Berita mengenai Juna yang telah sembuh dari lumpuhnya mulai tersebar. Bukan hanya itu, kini Juna telah menampakan dirinya. Jika dulu ia seorang yang misterius. Kini publik tahu seperti apa sang dewa kekayaan di kota besar tersebut. Tentu saja kemunculan Juna membuat banyak pihak kaget. Terutama para wanita dari anak para pengusaha. Mereka berlomba-lomba mencari simpati Juna. Sayangnya, mereka tidak tahu jika Juna telah beristri.
Setelah kejadian tak terduga malam itu di rumah Baron. Dea mulai menjadi pendiam. Ia mengutarakan perasaanya kepada mamanya. Jika dia tidak bisa menghilangkan Juna dalam pikirannya. "Aku harus gimana ma? Aku selalu kepikiran Juna?" tanya Dea kepada mamanya.
Sama seperti anak-anaknya. Dewi juga kaget serta menyesal memaksa Shella untuk menikahi Juna. Tahu begini, ia memilih salah satu dari anaknya untuk menikahi sang pengusaha muda tersebut. Namun semuanya telah terjadi.
"Apa karena dia tidak cacat? Kamu jadi suka sama dia?" tanya Dewi memeluk anaknya yang bersedih.
"Enggak ma. Aku suka dia saat pertama kali melihat dia. Aku nggak tahu kalau dia ternyata ganteng banget." jawab Dea kembali bersedih.
"Udah jangan sedih lagi. Gimana kalau kita undang Juna makan malam di rumah kita lagi? Nanti kamu cari perhatian dia. Mama yakin dia akan suka sama kamu dibanding si Shella yang kampungan itu." kata Dewi merencanakan untuk menggaet Juna.
"Tapi dia kayak perhatian banget ke Shella." Dea pesimis tidak akan bisa merebut perhatian Juna.
Namun, Dewi terus menyemangatinya. "Kamu lebih cantik dari Shella, mana mungkin Juna tidak melirik kamu?" ucap Dewi membesarkan hati putri sulungnya.
Dea pun tersenyum kecil kemudian memeluk mamanya. Dea dan Dewi bahkan tak peduli jika Juna adalah suami Shella. Mereka berencana untuk merayu Juna. Dan mereka juga yakin jika Juna tidak akan tertarik dengan Shella. Karena mereka menikah akibat paksaan.
****
Disisi lain.
Shella menikmati kebahagiaannya bersama dengan Juna. Ia telah menjadi bagian dari keluarga Juna. Dan berjanji akan merawat Tasya dan Andhika dengan sebaik mungkin.
Selama beberapa hari di rawat di rumah. Kondisi Andhika sudah lebih baik. Kini, ia sudah bisa duduk sendiri dan berbicara. Dorongan untuk sembuh pastinya datang dari anaknya, Tasya.
"Jun, kamu sudah harus memikirkan keluarga kamu sendiri! Kamu harus segera punya anak!" kata Andhika saat mereka sedang sarapan.
Akan tetapi, baik Juna maupun Shella, mereka terdiam. Tidak ada yang menjawab perkataan Andhika. Pasalnya, sampai saat ini pun, sepasang suami istri itu belum pernah melakukan apapun selain tidur sambil berpelukan.
"Kamu tahu cara bikinnya kan?" tanya Andhika yang membuat Juna dan Shella tersedak secara bersamaan.
Juna seketika berdiri. "Mau kemana?" tanya Andhika.
"Berangkat ke kantor kak." jawab Juna sembari mengelap bibirnya dengan tissue.
"Nggak kamu habiskan makanan kamu?"
"Udah kenyang. Aku pamit dulu." kata Juna meninggalkan meja makan. Kemudian di belakangnya ada Shella yang mengantar suaminya sampai ke mobil.
"Jangan dengerin kata kak Dhika! Kalau kamu belum siap, aku nggak akan maksa." kata Juna pelan.
Shella menganggukan kepalanya. Dia berterima kasih untuk pengertian Juna. Entah kenapa sampai saat ini, Shella masih belum siap melakukan tugasnya secara batin untuk Juna.
"Makasih." kata Shella sembari membenahi dasi suaminya.
"Hmm.. Kamu nggak ke kampus?"
"Libur. Mau anter Tasya ke sekolah. Tapi setelah itu aku mau ke panti asuhan. Sudah lama nggak jengukin anak-anak panti." jawab Shella.
"Ya udah, pulang jangan malam-malam!" Juna menyentuh kepala Shella dengan lembut.
