EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN

    Akhirnya Podin pun berhasil kembali ke pulau itu, yang dikatakan oleh laki-laki yang sempat menemuinya sebagai Pulau Berhala, pulau yang dikatakan sebagai tempat yang banyak terdapat berhala yang selalu akan memangsa manusia yang masuk ke pulau tersebut. Tidak urusan mau diberi nama apa pulau itu, yang jelas diyakini oleh Podin, di pulau tersebut banyak harta karunnya.

    Setelah perahu yang dinaikinya tertambat pada bibir pantai, seperti halnya pada saat Podin pertama kali dulu datang ke tempat itu, Podin pun segera bergegas turun dari perahu itu. Meski orang yang menjalankan perahu itu belum menyuruh Podin untuk turun, namun rupanya Podin yang memang sudah paham, maka ia langsung turun di tempat tertambatnya perahu tersebut. Dan setelah kaki poden menapak pada tanah di tempat itu, lantas Podin melanjutkan perjalanannya menuju ke arah tengah pulau, di mana di tengah pulau itulah terdapat istana yang megah, istana yang mewah, istana yang menyimpan banyak harta karun. Ke istana itulah tempat yang dituju oleh Podin.

    Begitu kaki Podin sudah turun ke tanah, perahu yang ditumpanginya pun sudah berlalu meninggalkan Podin tanpa kata-kata maupun ucapan apa-apa. Lantas, perahu itu lenyap ditelan remang malam. Podin pun tidak menghiraukan tukang perahu yang sudah mengantar dan meninggalkannya. Dan memang karena Podin sudah ke tempat itu untuk yang kedua kalinya, seakan dia sudah hafal, sudah paham dengan bagaimana perahu pengantar itu yang akan meninggalkannya, dan tentu akan menjemputnya setelah nanti Podin berhasil membawa harta karunnya.

    Podin sudah tahu jalannya untuk memasuki pulau itu. Ia harus melintas jalan kecil yang bagus, yang melintas ke tengah pulau. Lantas Podin pun melanjutkan perjalanan, dengan disinari cahaya lembayung senja dari langit barat. Podin melangkah perlahan, menapakkan kakinya melintasi tengah hutan yang sudah mulai gelap, yang sudah tidak menerima cahaya dari langit yang berwarna kuning kemerahan tersebut. Podin pun masih ingat betul jalan untuk menuju ke tempat istana yang ada di tengah pulau itu. Ya, dia melintasi jalan di tengah-tengah hutan yang lebat. Namun tentu sangat mudah untuk melangkahkan kakinya di tempat itu, karena tinggal melangkahkan kaki mengikuti jalanan yang halus dan mulus. Meski hanya jalan setapak, tetapi rupanya jalan itu memang dibangun untuk orang-orang yang datang menuju istana. Sehingga jalanan yang halus itu sudah menunjukkan arah menuju ke istana yang ada di tengah pulau itu.

    Hari terus berubah semakin gelap. Cahaya dari matahari sudah tidak terlihat lagi. Dan kebetulan malam itu bulan sedang mati. Tentu suasana di tengah pulau yang diselimuti hutan itu gelap gulita. Podin sudah tidak bisa lagi melihat apa-apa yang ada di sekitarnya. Podin sudah tidak bisa lagi membedakan jenis-jenis pohon yang ada di sekelilingnya. Tetapi ia terus berjalan. Ia terus melangkahkan kakinya dengan yakin. Karena yang diharapkan, ia akan pulang membawa peti harta karun. Dan tentunya, Podin akan memilih peti harta karun yang paling besar yang ia kuat mengangkatnya untuk dipanggul pulang. Tentu nantinya akan diboncengkan di kendaraan. Jadi tidak perlu khawatir dengan besar dan beratnya harta karun yang akan dibawa.

