EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN

    Hari memang belum pagi. Matahari masih jauh dari terbitnya. Namun Podin tetap ingin segera pulang, tentu ingin melihat harta karun yang dibawanya. Ya, niatnya Podin ingin membuka dan menghitung harta karun itu bersama dengan istrinya di dalam kamar yang tertutup. Dan nantinya, pasti akan disimpan ke dalam lemari yang selalu terkunci.

    Setelah keluar dari pulau itu, dan sampai di daratan, Podin yang mengangkat peti harta karun itu dengan jalan tertatih-tatih, karena saking beratnya. Ia pun langsung menuju ke tepi pantai, untuk mengambil sepeda motornya yang ia parkirkan di tepi jalan pinggir parit. Lantas peti harta karun itu dinaikkan di atas motornya. Tentu amat susah, karena berat dan besarnya peti harta karun itu, yang memang sulit untuk ditaruh di kendaraan bagian depan. Akhirnya Podin meletakkan peti harta karun itu pada jok belakangnya, seperti halnya diboncengkan. Namun tentu, karena peti harta karun yang dibawanya itu cukup besar dan berat. Maka Podin harus memegangi peti itu secara kuat. Namun tentunya juga repot, karena jalan yang dilintasinya adalah jalan sempit yang berbatu, sehingga sulit untuk dilalui kendaraan bermotor.

    Saking susahnya untuk memegangi peti yang ada di boncengan belakang, bahkan peti itu hampir terjatuh, maka Podin akhirnya harus berhenti sejenak, guna mencari tali untuk mengikat peti itu. Tentu di hari yang masih gelap, akan susah untuk mendapkan tali yang akan digunakan untuk mengikat petinya. Dan akhirnya, Podin dapat ide. Dia melihat pohon pisang, lantas ia mengambil beberapa helai pelepah batang pisang itu, kemudian digunakan untuk mengikat peti yang ada di boncengan motornya itu.

    Bahkan Podin juga mengambil daun pisang itu, yang digunakan untuk membungkus, menutupi petinya, agar tidak terlihat oleh orang lain. Ia khawatir, jika peti yang bentuknya aneh itu dilihat oleh orang-orang, pasti yang melihatnya akan curiga dan bertanya-tanya. Pasti, karena wujudnya memang seperti layaknya penti harta karun yang dilihat orang dalam gambar cerita atau filem Aladin atau Alibaba pada zaman kuno. Akhirnya Podin mengambil daun pisang dan menutupkannya pada peti itu. Peti itu pun terbungkus rapat oleh daun pisang yang sudah diikat dengan jok motornya di bagian belakang.

    Kini, Podin leluasa untuk mengendarai motornya. Petinya terbungkus rapat, dan yang jelas sudah terikat kuat. Sehingga Podin bisa menjalankan kendaraannya, berjalan leluasa dalam melintasi jalan raya. Podin pun bisa mengendarai dengan cepat. Tentunya ia harus ngebut, karena ingin segera sampai di rumahnya.  Setidaknya ia bisa mencapai rumahnya saat masih pagi buta. Podin pun terus mempercepat laju kendaraannya agar segera sampai di rumah.

    Namun, meski motor yang dikendarai oleh Podin sudah berjalan cepat, hitungan waktu tempuh adalah jarak dibagi oleh kecepatan. Walau Podin sudah cukup cepat untuk mengendarai motornya, namun karena jaraknya yang teramat jauh, waktu yang dibutuhkan pun juga cukup lama. Hari sudah terang bendarang. Bahkan sudah lumayan siang, ketika Podin masuk melewati gerbang penjagaan perumahan mewah itu.

    "Selamat Pagi, Pak Podin .... Dari mana, Pak ..., pagi-pagi sudah bawa barang sebanyak ini ...?" tanya satpam yang berjaga di pos masuk itu.

    "Pulang kerja .... Jatahnya lembur ...." jawab Podin yang terlihat lusuh karena kurang tidur.

    "Bawa apa, Pak Podin ...?! Kok kelihatan berat, begitu ...?" teriak satpam yang satunya lagi, yang tentu ingin tahu dengan apa yang dibawa oleh Podin.

