untuk melawan.
"Tapi aku seneng, karena kamu lakuin itu semua untuk aku. Makasih banget." wajah Shella berubah dengan mudah. Kini, ia tersenyum senang.
"Apa yang akan kamu lakukan sebagai ucapan terima kasih?" tanya Juna dengan genit.
Shella berpikir sejenak. "Aku akan buatkan kue strawberry setiap hari. Gimana?" tanya dengan bangga.
Sedangkan Juna memutar bola matanya. Wanita itu tak tahu atau pura-pura tak tahu. Juna pun mendengus. Tapi, dia juga tak menolak karena dia sudah ketagihan dengan kue strawberry buatan istrinya.
Shella benar-benar merasa sangat senang. Bahkan saat tidur pun ia tersenyum sendiri. Juna yang masih belum tidur, menatap istri kecilnya itu dengan geli. Ia tersenyum melihat Shella yang tersenyum ketika tidur.
Juna melihat selimut Shella yang terbuka. Ia pun segera membenahinya. Juna kembali menatap Shella dengan tersenyum kecil. Tak menyangka jika dia akan menikah dengan gadis kecil nan polos itu.
Tak lama kemudian, Juna menerima telepon dari seseorang. Ia pun segera ke balkon depan kamarnya. "Ya. Gimana?" tanya Juna dengan serius.
"Kalian nemuin dia? Dimana?" tanyanya penuh semangat.
"Besok pagi aku langsung terbang kesana." kata Juna kemudian mematikan teleponnya.
Tangan Juna bergetar. Tanpa sengaja menggenggam ponselnya dengan cukup erat. Sorot matanya tajam menyiratkan amarah yang tak terlukiskan. "Tunggu aku kak! Aku pasti bawa dia kesana." gumam Juna seorang diri.
Keesokan paginya.
Seperti biasa Juna bangun terlebih dulu. Setelah mandi, ia meminta Shella untuk menyiapkan koper. "Aku ada kerjaan di luar negeri, tolong bantu aku beresin koperku!" pinta Juna.
"Loh, bukannya masih tiga hari lagi? Kok mendadak? Kakak kamu nggak apa-apa kan?" Shella menjadi panik. Karena Juna pamitnya mendadak.
"Kak Dhika nggak apa-apa. Aku ada kerjaan mendadak, sekalian mampir jenguk kak Dhika. Kamu nggak apa kan di rumah sendiri?" Shella menggelengkan kepalanya.
"Ada Bi Ani dan Donny, jadi nggak usah khawatir!" jawab Shella.
Mata Juna memicing. Ia melihat sebuah gelang tali di atas meja. Ia pun mengambilnya. "Ini punya kamu?" tanyanya.
"Iya. Itu dari mamaku. Katanya dulu aku sering sakit, lalu mamaku beli gelang itu dari seseorang. Eh, ajaib, setelah itu aku nggak pernah sakit lagi." ucap Shella kembali mengenang mamanya.
"Mulai sekarang ini jadi milik aku." Juna segera memakainya ditangan.
Shella hanya tersenyum geli. Tak menyangka jika lelaki dingin itu ternyata sangat kekanak-kanakan.
Shella menyelesaikan tugasnya mengemas pakaian Juna. Setelah itu mereka sarapan bersama terlebih dahulu. "Kamu diantar Donny dulu ya!" kata Juna.
"Iya. Aku bisa naik taksi kok."
"Diantar Donny aja." kata Juna.
Shella tidak melawan. Dia tidak mau ribut dengan suaminya itu. Karena sejak kemarin, sikap Juna sudah banyak berubah. Dia tidak lagi dingin, tapi lebih banyak tersenyum.
"Aku berangkat dulu!" pamit Juna. Ia meminta agar Shella menunduk. Kemudian mengecup kening Shella dengan lembut.
"Jangan nakal!" katanya.
Shella menganggukan kepalanya sembari tersenyum kecil.
****
Shella mulai merasa kesepian setelah Juna pergi. Setiap hari, ia hanya pergi ke kampus kadang mampir ke panti asuhan kemudian pulang. Terus seperti itu selama tiga hari. Ia juga mulai mengeluh karena Juna sama sekali belum menghubunginya.