    Namun, setelah berjalan cukup lama, rupanya ada yang aneh dirasakan oleh Podin. Ada sedikit perbedaan dengan saat ia datang pertama kali ke pulau itu. Ada yang tidak sama ketika ia datang pertama kali. Jika dulu, kala ia baru saja masuk melangkah ke pulau itu, Podin langsung menyaksikan adanya sinar terang yang mencorong dari tengah pulau. Ya, cahaya gemerlap yang berasal dari istana yang megah. Tapi kali ini, meski sudah berjalan jauh, belum ada tanda-tanda cahaya terang dari lampu-lampu istana yang menyala.

    Sebenarnya Podin agak ragu. Ia menghentikan langkah kakinya. Agak ragu untuk melanjutkan langkah kakinya. Namun saat kembali melangkahkan kaki, baru setapak saja, ia melihat ada seberkas cahaya. Podin agak lega. Mungkin berkas cahaya itu adalah tempat istananya. Maka hatinya pun kembali lega, karena apa yang akan dituju sudah terlihat. Langkah kakinya tak pantang surut. Podin terus maju dengan yakin, karena mungkin saja sebentar lagi ia akan sampai di istana.

    Setelah beberapa langkah berjalan, ternyata apa yang ditemui oleh Podin bukanlah cahaya yang berasal dari  istana, tetapi hanyalah seberkas cahaya kecil yang menyala seperti lilin. Ya, itu bukan gemerlap lampu istana. Hanya cahaya api yang rupanya sengaja ada orang yang membakarnya.

    Tetapi tidak apa-apa. Podin yakin, mungkin itu hanya sebagai tanda. Mungkin di tempat itulah yang kemarin ia menemukan istana yang megah itu. Atau bahkan Podin juga berpikir, mungkin saja listrik yang ada di tengah pulau itu, listrik yang menerangi istana itu, sedang padam. Maka tempatnya menjadi gelap.

    Podin tetap melanjutkan jalannya. Ia tetap melangkah menuju ke arah api kecil itu, yang sedang menyala. Dan setelah dekat dengan cahaya itu, ternyata berkas cahaya itu adalah api kecil dari sebuah pembakaran dupa atau kemenyan yang dilakukan oleh seorang laki-laki tua yang duduk bersila menghadapi nyalanya api kecil tersebut.

    Lega hati Podin. Plong rasanya ketika ia menyaksikan ada orang yang bersila dan sedang membakar dupa itu. Bau harum dari dupa yang terbakar itu menusuk kuat ke dalam hidung Podin. Itulah ciri dari seorang yang sedang melakukan ritual puja semedi kepada dzat yang tidak terlihat oleh mata manusia.

    "Pak ..., sedang apa di sini?" begitu tanya Podin kepada laki-laki yang sedang bersila membakar dupa tersebut.

    "Sini .... Kemarilah ... . Saya sedang menunggu kamu. Ayolah .... Segeralah duduk di depanku, sini." kata laki-laki yang bersila sambil membakar dupa itu.

    "Menunggu saya ...? tanya Podin pada laki-laki yang bersila sambil menghadapi dupa yang terbakar tersebut. Sungguh sesuatu yang aneh, kenapa laki-laki itu menunggu Podin? Apa dia kenal?

    "Iya .... Kemarilah .... Cepatlahduduk bersama saya di sini." kata laki-laki itu yang menyuruh podin untuk segera duduk di hadapannya.

    Podin pun duduk bersila, seperti yang dilakukan oleh laki-laki itu. Tentu Podin mengamati orang yang ada di depannya. Namun ia tidak bisa mengamati wajah laki-laki itu. Mungkin karena gelap.

    "Pak ..., apakah saya boleh tanya ...? Istana yang ada di tempat sini dulu, itu ada di mana ya, Pak ...?" begitu tanya Podin kepada laki-laki yang masih bersila dihadapannya itu.

    "Istananya masih tutup .... Belum dibuka .... Ayo, sini duduk di sini dulu. Kalau kamu pengin ke istana itu, kamu harus duduk bersama saya lebih dahulu. Nanti ke sana kalau sudah dibuka istananya ...." begitu kata laki-laki itu yang menyuruh podin untuk duduk bersamanya, tentu melakukan ritual.