    "Biasa ..... Ini pekerjaan, untuk bekerja lembur di rumah ...." jawab Podin yang tentu juga khawatir kalau peti yang di bawahnya itu diketahui oleh satpam yang sedang berjaga. Syukurlah, tanpa melihat dan tidak menanyai lagi, satpam itu langsung membukakan pintu, dan langsung saja mempersilahkan Podin untuk masuk. Tentu karena si pegawai satpam yang menjaga Perumahan itu sudah hafal dengan Podin. Podin pun langsung cepat-cepat masuk agar petinya tidak dilihat.

    "Bu ...!! .... Ibuk ...!! Isti ...!!"

    Sesampai di rumah, Podin berteriak memanggil istrinya, karena pintu rumahnya terkunci. Pasti istrinya ada di dalam rumah. Paling-paling sedang nonton TV. Dua anaknya yang besar tentu sudah berangkat sekolah. Maka kalau harus ngurusi anak-anaknya yang kecil, paling gampang distelkan TV, terus diajak nonton TV.

    "Bu ...!! Ibu ...!! Isti ...!! Isti ...!!" Podin kembali memanggil istrinya, tentu sambil mengetuk-ketuk pintunya. Namun untuk beberapa saat, ternyata istrinya juga tidak keluar rumah.

    Kemudian Podin mencoba membuka pintu garasi yang ada di samping teras. Ternyata pintu garasinya tidak terkunci. Podin langsung membuka garasi itu, kemudian motor yang memboncengkan peti harta karun itu langsung dimasukkan ke dalam garasi rumahnya. Tentu Podin pun langsung menutup rapat-rapat pintu garasi itu. Yah, agar barang yang ada dalam boncengan itu aman, tidak terlihat oleh tetangganya.

    Selanjutnya dari ruang garasi yang memang hanya untuk menaruh motor dan mobil, Podin menuju ke ruang tengah. Kebetulan ruang penghubung itu tidak terkunci. Selanjutnya, Podin masuk ke dalam ruang rumahnya. Tentu sambil mengangkat peti harta karun yang dibawanya dari tempatnya meminta kekayaan kepada kakek tua di Pulau Berhala. Ya, ia mendapati istrinya sedang menangis. Bahkan dua anaknya yang kecil-kecil juga ikut menangis, karena takut dengan ibunya yang menangis. Tentu suara tangis istri dan anak-anaknya itu tidak terdengar dari luar.  Karena saking besarnya rumah Podin. Apalagi suara tangis itu juga kalah dengan suara TV yang cukup keras.

    Podin tetap berlalu melintasi istrinya yang masih menangis sesenggukan. Ia membawa benda berat berisi harta karun itu masuk ke dalam kamarnya. Lantas Podin memasukkan peti harta karun itu ke dalam lemari khusus miliknya. Selanjutnya lemari itu dikunci rapat. Tentu agar tidak ada orang yang bisa membukanya. Setelah itu, Podin masuk kamar mandi. Ia mencuci tangan yang semalam terumuri darah dan juga kakinya yang ternyata juga terkena darah. Mungkin saat ia menendang kepala manusia yang menggelinding ke kakinya semalam. Setelah terlihat bersih, barulah ia keluar menemui istrinya yang masih saja menangis.

    "Ada apa, Bu ...?! Pagi-pagi kok nangis ...?" tentu Podin bingung melihat istri dan anaknya yang menangis itu.

    "Oalah, Pak .... Bapak itu dari mana saja ...?! Ditelepon tidak bisa .... Dicari tidak ketemu .... Tidak tahu orang sedang kesusahan .... Tidak tahu anaknya mengalami kecelakaan, lah kok malah pergi tidak pamit, sekarang datang malah kayak begitu ...." kata Isti yang tentu bingung untuk menyampaikan kabar berita dari sekolahan.

    "Maksudnya Ibu itu bagaimana ...? Kesusahan apa ...? Siapa yang kecelakaan ...?" tanya Podin yang tentu juga bingung mendengar kata-kata istrinya.

    "Pak .... Tadi saya dihubungi gurunya Eko .... Katanya Eko mengalami kecelakaan di depan sekolahannya .... Huuhuhuuu ...." kata Isti yang langsung mengeras suara tangisnya.

    "Hah ...?! Kecelakaan ...?!" Podin baru sadar kata-kata istrinya yang sambil menangis itu. Tentu ia kaget saat mendengar kata-kata istrinya yang menyatakan kalau anaknya yang paling besar mengalami kecelakaan.