"Aku berangkat dulu!" Juna mengecup kening Shella. Kebiasaan seperti itu sudah dibiasakan selama beberapa hari terakhir.
"Hmm.." Shella menganggukan kepalanya.
Shella kembali masuk ke rumah. Dia mulai mengurus Tasya beserta keperluan Tasya untuk sekolah. "Sudah selesai makannya?" tanya Shella.
"Sudah tante." jawab Tasya dengan lucu.
"Kalau gitu yuk berangkat ke sekolah!" ajak Shella.
"Pamit sama papa dulu!"
"Aku berangkat sekolah dulu ya pa!" kata Tasya.
"Iya. Yang semangat belajarnya." kata Andhika kepada anaknya. Ia mengecup kening Tasya dengan lembut.
Shella lalu mengantar Tasya ke sekolah. Baru tiga hari Tasya masuk ke sekolah. Tapi dia anak yang pintar. Tanpa harus ditungguin Tasya sudah berani sekolah sendiri.
Setelah mengantar Tasya. Ia pun pergi ke panti asuhan. Sebelumnya, Shella membeli beberapa makanan untuk anak-anak di panti tersebut. Ternyata sahabatnya, Dona, juga ada disana bersama seorang lelaki yang Shella juga kenal. Dia pacar Dona, Gio.
"Hai, cie yang udah pacaran kemana-mana bareng terus." goda Shella.
"Cari pacar dong biar ada yang ngintilin!" ucap Dona meledek sahabatnya itu.
"Emang udah jadian?" tanya Shella.
Dona menganggukan kepalanya. Lalu dia mengisyaratkan agar Shella menyembunyikannya. Tak tahu apa maksudnya, Shella nurut saja. Mungkin Dona dan Gio ingin backstreet.
"Chukkae." bisik Shella.
"Gimana kabar Lucky?" tanya Gio kepada Shella.
Seketika Shella terdiam. Lucky adalah pacar Shella tapi entah kenapa dia tiba-tiba menghilang begitu saja beberapa waktu lalu. Ternyata, dia sudah punya pacar baru.
Menanyakan mengenai Lucky sama saja dengan menyiram air garam di luka Shella. Dona menyikut perut Gio pelan. Dia melotot memarahi Gio.
"Aku nggak tahu.." ucap Gio berbisik.
"Shell, maafin Gio ya! Dia nggak tahu kalau Lucky-"
"Nggak apa kok. Aku aja yang cemen. Aku nggak sama Lucky, Gi. Dia udah pacar baru yang lebih segalanya." kini, meskipun hatinya masih sakit. Tapi Shella tetap berusaha untuk tersenyum.
Untuk apa memikirkan masa lalu. Sekarang dia sudah bahagia hidup bersama dengan Juna. Meskipun belum ada cinta, tapi Shella merasa sangat bahagia hidup di tengah keluarga itu. Keluarga yang hangat.
"Bener, nggak usah pikirin dia lagi. Cari cowok yang lebih baik. Aku yakin kamu bisa. Kamu nggak kalah cantik dari Dona." kata Gio menyemangati temannya.
"Kalau itu pasti." Shella kembali bersemangat.
"Adik kamu gimana kabarnya?" tanya Shella ke Gio.
"Dio? Dia baik, tahun depan dia akan masuk kuliah, semoga aku selalu kuat dan bisa bekerja untuk biayai dia dan aku." jawab Gio.
Gio seorang kakak yang begitu sangat hebat. Meskipun dia masih kuliah. Tapi dia juga bekerja keras untuk membiayai hidupnya dan adiknya.
"Salut sama kamu. Kamu kakak yang hebat." puji Shella.
"Tapi katanya om kamu mau kasih saham papa kamu ke kalian?" tanya Dona.
"Iya, tapi nunggu Dio lulus kuliah. Biar dia yang kelola. Kalau aku, aku akan berusaha sendiri, karena aku yakin suatu saat aku akan sukses." jawab Gio begitu percaya diri.
"Semangat Gi!" seru Shella kembali memberi semangat ke temannya.
Gio dulunya adalah orang kaya. Tapi, setelah orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Semua asetnya dialihkan ke om-nya sebagai pengganti wali. Dan mereka berdua di buang ke panti asuhan oleh om-nya tersebut. Kini, Gio dan adik sudah beranjak dewasa. Dia siap merebut kembali apa yang menjadi haknya dan adiknya.
Mereka semua memiliki cerita yang berbeda. Sampai akhirnya bisa menjadi sahabat di panti asuhan tersebut. Dan yang terpenting, mereka saling menguatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
🖤잘리나💎
lanjuttt lagi thor semangat
2023-04-14
0