    Podin yang sudah mengikuti kata-kata laki-laki itu, lagi-lagi, ia ingin tahu, siapa sebenarnya orang yang duduk di depannya itu, siapa sebenarnya laki-laki yang duduk bersila yang kini berhadapan dengan dirinya dan hanya dipisahkan oleh dupa yang sedang dibakar oleh laki-laki itu. Dalam pikiran Podin bertanya-tanya, kenapa wajahnya tidak kelihatan? Padahal disorot oleh api dari bakaran kemenyan.

    "Kalau ingin masuk ke istana, kita harus melakukan puja ritual dulu ...." kata laki-laki itu lagi, yang kembali memasukkan dupa dalam api.

    Podin pun kembali berasumsi, kalau orang yang membakar dupa ini adalah orang yang sedang melakukan ritual. Pasti ia juga akan meminta sesuatu di pulau ini. Podin juga berpikir, orang itu sama dengan dirinya, kalau laki-laki yang ada di hadapannya itu adalah orang yang ingin mendapatkan harta kekayaan dengan cara meminta kepada kakek tua di istana yang ada di tengah pulau ini. Maka Podin pun mencoba untuk mengetahui siapa laki-laki yang ada di hadapannya itu.

    "Kalau boleh tahu, Bapak ini siapa?" tanya Podin pada laki-laki itu.

    "Hah .... Di sini kamu jangan tanya siapa saya. Saya pun tidak akan tanya siapa kamu. Kita di sini adalah sama. Tidak boleh saling kenal dan tidak boleh saling tahu. Nanti jika tiba gilirannya, kamu akan tahu sendiri." begitu jawab laki-laki yang ada di hadapannya tersebut.

    Mendengar jawaban seperti itu, maka Podin pun langsung diam. Podin tidak berani lagi melanjutkan pertanyaannya. Iaa khawatir laki-laki yang ada di depannya itu akan marah kalau ditanyai lagi. Dan tentunya Podin pun juga tidak ingin identitasnya diketahui oleh orang lain. Karena yang namanya orang meminta harta kekayaan, meminta pesugihan, maka ia tidak boleh membuka rahasianya. Ia tidak boleh menyebut namanya kepada siapapun, karena hal itu nanti rahasianya akan diketahui orang lain, kalau harta kekayaan dirinya hanya hasil minta-minta kepada orang lain, dalam hal ini adalah kakek tua yang pernah menemui dirinya.

    "Pak, istananya bukanya kapan, ya ...?" kali ini Podin tanya kepada laki-laki yang masih sibuk menyalakan dupa itu.

    "Kalau dupa ini sudah habis terbakar semuanya, barulah istana itu akan dibuka untukmu. Maka duduklah bersama saya, mari bersama-sama membakar dupa-dupa yang ada ini, untuk sesaji dalam rangka membuka pintu istana." begitu kata laki-laki itu yang kemudian memberikan sebagian dupa yang dia bawa kepada Podin, agar Podin segera membakar dupa itu.

    Akhirnya, Podin pin ikut membakar dupa yang diberikan oleh laki-laki tersebut. Lantas ia memasukkan dupa secuil demi secuil di atas api yang sudah menyala itu. Seketika asap tebal keluar. Bau harum dan wangi kembali menyebar menusuk hidung. Podin mencium bau khas aroma dupa yang dibakarnya.

    "Kamu belum pernah ke sini ya?" tanya laki-laki yang ada di hadapannya itu kepada Podin.

    "Sudah, Pak .... Baru satu kali ...." jawab Podin yang masih terus menjatuhkan butiran-butiran dupa ke dalam api yang masih menyala.

    "Pantas ..., kamu belum tahu tata caranya ...." kata laki-laki itu.

    "Memang caranya bagaimana, Pak ...." tanya Podin pada laki-laki itu, yang tentu penasaran karena ia sudah pernah ke tempat itu tetapi dikatakan tidak tahu caranya.