    "Iya, Pak .... Gurunya Eko yang menelepon .... Tadi saya telepon Bapak berkali-kali ..., tetapi tidak aktif .... Teleponnya tidak bisa dihubungi, tidak pernah diangkat .... Kita ini sedang dapat musibah, Pak .... Lah, kok ditelepon saja tidak bisa, ditelepon tidak diangkat toh, Pak .... Bapak itu bagaimana toh, Pak ...?? Kita harus bagaimana, Pak ...??? Huhuhuhu ...." kata Isti yang tentu sangat bersedih mendengar berita itu dari gurunya.

    "Maaf, Bu .... HP-nya saya jual .... Habis, saya sudah tidak punya uang lagi ...." sahut Podin yang langsung menunduk karena merasa bersalah.

    "Ya ampun Pak ... Bapak itu bagaimana? Ayo ..., sekarang kita berangkat ke sekolahannya Eko .... Kita tengok anak kita, bagaimana keadaannya ...!" kata Isti yang tentu menyuruh suaminya segera bergegas berangkat ke sekolahan.

    "Ya ..., ayo, Bu ...." sahut Podin yang langsung bersiap berangkat.

    Namun, baru saja Podin mengeluarkan motornya, akan menyusul anaknya yang katanya mengalami kecelakaan di sekolahan, Isti juga sedang menutup pintu rumahnya, akan membonceng Podin. Tiba-tiba ada petugas satpam yang naik motor, beriringan dengan motor satu lagi yang dikendarai oleh petugas polisi. Polisi itu memboncengkan Dewi, anak Podin yang nomor dua, yang bersekolah satu sekolahan dengan kakaknya, dan satu lagi seorang laki-laki, gurunya Dewi.

    "Pak Podin ..., ini ada tamu dari kepolisian bersama Pag Guru, mengantarkan Dewi pulang ...." kata satpam yang mengantarkannya.

    "Oh, ya .... Terima kasih ...." sahut Podin yang akhirnya meletakkan motornya lagi, tidak jadi berangkat. Demikian juga Isti, yang kembali membuka pintu rumahnya.

    "Mari, Pak ..., Pak Polisi dan Pak Guru .... Silahkan masuk ...." kata Podin menyambut dua orang yang datang mengantarkan Dewi itu. Tetapi perasaan Podin tetap tidak enak, karena istrinya sudah mengatakan kalau Eko yang mengalami kecelakaan. Tetapi kenapa yang diantarkan pulang justru Dewi?

    Dewi yang turun dari motor, langsung berlari masuk ke rumah. Ia langsung memeluk ibunya sambil menangis sejadi-jadinya.

    "Ada apa, Sayang ....??" tanya ibunya yang tentu merasakan kesedihan anaknya.

    "Mas Eko, Bu .... Hua .., hua ... hu ...hu ...." Dewi tidak sanggup bercerita.

    "Maaf, Pak Podin .... Kedatangan kami bersama Pak Guru ini mau menyampaikan berita ...." kata polisi itu yang sudah duduk bersama di ruang tamu.

    "Kabar tentang anak saya yang kecelakaan, ya, Pak .... Ini tadi saya sedang mau berangkat ke sekolahan, Pak ...." kata Podin yang memotong pembicaraan polisi itu.

    "Betul, Pak .... Mungkin tadi pihak sekolahan sudah menelepon keluarga. Perlu kami sampaikan, Pak .... Putra Bapak mengalami kecelakaan di depan sekolahan saat menyeberang jalan .... Eko tertabrak truk, Pak .... Sekarang masih sedang visum di rumah sakit ...." kata polisi itu lagi.

    "Terus ..., anak saya bagaimana, Pak ...??? Ayo kita segera ke rumah sakit .... Saya ingin tahu keadaan anak saya, Pak ...!" kata Podin yang tentu sangat ketakutan dengan nasib anaknya.

    "Yang sabar, Pak .... Mohon Bapak Podin tabah .... Eko, putra Bapak Podin sudah meninggal ...." kata petugas kepolisian itu.

    "Hah ...??!! Eko ..........!!!" Podin menjerit histeris, meratapi nasip anaknya.

