Episode 4

"Itu aku dan kakak aku." kata Juna saat melihat Shella sedang menatap foto di meja kerjanya.

"Dia dimana?" tanya Shella.

"Di luar negeri sedang melakukan perawatan." jawab Juna dengan nada sedih. Ia kembali teringat akan hal mengerikan beberapa bulan yang lalu.

Juna mengendarai mobilnya selepas pulang dari kantor. Namun, di tengah perjalanan ia mendapat pesan dari seseorang yang mengatakan jika kakaknya mengalami kecelakaan. Juna bergegas menuju tempat kejadian perkara. Namun sayangnya, tidak ada apa-apa disana.

Juna menjadi curiga. Ia segera menghubungi nomer tak dikenal itu. Namun, tak ia ketahui ada sebuah truk yang melaju dengan sangat cepat ke arahnya. Juna tidak bisa lagi menghindar.

Brakkkk.

Mobilnya tertabrak. Kepala Juna terbentur stir kemudi. "Aw.." ia merasa pusing. Tapi anehnya, ia masih baik-baik saja. Hanya merasa pusing.

Juna sempat kaget. Namun, begitu dia menoleh ke samping. Ada sebuah mobil yang terbakar. Juna sadar jika mobil itulah yang menyelamatkan dia dari tabrakan maut tersebut.

Seseorang mengetuk jendela mobil Juna. Ia meminta Juna untuk segera turun dari mobil dan mencari tempat yang aman. Juna keluar dari mobil. Tapi matanya salah fokus dengan plat nomer kendaraan mobil yang terbakar itu.

Matanya terbelalak. Dia tahu jika mobil itu milik kakak laki-lakinya. Juna segera berlari mendekat. Namun sayang kakinya terasa sakit sehingga ia tak bisa mendekat ke mobil tersebut. Juna melihat seseorang yang dievakuasi dari dalam mobil terbakar tersebut.

"Kak Dhika?" gumamnya tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Namun, karena kakinya terasa begitu sakit akibat terhimpit body mobil. Juna pun tak sadarkan diri.

Setelah beberapa hari ia koma. Juna bangun sembari berteriak memanggil nama kakaknya. Pada saat itu Roy menceritakan semua. Jika Andhika terluka parah akibat kecelakaan dan mobil yang terbakar. Sejak saat itu pula, dunia Juna benar-benar hancur.

On.

"Terus sopir truk itu?" tanya Shella. Dia dengan seksama mendengar cerita Juna.

"Dia memakai narkob* pada saat kejadian itu. Dia dipenjara, tapi tak lama dia bunuh diri." jawab Juna.

Kejadian itu adalah luka yang begitu mendalam bagi Juna. Selama ini, tidak ada yang berani bertanya mengenai kejadian itu. Karena itu akan mengingatkan Juna pada peristiwa yang memilukan.

Namun, dengan tenang dan nyaman Juna bercerita kepada Shella. Seolah mereka sudah sangat akrab.

Shella meraih tangan Juna dan menggenggamnya. "Kamu yang kuat. Semoga kakak bisa segera pulih dan bisa berkumpul dengan kita." ucap Shella.

Jujur, pada saat itu hati Juna merasa begitu damai dan tenang. Ia tak menyangka jika wanita kecil itu bisa membuat hatinya merasa damai.

"Ngomong-ngomong, kita belum melakukan tugas suami istri." ucap Juna yang membuat wajah Shella memerah.

Meskipun dia masih kuliah. Tapi Shella tahu maksud dari perkataan Juna tersebut. "Aku.. Aku mau cuci piring terus bobok. Aku capek, lagipula besok sudah harus ke kampus." ucap Shella segera meninggalkan ruang kerja suaminya dengan wajah seperti udang rebus.

Juna melihat kepergiaan Shella dengan tersenyum kecil. Apalagi melihat wajah Shella yang merah.

....

Saat Juna ke kamar. Ia melihat Shella yang sudah tertidur pulas. Ditatapnya-lah wajah istri kecilnya tersebut. Bibirnya yang tipis dan bulu mata yang lentik membuat Shella nampak begitu cantik walau dalam keadaan tidur.

Senyuman dibibir Juna kembali mengembang. Ia berharap segera bisa membuka hatinya untuk wanita itu.

Juna masih belum bisa memejamkan matanya. Dia berdiri dan berjalan ke balkon depan kamarnya. Crekk. Ia menyalakan sebatang rokok. Menghisapnya kemudian menghembuskannya. Pandangannya kosong, dan pikirannya kemana-mana.