    "Jadi, kalau kamu ke sini lagi ..., mestinya kamu membawa sesaji. Paling tidak, untuk sesaji itu, ya kamu membawa kembang setaman, membawa  kemenyan atau dupa. Selanjutnya kembang itu kamu persembahkan di sini, di samping tempat kamu membakar dupa. Kemudian lakukan ritual, apa yang akan kamu minta, katakan saja .... Supaya para ponggawa istana menyiapkan keinginanmu. Nah, kalau kamu sudah menyajikan kembang kiriman dan membakar kemenyan, dan sudah melakukan ritual permintaan, kalau ritualmu itu diterima, maka pintu istana itu akan terbuka. Tetapi kalau ritualmu tidak diterima, maka pintu istana itu akan terus tertutup dan tidak akan dibuka untuk dirimu. Artinya istana itu tidak mau menerima kehadiranmu." kata laki-laki itu yang menjelaskan caranya kepada Podin.

    "Seperti itu, ya Pak .... Kalau begitu saya harus pulang dulu, untuk mengambil bunga setaman dan kemenyan untuk sesaji." kata Podin yang tentu juga masih penasaran dengan ritual yang harus dilaksanakan di pulau itu.

    "Tidak usah pulang .... Pakai saja kemenyan saya .... Pakai saja dupa yang ada di tempat saya ini .... Nanti juga kamu boleh meminta bunga-bunga ini untuk sesaji. Silahkan ..., tidak apa-apa .... Toh saya membawa banyak." kata laki-laki itu yang tentu berbaik hati kepada Podin.

    "Terima kasih, Pak ...." kata Podin yang tentu dia sangat senang karena sudah diberi kemenyan, sudah diberi bunga untuk sesaji. Bahkan dia juga diajari caranya melakukan ritual di dalam meminta, agar pintu istana itu terbuka. Tentu Podin merasa senang dan penuh harap kalau nanti apa yang dilakukan dalam ritualnya itu diterima oleh si penguasa pulau itu. Dan tentunya, pintu istana akan terbuka. Lantas lampu-lampu yang gemerlapan akan menyala kembali. Dan tentunya yang paling diharapkan oleh Podin, ia akan pulang ke rumahnya dengan membawa peti yang berisi harta karun kembali.

    "Apakah nanti kita masuknya akan bersama-sama, Pak? tanya Podin kepada laki-laki itu, yang dari tadi setiap kali ingin melihat wajah orang itu, Podin tidak bisa mengamati wajahnya. Bahkan seakan-akan gelap yang menutup tempat itu sudah membuat wajah laki-laki yang ada di depannya itu juga ikut gelap seluruhnya. Sehingga Podin pun tidak sanggup melihat raut muka, bibir, hidung, maupun matanya. Seolah-olah laki-laki itu memang tidak memiliki wajah. Berdiri bulu kuduk Podin. Pasti yang ada di depannya itu bukanlah manusia normal.

    "Tidak .... Nanti kita berbeda tempat .... Kamu akan menuju ke istana itu, kan ...? Nah, kalau saya sudah tidak akan menuju istana itu lagi. Saya sudah tidak butuh harta kekayaan lagi ...." kata laki-laki itu kepada Podin.

    "Ooh .... Berarti bapak itu butuh jabatan? Butuh pangkat? Atau mau nyalon Bupati? Apa anggta Dewan?" tanya Podin pada laki-laki itu, yang mencoba menebak.

    "Sudahlah .... Konsentrasi saja dalam ritual .... Sebentar lagi, kalau dupa yang kamu bakar sudah habis, pintu istana akan terbuka ...." kata laki-laki itu yang kemudian pergi meninggalkan Podin.

    Podin tidak melanjutkan pertanyaannya. Tetapi ia mendugam paling-paling orang itu meminta agar jabatannya dinaikkan. Lantas Podin pun terus memasukkan kemenyan-kemenyan itu ke dalam api. Bau harum itu terus mengalun, sehingga tanpa terasa kemenyan yang ada di tangannya sudah habis. Api yang ada di hadapannya juga sudah padam. Dan kemenyan itu sudah tidak lagi menebarkan baunya.