*******

    Menilik peristiwa kecelakaan yang terjadi di depan sekolahan. Sebenarnya, pagi itu saat Eko bersama Dewi berangkat sekolah, mereka naik angkutan dari jalan di depan perumahan menuju sekolahannya. Karena bapaknya, yaitu Podin, yang biasanya mengantar kedua anaknya itu, semalaman hingga pagi tidak pulang. Maka ibunya langsung menyuruh anak-anaknya untuk naik angkot saja. Ya, tentu agar anaknya tidak terlambat.

    Saat Eko dan Dewi, dua anak ini turun dari angkutan kota, tentu mereka harus menyeberang jalan untuk masuk ke sekolahannya. Maka setelah turun, kemudian mereka berdua langsung menyeberang jalan. Namun tiba-tiba saja, ada sebuah truk yang datang dari arah berlawanan. Dan truk itu melaju sangat cepat. Mungkin tanpa diketahui oleh Eko maupun Dewi. Mungkin juga sang sopir tidak melihat ketika ada dua anak yang menyeberang jalan. Truk yang melaju sangat cepat itu langsung menabrak dan melindas Eko.

    "Braakh .....!"

    Eko yang tidak bisa menghindarkan diri, kemudian terlindas di jalan, tepat di depan gerbang sekolahan. Dan truk yang menabrak Eko tersebut langsung bablas melarikan diri. Tentu seketika itu orang-orang yang ada di situ dan melihat peristiwa itu langsung pada berteriak.

    ”Awas... !!”

    ”Hoei....!!”

    "Ada kecelakaan ...!! Ada kecelakaan....!!!”

    ”Walah.... ada kecelakaan...!?"

    "Di mana... ?"

    "Di depan sekolahan.... "

    "Siapa....?"

    "Anak sekolah.... Murid SD...."

    Tentu, pagi itu suasana di depan sekolahan langsung ramai. Semua orang kaget, semua orang langsung berhamburan keluar. Tidak hanya masyarakat di sekitar situ, tetapi juga murid-murid SD dan para gurunya. Semuanya keluar, menyaksikan peristiwa kecelakaan itu. Dan pastinya ingin menolong anak yang mengalami kecelakaan, Eko yang terlindas oleh truk.

    Dewi, adiknya Eko yang kala itu menyeberang bersamaan, langsung menjerit histeris, menangis sejadi-jadinya bahkan sampai gulung Komeng di jalanan. Tentu saking kagetnya dan meratapi nasib kakaknya yang tertabrak truk.

    "Ayo ditolong ...!!"

    "Cepetan .... Ini darahnya berhamburan ...."

    "We ..., lha dalah .... Ambil koran ...!!!"

    "Bagaimana ...?!"

    "Korbanya meninggal ...!"

    "Tutupi koran ...!!"

    "Inalillahi ...."

    "Waduh .... Siapa itu ...?"

    "Eko, Bu ...!"

    "Kakaknya Dewi ...."

    Beberapa guru perempuan langsung mendekap Dewi yang menangis histeris itu. Lantas kepala sekolah langsung menelepon pihak kepolisian, melaporkan ada kecelakaan di depan sekolahnya, dan memakan korban murid dari sekolah itu. Banyak orang yang menjerit, termasuk guru-guru juga menjerit, bahkan guru-guru perempuan pada menangis, karena saking ngerinya menyaksikan keadaan kecelakaan pagi itu yang menimpa muridnya. Darah yang menggenang tepat di depan gerbang sekolahan, sudah terlihat mengerikan. Apalagi ketika menyaksikan tubuh Eko yang terlindas truk itu, memang benar-benar sangat mengerikan, karena kepala Eko yang terlindas truk itu sudah hilang dari tubuhnya, dan tidak ada di tempat itu.

    Gurunya Eko, guru kelas empat, langsung menelepon keluarganya. Tentu yang ditelepon pertama kali adalah bapaknya. Namun berkali-kali dihubungi, teleponnya tidak aktif. Maka guru itu menanya kepada Dewi, nomor telepon yang ada di rumahnya. Oleh Dewi diberikanlah nomor HP milik ibunya. Lantas guru itu pun menelepon ibunya, dan tentu hanya menyampaikan kalau anaknya mengalami kecelakaan di depan sekolahan. Tidak berani menyampaikan kalau anaknya sudah meninggal. Tentu agar ibunya tidak terlalu panik.