"Bi Ani makan sini aja, temenin aku!" pinta Shella yang mulai merasa kesepian.
"Iya nyonya.." Bi Ani segera duduk satu meja dengan istri majikannya.
"Juna ada hubungi Bi Ani nggak?" tanya Shella.
"Iya. Tanyain nyonya." jawab Bi Ani dengan jujur.
"Tapi kok nggak hubungi aku ya?" Shella nampak agak kecewa.
"Mungkin tuan nggak mau nyonya semakin rindu." jawab Bi Ani sembari tersenyum.
"Aku nggak.. Aku nggak kangen kok.." wajah Shella memerah karena ledekan dari pengurus rumah tangganya.
Sementara Bi Ani hanya tersenyum kecil. Dia berani menggoda istri majikannya yang polos itu. "Tuan pergi karena ada urusan penting." katanya.
Shella memicingkan matanya. Dia ingin tahu urusan penting apakah itu. "Urusan penting?"
Bi Ani menganggukan kepalanya pelan. Wajahnya kembali sedih. "Tuan Juna pergi untuk mencari anak tuan Andhika yang dibawa pergi oleh mantan istrinya." ucap Bi Ani membuat Shella terkejut.
Dia baru tahu jika ternyata kakak iparnya itu telah memiliki istri bahkan anak. Tapi kenapa tidak ada foto mereka di rumah itu. Dan Juna tidak cerita.
"Tuan muda pertama kenal wanita itu lama. Mereka punya anak tapi tidak menikah resmi. Setelah kejadian kecelakaan itu, nyonya pertama pergi membawa anak tuan muda pertama." Bi Ani menceritakan semua kepada Shella. Karena mungkin telah menganggap Shella sebagai bagian dari keluarga itu.
"Tuan Juna melakukan segala cara untuk menemukan keponakannya. Dan semalam dia mendapat kabar keberadaan nona kecil." lanjut Bi Ani.
Shella dengan seksama mendengar setiap detail cerita dari Bi Ani. Dia berpikir jika ternyata kehidupan orang kaya tidak semudah yang dilihat.
"Tuan Juna menjemput keponakannya yang menurut penyelidikan berada di panti asuhan. Tuan Juna ingin membawa nona kecil ketemu papanya, supaya papanya memiliki semangat untuk sembuh." imbuh Bi Ani. Pada saat ia bercerita. Cairan putih menumpuk di sudut mata Bi Ani. Dia sudah lama menjadi pengurus rumah tangga di kediaman itu. Sejak Andhika dan Juna masih kecil. Dia bahkan menganggap kedua tuan muda itu sebagai anaknya sendiri. Mengingat dia yang tak memiliki anak.
"Terus ibunya?"
"Ibunya menikah dengan lelaki kaya lainnya. Nona kecil ditinggal di panti asuhan." Bi Ani merasa sedih karenanya. Dia tak menyangka jika ibunya tega meninggalkan anaknya di panti asuhan.
"Tega banget. Kenapa nggak dianter kesini aja? Pasti dia lebih terjamin kehidupannya." Shella juga tak habis pikir ada ibu seperti itu.
Bi Ani menggelengkan kepalanya. Dia juga tak mengerti kenapa anak itu tidak diantar ke rumah papanya saja. Kenapa malah ditinggal di panti asuhan.
"Semoga Juna benar-benar menemukan anak itu. Dan kak Dhika bisa segera sembuh." ucap Shella merasa iba dengan kehidupan suaminya yang ternyata begitu berat.
Benar kata orang, kita tidak bisa menilai kehidupan seseorang hanya dari luar. Faktanya apa yang dipandang mata tak seindah realitanya.
"Nyonya nggak keberatan merawat nona kecil?" tanya Bi Ani sekaligus dia ingin tahu sikap asli majikannya itu.
"Nggaklah. Dia kan keponakan Juna, berarti keponakan aku juga." jawab Shella dengan yakin.
Bi Ani tersenyum. Memang tak salah memilih. Dia melihat ketulusan dari wajah Shella. Bi Ani berharap, semoga Shella dan Juna juga segera memiliki anak. Biar rumah itu menjadi ramai dengan suara anak-anak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Tri Handayani
lanjut thorrr'double up dong thorrr
2023-04-08
0