    Bersamaan dengan padamnya api yang dinyalakan oleh Podin untuk membakar kemenyan itu, tiba-tiba ada berkas cahaya yang sangat terang. Yah, cahaya itulah yang ditunggu-tunggu oleh Podin. Dan cahaya itulah yang menunjukkan pintu istana sudah terbuka. Senang rasanya hati Podin menyaksikan pintu istana itu terbuka. Bahagianya rasa hati Podin yang menyaksikan cahaya yang sangat terang itu, dan menyaksikan betapa indahnya ruangan di dalam istana itu.

    Tidak sabar rasanya Podin yang ingin masuk ke istana itu. Tentu bagi Podin yang terpenting adalah ingin mengambil harta-harta karun yang ada di dalam peti-peti yang tersimpan di dalam istana tersebut. Maka tanpa aba-aba, tanpa diperintah siapapun, tanpa disuruh oleh siapapun, Podin langsung berlari masuk ke dalam istana itu, melewati pintu utama istana yang memang tidak ada penjaganya. Dengan girang Podin langsung menuju ke ruang tengah, ruang di mana terdapat permadani tebal yang di atasnya ada tumpukan-tumpukan peti-peti yang berisi harta karun dengan berbagai ukuran. Tentu banyak yang ukurannya besar-besar, dan juga ada yang ukurannya kecil-kecil. Mata Podin pun menatap semua peti harta karun itu.

    Podin yang sudah pernah mengambil salah satu dari peti harta karun itu, ia pun langsung melangkah kembali dan akan mengambil peti harta karun itu. Tentu kali ini dia akan memilih yang lebih besar.

    "Hahaha ........!" terdengar gema suara orang yang tertawa di ruangan istana itu, keras dan memekakkan telinga.

    Podin kaget dan menjingkat. Meski dulu juga seperti itu, tetapi kali ini suara tawa itu betul-betul mengagetkan.      "Hai Podin .... Kamu harus ingat, kalau kamu sudah pernah mengambil peti harta karun di tempat ini .... Rumahmu, harta benda dan seluruh kekayaanmu, berasal dari tempat ini .... Saya sudah berikan seluruhnya kepadamu .... Tapi sekarang, kamu datang lagi dan akan mengambil kembali harta karun-harta karun yang ada di istanaku .... Tidak segampang itu .... Tidak semudah Itu .... Podin, yanganmu sudah tidak bisa mengangkat kembali peti-peti yang ada di sini. Kecuali ..., kamu harus membayar syarat yang harus kamu penuhi. Tanganmu sudah pernah menyentuh altar peti itu .... Maka kalau kamu ingin menyentuh peti harta karun itu lagi, kamu harus membersihkan tanganmu terlebih dahulu .... Hahahaha ....!!! Kamu harus membersihkan tanganmu terlebih dahulu .... Hahahaha ....!!! Kamu harus membersihkan tanganmu terlebih dahulu .... Hahahaha ....!!!" suara itu terus menggema di ruang istana tersebut. Berkali-kali masuk ke telinga Podin.

    Tentu Podin yang mendengar kata-kata itu menjadi bingung. Podin belum tahu dengan apa yang dimaksudkan oleh suara. Suara yang memang tidak terlihat wujudnya. Tidak terlihat orangnya.

    Lantas Podin menoleh ke kiri dan ke kanan, memperhatikan di sekitar altar tempat peti-peti itu diletakkan. Dan ternyata, di tempat itu, ada semacam baskom kecil yang berisi air. Tetapi dalam baskom itu tidak hanya berisi air, melainkan juga terdapat bunga-bunga kiriman, presis seperti yang tadi dipersembahkan oleh Podin saat membakar kemenya. Yah, Podin langsung mengambil kesimpulan, mungkin tangannya harus dicuci dengan air yang ada di dalam baskom itu. Ya, tangannya harus dibersihkan. Itu artinya Podin harus mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum mengangkat peti yang akan dibawanya. Yah, mungkin inilah syarat yang harus dilakukan oleh Podin agar tangannya bisa mengambil salah satu dari peti harta karun ini.

    Maka, Podin pun langsung mencelupkan dua tangannya itu ke dalam baskom yang berisi air kembang. Lantas ia membersihkannya di dalam baskom. Namun, alangkah kagetnya Podin, saat ia menyaksikan air kembang yang ada di dalam baskom itu, yang tadinya bening, setelah digunakan untuk membasuh tangan, tiba-tiba air kembang itu berubah warnanya menjadi merah. Ya, warna merah darah. Benarkah air kembang yang digunakan untuk mencuci tangan Podin memang berubah menjadi darah?