    Sebentar kemudian, petugas kepolisian datang untuk menangani kecelakaan itu. Mereka langsung membuka koran yang digunakan untuk menutup tubuh korban. Dan setelah membuka sebentar, ia menutupnya kembali. Pastinya polisi-polisi yang datang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ini sebuah kecelakaan yang sangat tragis.

    "Kepalanya di mana ...?" tanya polisi itu kepada warga yang berani mendekat.

    "Sudah dicari, tetapi tidak ketemu, Pak ...." jawab warga yang sudah menolong dengan menutupkan koran tadi.

    "Minta bantuan untuk mencari kepalanya, ya ...." kata petugas kepolisian iyu yang tentu tengak-tengok mencari kepala korban yang sudah tidak ada lagi.

    "Yang nabrak mobil apa ...?" tanya petugas yang satunya.

    "Truk, Pak .... Langsung tancap gas, melarikan diri ...." sahut orang-orang yang ada di situ.

    "Tahu ciri-cirinya ...?" tanya petugas itu lagi.

    "Truk disel, depannya warna hijau ada gambar ular yang melilit di tubuh wanita, seperti penari ular .... Belakangnya warna biru gelap, tetapi ada semacam lukisan kobaran api dari belakang kepala hingga pintu belakang bak truk itu.

    "Di pintu belakang bak truk itu ada gambarnya tengkorak-tengkorak manusia, Pak ....Banyak tengkoraknya ...." tambah yang lain, yang tadi sempat melihat truk yang melaju kencang itu.

    "Ada yang tahu plat nomornya ...?" tanya petugas itu lagi.

    "Walah .... Tidak tahu, Pak .... Truk itu melaju kencang sekali ...." sahut yang lainnya.

    "Sopirnya aneh, Pak .... Kayak orang yang berpakaian di goa hantu yang ada di pasar malam itu ...." yang lain juga menambahkan.

    "Ya, betul .... Sopirnya mirip hantu .... Rambutnya gondrong acak-acakan, pakai pakaian putih kayak kuntil anak, dan wajahnya serem ...." timpal yang lain lagi.

    "Jangan-jangan karyawan pasar malam yang kesiangan ...?!"

    "Ya ..., mungkin penjaga goa hantu yang belum sempat ganti baju ...."

    "Wuiiiingngng .... Uwing .... uwing .... uwing ....!!"

    Kini mobil ambulans yang datang. Dengan sigap petugasnya langsung mengangkut orang yang mengalami kecelakaan. Namun sesaat kemudian berhenti, karena kepala korban hilang dan belum ketemu.

    "Bagaimana ini, Pak ...?" tanya petugas lakalantas.

    "Kepalanya hilang .... Katanya sudah pada mencari, tetapi belum ketemu ...." sahut polisi yang datang pertama.

    "Tapi kita tidak bisa lama .... Toh korban jelas sudah meninggal ...." kata petugas yang akan mengangkutnya.

    "Apa kita angkut saja ...?"

    "Ya .... Lebih cepat lebih baik ...."

    "Bapak ..., Ibu ..., saudara semuanya .... Mohon maaf, ini korban akan dibawa ke rumah sakit. Tanpa kepala .... Jika nanti atau kapan, ada yang menemukan kepalanya, tolong langsung menghubungi atau lapor ke kami." kata petugas dari kepolisian itu kepada orang-orang yang masih mengerumuni tempat itu.

    "Siap, Pak ...." sahut orang-orang yang ada di situ.

Hari itu, Eko, anak pertamanya Podin, sudah mengalami kecelakaan, ditabrak truk dengan sopir mirip hantu, serta bak truk yang bergambar menyeramkan. Dan kepalanya Eko hilang tidak diketemukan.