Ia kemudian menelepon seseorang. "Gimana udah ketemu?" tanya Juna.

"Aku nggak mau tahu. Kalian harus segera menemukan dia secepatnya!" seru Juna kemudian mematikan telepon tersebut.

Ia kembali menghisap rokoknya. "Hisss.. Huh.." asap rokok membumbung di depannya.

"Aku pasti akan menemukan dia untuk kamu kak." gumamnya seorang diri.

Setelah rokoknya habis. Juna kembali masuk. Kemudian ia mulai tidur. Juna memeluk Shella yang ada di sebelahnya. Ya, dia harus mulai terbiasa dengan kehadiran Shella di hidupnya.

****

Juna bangun terlebih dulu. Ia segera pergi ke kamar mandi. Namun karena belum terbiasa ada orang di dalam kamarnya. Juna lupa memakai kursi rodanya.

Sementara Shella terbangun dan mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi. Ia yakin jika itu adalah suaminya. "Ah masih ada lima belas menit lagi.." gumamnya kembali memejamkan matanya.

Namun, samar-samar ia melihat kursi roda Juna ada di depan pintu ke arah balkon. Seketika ia terbangun. Lalu khawatir dengan keadaan suaminya.

"Mas, kamu udah selesai mandi?" tanya Shella.

"Bentar." seru Juna dari dalam kamar mandi.

Juna membuka pintu dengan gagah tanpa berpegangan. Tentu saja itu membuat Shella kaget. Untung saja Juna segera sadar. Ia berpura-pura pegangan pintu kamar mandi. "Bantu aku ke kasur!" perintahnya.

Shella kemudian memapah suaminya menuju ke kasur. Ia menyiapkan semua kebutuhan suaminya termasuk pakaian kerja Juna.

"Mas perlu bantuan?" tanyanya saat Juna hendak memakai pakaiannya.

"Nggak usah!" jawab Juna kembali dingin.

"Ya udah, kalau gitu aku mau mandi juga." ucap Shella.

"Aku nggak perlu bantuan kok, mas. Aku bisa sendiri." imbuh Shella.

"Ck.. Siapa juga yang mau bantuin." gumam Juna tak habis pikir dengan kepedean istrinya tersebut.

Begitu Shella masuk ke dalam kamar mandi. Juna mulai menghela nafasnya. "Untung aja." gumamnya.

Ternyata, selama ini Juna emang sengaja duduk di kursi roda. Dia ingin melihat siapa orang yang tulus padanya. Serta ingin mengetahui siapa musuhnya yang sebenarnya.

Karena menurut penyelidikannya. Kecelakaan itu bukan murni kecelakaan. Melainkan ada beberapa pihak yang terlibat. Jadi intinya kecelakaan itu memang telah direncanakan.

Juna mengantar Shella ke kampus. Namun, Shella meminta turun di jalanan depan. Ia tidak mau membuat teman-temannya heboh jika melihatnya diantar pakai mobil mewah.

"Kamu malu kalau teman-teman kamu tahu, kamu punya suami cacat?" tanya Juna sensitif.

"Bukan. Bukan gitu. Aku nggak mau mereka ribut dan heboh. Aku nggak malu punya suami kamu." sanggah Shella dengan cepat.

"Jangan berpikiran seperti itu! Meskipun aku perlu menyesuaikan, tapi aku suka punya suami kayak kamu." Shella menyentuh wajah Juna dengan penuh kelembutan. Ia meminta agar Juna tidak berpikiran berlebih.

"Aku ke kampus dulu. Nanti malam aku bikinin kue strawberri lagi." pamit Shella sekaligus berusaha menyenangkan hati suaminya.

Namun, Juna tidak menjawab. Wajahnya nampak begitu dingin. Setelah Shella turun dari mobil. Ia segera meminta Roy melajukan mobilnya.

Akan tetapi, dari kaca depan, Roy melihat wajah Juna yang berseri. Dia juga memegangi pipinya yang disentuh oleh Shella tadi. Tentu saja pemandangan itu membuat Roy geli. Diam-diam dia tersenyum melihat bos dinginnya tersipu oleh istri kecilnya.

Terpopuler

Comments

🖤잘리나💎

🖤잘리나💎

lanjuttt lagi thor semangat

2023-04-05

1

Patrick Khan

Patrick Khan

.lanjut kak

2023-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!