      Namun karena niat Podin adalah ingin membawa pulang salah satu dari peti harta karun itu, maka ia tidak mempedulikan air yang ada di dalam baskom itu berubah jadi darah. Yang penting, syarat untuk menjinjing peti harta karun sudah dilaksanakan.

    Setelah selesai mencuci tangannya, tentu kini tangan Podin justru tidak bersih, melainkan malah terkena darah. Tetapi Podin tidak urusan. Meski tangannya terselimuti darah, ia melanjutkan niatnya, yaitu untuk mengangkat membawa pulang harta karun. Toh nanti kalau sudah sampai di pantai, tangannya yang kotor oleh darah itu bisa dicuci dengan air laut.

    Lantas, Podin menuju altar. Ia kembali mencoba mengangkat peti yang paling besar. Tetapi, lagi-lagi Podin tidak kuat mengangkatnya. Hingga akhirnya, setelah mencoba beberapa peti, lagi-lagi, Podin hanya sanggup mengangkat peti yang paling kecil. Podin pun mengangkat peti itu, dan langsung melangkah meninggalkan istana yang bergelimang harta tersebut. Ia menuju pantai, akan pulang.

    Namun saat ia sampai di pantai, tempat ia tadi diturunkan oleh perahu kecil yang mengangkutnya, ternyata perahu itu belum bersandar di tempat tadi. Podin harus bersabar menunggu. Di saat menunggu perahu yang menjemputnya itu, Podin sambil menoleh kanan kiri, melihat lingkungan sekitarnya. Bahkan juga beberapa kali mondar-mandir untuk menghilangkan jenuh.

    Tiba-tiba saja, kakinya menendang benda agak bulat yang tergeletak di dekatnya. Lantas ia mengamati benda bulat yang disangkanya sebagai buah kelapa. Namun, alangkah kagetnya Podin. Ternyata benda bulat yang dia injak bukanlah kelapa, bukan pula batu, melainkan benda itu adalah cumplung kepala manusia dengan mulut meringis dan mata membelalak.

    Podin kaget dan ketakutan. Bulu kuduknya langsung berdiri. Ia langsung mundur, menjauh dari kepala manusia tanpa badan itu. Hingga tubuhnya terbentur pada pohon-pohon bakau yang ada belakangnya. Podin menoleh, tentunya ingin berpegangan pada pohon bakau itu. Namun ternyata, setelah tangannya meraih batang pohon itu, batang-batang pohon bakau itu sudah berubah menjadi ular-ulat yang bergelantungan.

    Podin semakin ketakutan. Ia kembali berlari menjauh dari ular-ular yang mulai mendesis akan mematuk dirinya.

    "Hoeiii .....!!! Perahunya di sini, Pak ....!!!" teriak tukang perahu yang memberi tahu Podin.

    Podin pun berlari cepat, saking takutnya. Beruntung perahu yang menjemputnya sudah datang. Podin pun bisa kembali ke daratan, dan pulang. Meninggalkan Pulau Berhala.