Episodes
1 Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2 Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3 Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4 Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5 EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6 Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7 EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8 EPISODE 8: MASUK BANK
9 EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10 EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11 EPISODE 11: BELI MOTOR
12 EPISODE 12: PERGI KE MALL
13 EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14 EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15 EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16 EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17 EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18 EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19 EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20 EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21 EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22 EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23 EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24 EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25 EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26 EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27 EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28 EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29 EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30 EPISODE 30: RENCANA GILA
31 EPISODE 31: TERDAMPAR
32 EPISODE 32: TAK SANGGUP
33 EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34 EPISODE 33: BERITA PILU
35 EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36 EPISODE 35: PIKNIK
37 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39 EPISODE 38: DIUSIR
40 EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41 EPISODE 40: SENAM
42 EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43 EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44 EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45 EPISODE 44: MINTA ANAK
46 EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47 EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48 EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49 EPISODE 48: MENCOBA LARI
50 EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51 EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52 EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53 EPISODE 52: CURIGA
54 EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55 EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56 EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57 EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58 EPISODE 57: MENANYA USAHA
59 EPISODE 58: MENATA WARUNG
60 EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61 EPISODE 60: ANAK ANEH
62 EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63 EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64 EPISODE 63: ULAH PODIN
65 EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66 EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67 EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68 EPISODE 67: MELAHIRKAN
69 EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70 EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71 EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72 EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73 EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74 EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75 EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76 EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77 EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78 EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79 EPISODE 78: TERJERAT
80 EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81 EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82 EPISODE 81: MINTA WARISAN
83 EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84 EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85 EPISODE 84: MASALAH LAGI
86 EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87 EPISODE 86: MENANTU BAIK
88 EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89 EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90 EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91 EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92 EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93 EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94 EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95 EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96 EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97 EPISODE 96: DITOLAK
98 EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99 EPISODE 98: BERUNTUNG
100 EPISODE 99: DITEMU ORANG
101 EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102 EPISODE 101: KENA GODAAN
103 EPISODE 102: AMBYAR
104 EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105 EPISODE 104: PLONG
106 EPISODE 105: CURHAT
107 EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108 EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109 EPISODE 108: MENCURI PETI
110 EPISODE 109: GAGAL
111 EPISODE 110: SELALU KOSONG
112 EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113 EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114 EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115 EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116 EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117 EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118 EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119 EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120 EPISODE 119: JADI MANGSA
121 EPISODE 120: MERAUP UANG
122 EPISODE 121: KETAGIHAN
123 EPISODE 122: MENCARI PETI
124 EPISODE 123: MASUK PENJARA
125 EPISODE 124: PODIN BEBAS
126 EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127 EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128 EPISODE 127: LEBIH LICIK
129 EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130 EPISODE 129: KETAKUTAN
131 EPISODE 130: DIUSIR
132 EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133 EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134 EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135 EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136 EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137 EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138 EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139 EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140 EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141 EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142 EPISODE 141: BINGUNG
143 EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144 EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145 EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146 EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147 EPISODE 146: KECEWA
148 EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149 EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150 EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151 EPISODE 150: HARI PERTAMA
152 EPISODE 151: BERIBADAH
153 EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154 EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155 EPISODE 154: USAHA BARU
156 EPISODE 155: SANTAI SAJA
157 EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158 EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159 EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160 EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161 EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162 EPISODE 161: GERHANA BULAN
163 EPISODE 162: PODIN HILANG
164 EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165 EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166 EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167 EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168 EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169 EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170 EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171 EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172 EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173 EPISODE 172: BIMBANG
174 EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175 EPISODE 174: HIDUP BARU
176 EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177 EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178 EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179 EPISODE 178: PENGAKUAN
180 EPISODE 179: PENGUPING
181 EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182 EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183 EPISODE 182: PODIN SEHAT
184 EPISODE 183: PODIN RAIB
185 EPISODE 184: BIJAKSANA
186 EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187 EPISODE 186: PERTEMUAN
188 EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189 EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190 EPISODE 189: CERITA ANAK
191 EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192 EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193 EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194 EPISODE 193: AKUR
195 EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196 EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197 EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198 EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199 EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200 EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201 EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202 EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203 EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204 EPISODE 203: JADI PENDIAM
205 EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206 EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207 EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208 EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209 EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210 EPISODE 209: PULAU ANEH
211 EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212 EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213 EPISODE 212: MASUK ISTANA
214 EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215 EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216 EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217 EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218 EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219 EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220 EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221 EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA
Episodes