Episodes
1 Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2 Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3 Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4 Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5 EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6 Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7 EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8 EPISODE 8: MASUK BANK
9 EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10 EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11 EPISODE 11: BELI MOTOR
12 EPISODE 12: PERGI KE MALL
13 EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14 EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15 EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16 EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17 EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18 EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19 EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20 EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21 EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22 EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23 EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24 EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25 EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26 EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27 EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28 EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29 EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30 EPISODE 30: RENCANA GILA
31 EPISODE 31: TERDAMPAR
32 EPISODE 32: TAK SANGGUP
33 EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34 EPISODE 33: BERITA PILU
35 EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36 EPISODE 35: PIKNIK
37 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39 EPISODE 38: DIUSIR
40 EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41 EPISODE 40: SENAM
42 EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43 EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44 EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45 EPISODE 44: MINTA ANAK
46 EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47 EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48 EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49 EPISODE 48: MENCOBA LARI
50 EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51 EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52 EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53 EPISODE 52: CURIGA
54 EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55 EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56 EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57 EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58 EPISODE 57: MENANYA USAHA
59 EPISODE 58: MENATA WARUNG
60 EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61 EPISODE 60: ANAK ANEH
62 EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63 EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64 EPISODE 63: ULAH PODIN
65 EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66 EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67 EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68 EPISODE 67: MELAHIRKAN
69 EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70 EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71 EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72 EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73 EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74 EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75 EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76 EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77 EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78 EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79 EPISODE 78: TERJERAT
80 EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81 EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82 EPISODE 81: MINTA WARISAN
83 EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84 EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85 EPISODE 84: MASALAH LAGI
86 EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87 EPISODE 86: MENANTU BAIK
88 EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89 EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90 EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91 EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92 EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93 EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94 EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95 EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96 EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97 EPISODE 96: DITOLAK
98 EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99 EPISODE 98: BERUNTUNG
100 EPISODE 99: DITEMU ORANG
101 EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102 EPISODE 101: KENA GODAAN
103 EPISODE 102: AMBYAR
104 EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105 EPISODE 104: PLONG
106 EPISODE 105: CURHAT
107 EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108 EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109 EPISODE 108: MENCURI PETI
110 EPISODE 109: GAGAL
111 EPISODE 110: SELALU KOSONG
112 EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113 EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114 EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115 EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116 EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117 EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118 EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119 EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120 EPISODE 119: JADI MANGSA
121 EPISODE 120: MERAUP UANG
122 EPISODE 121: KETAGIHAN
123 EPISODE 122: MENCARI PETI
124 EPISODE 123: MASUK PENJARA
125 EPISODE 124: PODIN BEBAS
126 EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127 EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128 EPISODE 127: LEBIH LICIK
129 EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130 EPISODE 129: KETAKUTAN
131 EPISODE 130: DIUSIR
132 EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133 EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134 EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135 EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136 EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137 EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138 EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139 EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140 EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141 EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142 EPISODE 141: BINGUNG
143 EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144 EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145 EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146 EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147 EPISODE 146: KECEWA
148 EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149 EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150 EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151 EPISODE 150: HARI PERTAMA
152 EPISODE 151: BERIBADAH
153 EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154 EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155 EPISODE 154: USAHA BARU
156 EPISODE 155: SANTAI SAJA
157 EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158 EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159 EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160 EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161 EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162 EPISODE 161: GERHANA BULAN
163 EPISODE 162: PODIN HILANG
164 EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165 EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166 EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167 EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168 EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169 EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170 EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171 EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172 EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173 EPISODE 172: BIMBANG
174 EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175 EPISODE 174: HIDUP BARU
176 EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177 EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178 EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179 EPISODE 178: PENGAKUAN
180 EPISODE 179: PENGUPING
181 EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182 EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183 EPISODE 182: PODIN SEHAT
184 EPISODE 183: PODIN RAIB
185 EPISODE 184: BIJAKSANA
186 EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187 EPISODE 186: PERTEMUAN
188 EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189 EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190 EPISODE 189: CERITA ANAK
191 EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192 EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193 EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194 EPISODE 193: AKUR
195 EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196 EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197 EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198 EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199 EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200 EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201 EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202 EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203 EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204 EPISODE 203: JADI PENDIAM
205 EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206 EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207 EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208 EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209 EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210 EPISODE 209: PULAU ANEH
211 EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212 EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213 EPISODE 212: MASUK ISTANA
214 EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215 EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216 EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217 EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218 EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219 EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220 EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221 EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA
Episodes