Updated 221 Episodes

1
Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2
Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3
Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4
Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5
EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6
Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7
EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8
EPISODE 8: MASUK BANK
9
EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10
EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11
EPISODE 11: BELI MOTOR
12
EPISODE 12: PERGI KE MALL
13
EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14
EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15
EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16
EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17
EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18
EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19
EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20
EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21
EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22
EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23
EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24
EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25
EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26
EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27
EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28
EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29
EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30
EPISODE 30: RENCANA GILA
31
EPISODE 31: TERDAMPAR
32
EPISODE 32: TAK SANGGUP
33
EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34
EPISODE 33: BERITA PILU
35
EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36
EPISODE 35: PIKNIK
37
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39
EPISODE 38: DIUSIR
40
EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41
EPISODE 40: SENAM
42
EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43
EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44
EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45
EPISODE 44: MINTA ANAK
46
EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47
EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48
EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49
EPISODE 48: MENCOBA LARI
50
EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51
EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52
EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53
EPISODE 52: CURIGA
54
EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55
EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56
EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57
EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58
EPISODE 57: MENANYA USAHA
59
EPISODE 58: MENATA WARUNG
60
EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61
EPISODE 60: ANAK ANEH
62
EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63
EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64
EPISODE 63: ULAH PODIN
65
EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66
EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67
EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68
EPISODE 67: MELAHIRKAN
69
EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70
EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71
EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72
EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73
EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74
EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75
EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76
EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77
EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78
EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79
EPISODE 78: TERJERAT
80
EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81
EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82
EPISODE 81: MINTA WARISAN
83
EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84
EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85
EPISODE 84: MASALAH LAGI
86
EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87
EPISODE 86: MENANTU BAIK
88
EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89
EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90
EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91
EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92
EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93
EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94
EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95
EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96
EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97
EPISODE 96: DITOLAK
98
EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99
EPISODE 98: BERUNTUNG
100
EPISODE 99: DITEMU ORANG
101
EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102
EPISODE 101: KENA GODAAN
103
EPISODE 102: AMBYAR
104
EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105
EPISODE 104: PLONG
106
EPISODE 105: CURHAT
107
EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108
EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109
EPISODE 108: MENCURI PETI
110
EPISODE 109: GAGAL
111
EPISODE 110: SELALU KOSONG
112
EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113
EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114
EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115
EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116
EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117
EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118
EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119
EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120
EPISODE 119: JADI MANGSA
121
EPISODE 120: MERAUP UANG
122
EPISODE 121: KETAGIHAN
123
EPISODE 122: MENCARI PETI
124
EPISODE 123: MASUK PENJARA
125
EPISODE 124: PODIN BEBAS
126
EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127
EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128
EPISODE 127: LEBIH LICIK
129
EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130
EPISODE 129: KETAKUTAN
131
EPISODE 130: DIUSIR
132
EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133
EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134
EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135
EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136
EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137
EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138
EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139
EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140
EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141
EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142
EPISODE 141: BINGUNG
143
EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144
EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145
EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146
EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147
EPISODE 146: KECEWA
148
EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149
EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150
EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151
EPISODE 150: HARI PERTAMA
152
EPISODE 151: BERIBADAH
153
EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154
EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155
EPISODE 154: USAHA BARU
156
EPISODE 155: SANTAI SAJA
157
EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158
EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159
EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160
EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161
EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162
EPISODE 161: GERHANA BULAN
163
EPISODE 162: PODIN HILANG
164
EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165
EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166
EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167
EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168
EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169
EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170
EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171
EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172
EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173
EPISODE 172: BIMBANG
174
EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175
EPISODE 174: HIDUP BARU
176
EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177
EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178
EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179
EPISODE 178: PENGAKUAN
180
EPISODE 179: PENGUPING
181
EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182
EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183
EPISODE 182: PODIN SEHAT
184
EPISODE 183: PODIN RAIB
185
EPISODE 184: BIJAKSANA
186
EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187
EPISODE 186: PERTEMUAN
188
EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189
EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190
EPISODE 189: CERITA ANAK
191
EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192
EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193
EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194
EPISODE 193: AKUR
195
EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196
EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197
EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198
EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199
EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200
EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201
EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202
EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203
EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204
EPISODE 203: JADI PENDIAM
205
EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206
EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207
EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208
EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209
EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210
EPISODE 209: PULAU ANEH
211
EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212
EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213
EPISODE 212: MASUK ISTANA
214
EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215
EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216
EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217
EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218
EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219
EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220
EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221
EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!