Updated 221 Episodes

1
Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2
Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3
Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4
Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5
EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6
Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7
EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8
EPISODE 8: MASUK BANK
9
EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10
EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11
EPISODE 11: BELI MOTOR
12
EPISODE 12: PERGI KE MALL
13
EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14
EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15
EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16
EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17
EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18
EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19
EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20
EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21
EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22
EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23
EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24
EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25
EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26
EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27
EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28
EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29
EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30
EPISODE 30: RENCANA GILA
31
EPISODE 31: TERDAMPAR
32
EPISODE 32: TAK SANGGUP
33
EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34
EPISODE 33: BERITA PILU
35
EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36
EPISODE 35: PIKNIK
37
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39
EPISODE 38: DIUSIR
40
EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41
EPISODE 40: SENAM
42
EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43
EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44
EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45
EPISODE 44: MINTA ANAK
46
EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47
EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48
EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49
EPISODE 48: MENCOBA LARI
50
EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51
EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52
EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53
EPISODE 52: CURIGA
54
EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55
EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56
EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57
EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58
EPISODE 57: MENANYA USAHA
59
EPISODE 58: MENATA WARUNG
60
EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61
EPISODE 60: ANAK ANEH
62
EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63
EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64
EPISODE 63: ULAH PODIN
65
EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66
EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67
EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68
EPISODE 67: MELAHIRKAN
69
EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70
EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71
EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72
EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73
EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74
EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75
EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76
EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77
EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78
EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79
EPISODE 78: TERJERAT
80
EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81
EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82
EPISODE 81: MINTA WARISAN
83
EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84
EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85
EPISODE 84: MASALAH LAGI
86
EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87
EPISODE 86: MENANTU BAIK
88
EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89
EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90
EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91
EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92
EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93
EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94
EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95
EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96
EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97
EPISODE 96: DITOLAK
98
EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99
EPISODE 98: BERUNTUNG
100
EPISODE 99: DITEMU ORANG
101
EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102
EPISODE 101: KENA GODAAN
103
EPISODE 102: AMBYAR
104
EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105
EPISODE 104: PLONG
106
EPISODE 105: CURHAT
107
EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108
EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109
EPISODE 108: MENCURI PETI
110
EPISODE 109: GAGAL
111
EPISODE 110: SELALU KOSONG
112
EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113
EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114
EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115
EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116
EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117
EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118
EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119
EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120
EPISODE 119: JADI MANGSA
121
EPISODE 120: MERAUP UANG
122
EPISODE 121: KETAGIHAN
123
EPISODE 122: MENCARI PETI
124
EPISODE 123: MASUK PENJARA
125
EPISODE 124: PODIN BEBAS
126
EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127
EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128
EPISODE 127: LEBIH LICIK
129
EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130
EPISODE 129: KETAKUTAN
131
EPISODE 130: DIUSIR
132
EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133
EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134
EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135
EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136
EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137
EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138
EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139
EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140
EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141
EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142
EPISODE 141: BINGUNG
143
EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144
EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145
EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146
EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147
EPISODE 146: KECEWA
148
EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149
EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150
EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151
EPISODE 150: HARI PERTAMA
152
EPISODE 151: BERIBADAH
153
EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154
EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155
EPISODE 154: USAHA BARU
156
EPISODE 155: SANTAI SAJA
157
EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158
EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159
EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160
EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161
EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162
EPISODE 161: GERHANA BULAN
163
EPISODE 162: PODIN HILANG
164
EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165
EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166
EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167
EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168
EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169
EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170
EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171
EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172
EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173
EPISODE 172: BIMBANG
174
EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175
EPISODE 174: HIDUP BARU
176
EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177
EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178
EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179
EPISODE 178: PENGAKUAN
180
EPISODE 179: PENGUPING
181
EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182
EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183
EPISODE 182: PODIN SEHAT
184
EPISODE 183: PODIN RAIB
185
EPISODE 184: BIJAKSANA
186
EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187
EPISODE 186: PERTEMUAN
188
EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189
EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190
EPISODE 189: CERITA ANAK
191
EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192
EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193
EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194
EPISODE 193: AKUR
195
EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196
EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197
EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198
EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199
EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200
EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201
EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202
EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203
EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204
EPISODE 203: JADI PENDIAM
205
EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206
EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207
EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208
EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209
EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210
EPISODE 209: PULAU ANEH
211
EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212
EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213
EPISODE 212: MASUK ISTANA
214
EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215
EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216
EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217
EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218
EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219
EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220
EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221
EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!